BAB 3

10.9K 776 6
                                    

Setelah dari kantin, Devano bertemu dengan Renata, pacarnya. Sejak kemarin cewek itu seperti menghindarinya. "Kamu marah sama aku Ren?" tanya Devano.

Renata tersenyum manis. "Siapa yang marah?"

"Dari kemarin kamu kayak ngehindarin aku."

Renata menggeleng. Cewek itu menarik lembut tangan Devano menuju taman. Renata mengajak Devano duduk di bangku taman. Cewek itu menatap kedua mata elang Devano yang meneduhkan.

Cewek itu mengerucutkan bibirnya, kesal. "Aku tu mau ngerjain kamu, tapi aku nggak tega."

Devano mengangkat satu alisnya bingung. "Ngerjain aku?"

Renata menepuk dahinya. "Tuh kan bener. Kamu lupa sama ulang tahun kamu sendiri."

Mata Devano membulat. "Ehh, iya?"

Renata mengangguk. Cewek itu melingkarkan tangannya di leher Devano. "Selamat ulang tahun, Devano."

Jantung Devano berdetak kencang. Cowok itu membalas pelukan pacarnya. "Makasih Ren."

Renata melepaskan pelukannya lalu mengambil sebuah kotak kecil dari saku roknya. Tangannya terulur menyodorkan kotak itu ke depan wajah Devano.

"Emang barangnya kecil dan murah banget. Tapi lihat dari siapa yang ngasih ya," cewek itu berbicara sambil menahan tawanya.

Devano mengambil kotak kecil itu dan membukanya. Tawa Renata berderai melihat perubahan ekspresi wajah Devano. "Kenapa kamu ngasih aku ikat rambut? Warnanya juga pink."

Renata mengambil ikat rambut itu lalu menatap Devano penuh harap. "Boleh ya aku iket rambut kamu pake iket rambut ini?"

"Kamu mau ngerjain pacar sendiri nih?" Renata nyengir lebar. Devano mengacak rambut cewek itu. "Ya udah, mumpung pacar kamu lagi ulang tahun. Boleh deh."

"Yeay," Renata meninju udara. Cewek itu menyuruh Devano menunduk. Renata menahan tawanya ketika ia mengikat rambut tebal Devano.

"Udah," tawa Renata berderai melihat rambut pacarnya itu. Ia mengeluarkan ponsel dari saku roknya. Membuka aplikasi kamera. Devano terkejut melihat rambutnya.

"Kok malah kayak upin ipin sih?"

Tawa Renata semakin berderai. "Tetep ganteng kok. Ayo foto dulu. Senyum Devano."

"Hii," Devano tersenyum paksa.

---

"Woi, ngelamun aja lo."

Devano tersentak. "Ganggu aja lo," decak cowok itu.

Dimas, teman akrabnya itu melirik apa yang sedang Devano tatap dari tadi. "Pantes bengong. Ternyata foto Renata lebih menarik daripada penjelasan guru ya?"

Devano terkekeh. "Ya iyalah. Liat, Renata cantik. Betah gue liatnya. Kalo-"

"Bu Sekar jelek, gendut, dan nggak betah ngeliatinnya. Bikin sakit mata. Gitu ya Devano?"

Devano tersentak kaget. Ia langsung menoleh ke kanan. Cowok itu melirik Dimas yang tertawa sambil memegangi perut. Devano menendang kaki Dimas. "Rasain lo," ejek Dimas.

"Iya begitu Devano?" ulang Bu Sekar.

Devano meneguk ludahnya susah payah melihat Bu Sekar sudah berkacak pinggang. "Ehh, nggak begitu Bu."

Nggak salah, lanjut Devano dalam hati.

Bu Sekar menghela napas berat. "Sekarang kamu bawa buku paket itu sendirian ke ruang saya sebagai hukuman."




🌼🌼🌼

Yuk lanjut baca chapter 4, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang