BAB 15

6.9K 585 0
                                    

Devandra membuka pintu kamar Devano yang tidak terkunci.

Klek

"Devano!" teriaknya melihat saudara kembarnya itu tergeletak di lantai dan penuh luka. Devandra berlari mengampiri Devano. "Lo kenapa banyak luka gini?"

Devano berdecak. "Bawel lo. Bantuin gue bangun!"

Devandra membantu Devano bangun dan membantu cowok itu berjalan ke kasurnya. Devano tidur telungkup. Mata Devandra melihat sebuah tongkat kasti yang terletak tak jauh darinya.

Cowok itu mendelik menatap kembarannya. "Lo nggak gila kan sampe mukul diri lo sendiri?"

"Ya kali gue mukul badan gue sendiri. Gue bentuk badan atletis gue pake olahraga lah," ucap Devano berusaha melucu.

Devandra mengurut dahinya. "Kok gue harus mikir ya sama omongan lo barusan. Nggak ngerti gue. Apa hubungannya bentuk badan atletis sama tongkat kasti?"

"Yahh, garing dong gue," Devano tertawa lemah.

Masih bisa ya cowok itu tertawa?

"Terus lo kenapa?"

Devano terdiam cukup lama. Ia tidak menjawab pertanyaan saudara kembarnya itu. Cowok itu berusaha untuk duduk.

"Daripada lo cuma berdiri disitu, mending bantuin gue ngompres luka gue."

Devandra mengangguk patuh. Cowok itu kembali dengan membawa handuk kecil dan satu mangkok es batu. Devandra menaruh es batu dalam handuk dan menyerahkannya pada Devano.

Devano sesekali meringis kesakitan membuat Devandra ikut meringis. "Ambilin gue kotak P3K di dalam laci meja, Ndra."

Devandra segera mengambil kotak P3K dan memberikannya pada Devano. Devano mengobati lukanya sendiri karena menolak bantuan Devandra.

Setelah selesai mengobati luka pada wajahnya, Devano tertawa melihat kembarannya. "Lo ngapain merem gitu?"

Devandra membuka matanya. "Lo tau kan gue-"

"Iya, gue tau lo takut darah. Sok-sokan mau ngobatin luka gue," Devano terkekeh.

Devandra mendengus. "Ya kan gue mau jadi saudara kembar yang baik buat lo."

Devano menampilkan wajah jahilnya. "Aaa, Bang Devandra sweet banget deh. Sini-sini, Devano peluk," Devano merentangkan kedua tangannya.

Devandra bergidik geli. Ia langsung keluar dari kamar Devano. "Otak lo kayaknya ke geser deh, Van."

Devano tertawa cukup keras. Setelah pintunya tertutup rapat, tawanya berhenti. Ekspresinya wajahnya berubah datar.

"Lo nggak perlu tahu ayah mukul gue, Ndra."

Devano tersenyum tipis. "Biar ayah selalu terlihat baik di mata lo. Anak kesayangannya."













Devandra menurunkan bahunya lemas. Ia sama sekali tidak melangkah pergi menjauh dari pintu kamar Devano.

Siapa bilang ia tidak mengetahui kalau ayahnya yang sudah memukul saudara kembarnya itu?

Devandra memang sengaja bertanya untuk membuat Devano jujur padanya. Tapi, saudara kembarnya itu tetap tidak ingin memberi tahu.

Devandra tadi sempat melihat ayahnya keluar dari kamar Devano. Dirinya tersentak melihat wajah marah Alfian yang sudah lama tidak ditunjukan padanya.

Devandra lebih terkejut melihat sekilas Devano terbaring lemah di lantai sebelum ayahnya membanting pintu dengan keras.

Setelah melihat ayahnya menuruni tangga tadi, cowok itu langsung keluar dari tempat persembunyiaannya. Segera berlari menuju kamar Devano.

Apa yang dilakukan saudara kembarnya hingga ayahnya sampai marah begitu?




🌼🌼🌼

Update 4 chapter yaa, hehe

Untuk tiga bulan ke depan, aku usahain update. Kalau nggak update, maaf yaa😣

Karena aku mau fokus belajar buat ujian-ujian (ya elah sok-sokan fokus, padahal hape mulu, wkwk)

Kalau mau baca cerita-ceritaku yang lain, boleh banget lho. Langsung liat di profilku aja. Udah ada yang selesai juga lho, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

02-01-2020

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang