Dina terkekeh melihat cewek yang ada di depannya saat ini. Cewek itu menatap dirinya tidak berkedip. "Bundanya Pano cantik amat dahh. Tante perawatan apa kok masih cantik diusia Tante sekarang? Aku kasih ta-"
"Berisik banget dah!"
"Heh, Mas-nya!" balas Vania ngegas. "Mas-nya nggak sopan banget sih. Main masuk rumah orang aja. Tan, ini orang yang-"
Vania melotot melihat orang yang ia marahi bersandar di bahu Dina. "Wahhh, Pano! Kabari ayah kamu. Bunda kamu mau diembat sama mas-mas yang galak ini!"
Dimas membekap mulut Vania. "Duh, Bunda maaf ya. Ni anak terlalu lama di luar negri bukannya jadi pinter malah tambah bego."
Vania mendorong tubuh Dimas terlalu kuat hingga cowok itu terjatuh di lantai. "Ups, sorry. Sengaja Dim," balas Vania enteng.
"Ohh ya, Van. Gue mau ngenalin lo sama kembaran gue," ucap Devano.
"Kembaran kamu yang kata kamu ganteng itu kan? Mana orangnya? Siapa tahu bisa ku curi hatinya," ucap Vania malu-malu.
Semua orang yang ada di sana tertawa. Vania membuang mukanya melihat uluran tangan seorang yang dari tadi membuatnya kesal.
"Kenalin nama gue Devandra Alfian Putra, saudara kembarnya Devano."
Vania melirik sekilas uluran tangan Devandra lalu mengedikkan bahunya tidak peduli. Detik berikutnya, kedua mata Vania membulat.
"What?!"
---
"Selamat pagi. Assalamualaikum. Ting tung."
Dimas yang berdiri di samping Vania menutup wajah menggunakan sebelah telapak tangan. Kalau sahabatnya ini bukan perempuan, pasti Dimas sudah memukul kepala bagian belakangnya.
Sahabatnya itu malah menyuarakan bunyi bel bukan memencet bel rumah Devano. Vania mengubah raut wajahnya menjadi datar melihat orang yang membukakan pintu.
"Ehh, Pani sama Dimi. Selamat pagi!"
Dimas mendengus. "Jijik gue lo panggil gitu, Ndra."
"Nyariin gue ya, Pan?" tanya Devandra sambil menaik turunkan kedua alisnya menyebalkan.
"Kenapa Pano punya kembaran yang nyebelin kayak dia sih?" gerutu Vania pelan tapi masih bisa didengar Devandra.
"Lo belum kenal gue aja. Gue orangnya nggak nyebelin kok. Tapi..." Devandra menggantungkan kalimatnya dan tersenyum manis.
"Nyebelin banget," sambungnya.
Vania menyembunyikan tawanya dengan menoleh ke arah lain. Devandra yang melihat itu terkekeh pelan. Sedangkan Dimas memutar bola matanya malas.
"Gitu aja lo ketawa, Pan, Pan!" ledek Dimas.
"Aku nggak ketawa karena itu. Receh banget." Vania menunjuk wajah Devandra. "Pasti baru bangun tidur?" Devandra mengangguk samar.
"Tuh ilernya masih ada," ucap Vania santai.
Tawa Dimas berderai. Cowok itu sampai memegang perutnya. Devandra langsung mengelap wajahnya kasar menggunakan lengan kaosnya.
Devandra masuk ke dalam rumah dengan wajah yang memerah menahan malu. Devano yang sedang duduk di sofa ruang keluarga tertawa mendengar pembicaraan mereka.
"Makanya biasain bangun tidur langsung ke kamar mandi. Nggak langsung nonton Doraemon," ledeknya.
"Bawel lo!" balas Devandra yang sudah berada di lantai dua.
Dimas dan Vania masuk setelah mendengar Devano yang memperbolehkan untuk masuk. Vania duduk di samping Devano yang menatap lurus ke depan ke arah layar televisi.
"Liat apa?"
Dimas yang duduk di single sofa samping sofa tempat Devano dan Vania duduk, melempar bantal sofa tepat di depan wajah Vania.
"Dimi!" pekik Vania.
"Aduh!" Vania mengaduh setelah mendapat toyoran dari belakang kepalanya.
"Pano!" pekik cewek itu.
"Lo udah tau kan gue nggak bisa lihat, masih aja nanya."
"Siapa tahu kan bisa."
"Iya bisa lihat."
Kedua mata Vania berbinar. "Beneran? Liat apa?"
"Gelap."
Vania mendengus kesal. Wajah cewek itu kembali berbinar melihat Dina yang baru muncul dari arah halaman belakang. "Bundaaa..." Cewek itu berdiri dan mencium punggung tangan Dina.
Dina terkekeh. "Udah dari tadi?"
"Baru aja, Bun," jawab Dimas setelah mencium punggung tangan Dina.
Vania memalingkan wajahnya dan melipat kedua tangannya di depan perut setelah melihat seorang cowok yang menuruni tangga sambil menyisir rambutnya yang masih basah menggunakan jari.
Devandra berdiri di samping Dina. "Lo masih sebel sama gue, Pan?"
Vania tidak menjawab membuat Devandra gemas. Devandra menunduk dan mendekatkan wajahnya ke telinga Vania lalu berbisik, "ati-ati lho kalo naksir."
Vania melirik tajam Devandra, "nggak akan!"
Devandra menegakkan tubuhnya lalu mengedikkan kedua bahu. Sepertinya ia mempunyai hobi baru.
Mengganggu cewek yang baru ia temui kemarin.
🌼🌼🌼
Aku update besok lagi yaa, hehe
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
20-03-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...