BAB 9

7K 600 23
                                    

Devano merangkul pundak Devandra. Cowok itu menyahuti ucapan saudara kembarnya tadi. "Setiap orang punya kelebihan sama kekurangan, Ndra. Jujur nih, gue iri sama lo."

Devandra melepaskan rangkulan Devano. "Nih abang gue napa jadi sok bijak gini yak?"

Devano tertawa kecil. Devandra mengangkat satu alisnya heran. "Lo iri sama gue?"

"Iya, gue iri sama lo soal," Devano menahan tawanya melihat Devandra yang menunggu jawabannya. Devano menunjuk wajah Devandra. "Nungguin yak?"

Saudara kembarnya itu memutar bola matanya malas. "Karena lo lebih tinggi beberapa senti," sambung Devano.

Devandra mendengus kesal. Cowok itu berdiri dan melangkah meninggalkan saudara kembarnya. "Bodo, Van."

Tawa Devano reda setelah adiknya itu benar-benar meninggalkan rooftop. Gue iri sama lo karena dapet perhatian dari Ayah.

---

Devano menuruni tangga. Ia berjalan menuju ke dapur dan berhenti melihat pemandangan yang tidak biasa. Ayahnya dan Devandra duduk di meja makan.

"Ehh, Van. Buruan duduk, kita sarapan bareng. Mumpung ayah lagi di rumah nih," ajak Devandra.

Devano melihat Alfian, ayahnya yang sama sekali tidak meliriknya. Cowok itu menggeleng. "Gue buru-buru, Ndra."

Devano mengambil keranjang kue yang sudah disiapkan Mira, asisten rumah tangganya. Cowok itu mengurungkan niatnya untuk mencium punggung tangan Alfian. Devano bertos dengan Devandra. "Duluan, bro."

"Lo nggak bareng aja sama gue atau pake mobil gue aja, Van?"

Devano menyahuti, "mending pake skateboard sekalian olahraga, Ndra."

Devano berjalan keluar. Langkah cowok itu tersusul oleh Devandra. Devandra menarik krah baju bagian belakang Devano. "Paan sih, Ndra. Gue bukan kucing kali ditarik-tarik gini."

Devandra menyerahkan kunci mobil. "Nih pake. Sekarang mobil lama gue itu buat lo. Lo sih nggak pernah bilang bokap minta apa."

"Lo beli mobil baru?"

Devandra nyengir lebar. "Kan hadiah ulang tahun, bro."

Pas Devano minta ayah beliin motor yang bekas aja, ayah nggak mau. Ini Devandra minta mobil baru, ayah langsung beliin.

"Woi, malah ngelamun," Devandra meninju pelan bahu Devano. Devano mengembalikan kunci mobil itu pada Devandra.

"Gue lebih suka naik skateboard."

Devandra menarik tas Devano. Cowok itu memasukkan kunci mobil lamanya ke dalam tas Devano. "Terserah mau lo pake apa nggak. Yang penting tu mobil punya lo sekarang."

Devandra melempar tas itu hingga mengenai wajah Devano. Devano mendengus kesal. "Lo jangan sampe telat kalo nggak mau dihukum lagi," ingat Devano.

Devano meringis. Bego keceplosan.



🌼🌼🌼

Yuk lanjut baca chapter 10, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang