Devano meluncur menggunakan skateboardnya di jalanan yang cukup lenggang sabtu pagi ini. Di belakang punggung cowok itu ada gitar kesayangannya.
Devano menghentikan skateboardnya di depan sebuah rumah. Cowok itu memencet bel dan tak lama kemudian pintu rumah terbuka.
"Ehh, Devano. Yuk masuk," ucap Bu Ira. "Juna udah nunggu kamu dari tadi. Katanya pengen cepet-cepet bisa main gitar."
Devano terkekeh mendengar cerita Bu Ira. Bu Ira membuka pintu studio musik kecil yang ada di rumahnya. Devano masuk setelah di persilahkan Bu Ira.
"Kak Devano, cepet ajarin gue dong," teriak cowok yang ada di dalam ruangan itu.
Devano mengacak rambut tebal cowok berumur empat belas tahun itu. "Iya, gue ajarin. Kok pengen banget cepet bisa main gitar?"
Wajah Juna memerah. Devano berdehem berulang kali karena mengetahui alasan Juna. "Gue tebak, lo mau nembak cewek yaa?"
Juna mendelik. Ia menaruh telunjuknya di depan bibirnya. "Kak diem dong. Kalo mama denger bisa dimarahin terus sampe kuping gue merah."
Devano tersenyum. "Harusnya seneng dong dapet omelan dari seorang ibu?"
Juan menaikkan sebelah alisnya bingung. Devano terkekeh. "Udah cepet. Biar bisa cepet nembak cewek yang lo taksir."
---
Jam yang melingkar di pergelangan tangan Devano menunjukkan pukul delapan malam. Sudah empat anak yang ia ajari main gitar sejak jam sepuluh pagi.
Setelah mengajari mereka, Devano pergi ke kafe. Dan setelah dari kafe, disinilah Devano berada. Di rooftop sebuah apartemen yang biasa ia gunakan untuk menenangkan dirinya.
Devano menatap langit-langit yang bertabur bintang. Ia jadi teringat pacarnya. Sedang apa kekasihnya itu sekarang? Apa dia juga sedang memikirkannya sekarang?
Devano mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Menelpon pacarnya itu. Cukup lama Devano menunggu Renata mengangkat teleponnya.
Devano tersenyum lebar ketika teleponnya tersambung. "Hallo, Ren."
"Iya, Dev."
"Lagi apa?"
"Ini lagi belajar. Bentar lagi kan kita ujian."
Devano gemas dengan pacarnya itu. "Kamu mah belajar terus kerjaannya. Malam minggu lho."
"Pacar aku juga nggak ngajakin jalan kok."
Ekspresi Devano berubah. "Maaf Ren."
Terdengar Renata yang tertawa membuatnya tersenyum lagi. "Bercanda, Dev."
"Ya udah, kamu sekarang tidur. Belajarnya besok lagi ya," suruh Devano.
"Iya, ya udah. Aku matiin ya teleponnya."
Sambungan telepon terputus. Devano tersenyum. Ia menatap layar ponselnya yang menampilkan foto dirinya bersama Renata.
"Aku sayang kamu Renata."
---
Ekspresi wajah Renata berubah menjadi datar. Ia menoleh ke kanan. "Dari Devano."
Cowok yang merangkul pinggangnya itu tersenyum. "Jalan lagi yuk, sayang."
"Kamu nggak papa?"
Cowok itu tersenyum lagi. "Nggak papa. Aku sayang sama kamu Ren. Meskipun orang tahunya Devano pacar kamu dan aku-"
"Kamu pacar aku. Aku juga sayang sama kamu," potong Renata.
Cowok itu mengusap puncak kepala Renata. "Ya udah yuk, kita jalan lagi."
Renata tersenyum lebar. "Yuk sayang."
🌼🌼🌼
Sebel sama Renata?
Sama, saya juga, wkwk
Terimakasih sudah membaca dan memberi suara😊
15-12-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...