BAB 6

8K 639 4
                                    

Devano menapakkan kakinya memasuki sebuah rumah.

Rumah?

Apa Devano masih bisa menyebut bangunan megah berdominasi warna putih ini sebagai rumah jika tidak ada kehangatan lagi disana?

Cowok itu sering bertanya pada dirinya sendiri. Mengapa ia masih kembali ke rumah ini?

Devano menurunkan knop pintu kamar yang ada di bawah tangga. Di sana ada jawaban dari pertanyaannya.

Alasannya untuk kembali ke rumah ini.

Ruangan itu sepi dan hanya suara pendeteksi detak jantung yang menemani seorang perempuan yang terbaring lemah di kasur yang cukup besar.

Devano masuk ke dalam kamar itu. Perih hatinya melihat perempuan yang ia sayangi terus memejamkan matanya.

Alat pernapasan yang terpasang di hidung membantunya bertahan selama lima tahun ini. Devano duduk di lantai samping kasur.

Devano menggenggam erat tangan perempuan itu. Mengusap lembut tangan yang sudah mulai berkeriput itu. Devano menempelkan dahinya di punggung tangan itu.

Cowok itu meneteskan air matanya. "Bunda bangun. Devano kangen bunda."

Tidak. Devano tidak boleh menangis.

Cowok itu langsung menyeka air mata yang berani keluar. Devano tersenyum lebar sambil terus mengusap tangan Dina, bundanya.

"Bunda, tadi Devano dikasih ikat rambut sama Renata," cowok itu terkekeh. "Terus Renata iket rambut Devano. Malah kayak upin ipin Bun."

"Kata Renata, Devano tetep ganteng. Ya iyalah, anak siapa dulu kan ya bun," Devano tertawa kecil seolah bundanya itu menyahuti ucapannya.

"Devano sayang banget sama Renata. Dia baik kayak Bunda. Sebisa mungkin, Devano jaga Renata. Karena kalo Devano udah sayang, Devano jaga perempuan itu."

---

Setelah dari kamar Bundanya, Devano masuk ke dalam kamarnya. Kamarnya luas dan rapi. Cowok itu membuka laci meja belajarnya.

Devano mengambil kaleng susu yang ia buat celengan. Cowok itu memasukkan uang gajiannya kemarin ke dalam celengan itu.

Devano harus menabung untuk masa depannya. Ia tidak mau merepotkan orang lain lagi. Devano menghempaskan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamarnya.

Sebelum ia tidur, ia mengirimkan sebuah pesan untuk pacarnya.

Selamat tidur, Renata. Devano sayang Renata.

Bunyi notifikasi pesan masuk membuat Devano gagal memejamkan matanya. Ia mendapat balasan dari Renata.

Renata

Udah pulang?

Devano

Udah. Kamu belum tidur?

Renata

Baru selesai belajar

Devano

Pacar aku rajin banget sih

Lanjut besok lagi aja belajarnya

Sekarang tidur ya

Renata

Iya, kamu juga tidur

Devano

Iya sayang

Jangan lupa mimpiin aku ya:)

Devano tidak mendapat balasan lagi dari Renata. Mungkin cewek itu sudah tidur, pikirnya. Devano kembali memejamkan matanya untuk tidur.

Besok ia harus bekerja lagi.


🌼🌼🌼

Suka sama ceritanya?

Yuk lanjut baca chapter 7, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang