BAB 50

5.5K 384 18
                                    

Setelah membersihkan es krim yang mengenai kedua kaki Devano, Vania dan Devano duduk di bangku taman sambil makan es krim yang mereka beli lagi.

"Untung gue pake sandal jepit. Kalo gue pake sepatu yang Devandra kasih, lo udah gue suruh cuci sepatunya sebanyak tujuh kali biar bersih tanpa noda," sewot Devano.

"Dih, lebih sayang sama sepatunya daripada aku," balas Vania.

"Emang lo siapa?"

Ohh, oke.

Selama ini Vania tidak dianggap sebagai sahabat? Oke, nggak papa.

"Van?"

"Hm," balas Vania cuek.

"Kok di sini berisik banget?" tanya Devano. "Jelasin apa yang ada di sekitar sini dong."

Vania mengedarkan pandangannya lalu menarik tangan kiri Devano yang bebas--tangan kanan cowok itu sedang memegang es krim.

Vania menekuk jari Devano kecuali jari telunjuk. Cewek itu mulai mengarahkan tangan Devano untuk menunjuk sesuatu yang ada di depan mereka.

"Di sana, ada anak-anak kecil yang lagi main lompat tali," ucap Vania.

Devano tersenyum seolah ia dapat melihat objek yang sedang ia tunjuk sekarang. Vania menggeser tangan Devano ke kanan. Cowok itu juga menggerakkan kepalanya ke arah yang sekarang ia tunjuk.

"Di sana ada orang yang lagi pacaran."

Devano langsung menurunkan tangannya lalu menoyor kepala Vania pelan. "Nggak usah ditunjuk juga, Bambang!" omel Devano.

Vania tertawa, "iya maaf. Tapi nggak usah manggil nama Ayahku juga kali. Nanti kalo dateng gimana?"

Ahh, kenapa Devano bisa lupa kalau nama Ayah Vania itu Bambang? Sungguh, Devano tidak bermaksud.

"Habis kamu serius banget sih, kan lucu," lanjut Vania. Vania menarik tangan Devano lagi tapi cowok itu menarik tangannya.

"Nggak!" tolak Devano.

"Nggak nunjuk orang yang lagi pacaran lagi deh," ucap Vania sambil menahan tawanya. Vania menarik tangan Devano dan mulai mengarahkannya lagi.

"Di sana ada keluarga yang lagi rekreasi." Vania sedikit menggeser tangan Devano ke kanan, "di sana ada penjual mainan, penjual es krim yang tadi, sama penjual makanan."

Masih dengan Vania yang mencengkram pergelangan tangan Devano, cowok itu bertanya pada cewek yang duduk di sampingnya. "Ehh, Van. Mau tanya deh."

"Tanya ya tinggal tanya aja kok ribet," balas Vania.

"Emm, Van. Kalo yang di..."

Devano memutar pergelangan tangannya ke kiri dan...Hap! Devano menggenggam tangan Vania. Cowok itu mengangkat genggaman tangannya tepat di depan wajah.

"Kalo yang di sini lagi ngapain?"

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Dan...

Plak!

Ohh, tidak!

Devano menghela napas berat. Cowok itu memejamkan kedua matanya erat berusaha menahan emosi. Lima belas menit yang lalu kakinya yang terkena es krim. Sekarang, wajahnya juga terkena es krim.

"Vania," panggil Devano lembut tapi penuh penekanan.

"Aku nggak sengaja, Pano," ucap Vania disela-sela tawanya.

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang