Ujian Nasional sudah dilaksanakan dua hari yang lalu. Devandra membuka pintu kamar Devano dan melihat saudara kembarnya itu masih tertidur pulas.
Devandra yang usil langsung berlari dan melompat-lompat di samping Devano yang tidur. Devano terbangun dan berteriak.
"Woi, Ndra. Lo anak ayah bunda, bukan anak orang utan," ledeknya. Kedua mata Devano mendelik.
"Wahh, parah lo. Lepas sepatu lo bego. Kotor kasur gue."
Devandra berhenti melompat dan nyengir tanpa dosa. "Jalan-jalan yuk ke mall. Kita cuci mata," Devandra menaik turunkan kedua alisnya.
"Gini nih nasib jomblo. Bingung mau ngajak siapa, terus yang diajak sodaranya," ledek Devano.
Devandra memukul kepala Devano menggunakan guling. "Bawel lo. Cepetan."
Devano terbahak. "Iya, iya."
---
Dua cowok yang baru saja keluar lift itu menjadi pusat perhatian banyak pengunjung mall. Mereka jalan dengan gayanya masing-masing.
Cowok yang memakai kemeja biru polos yang tidak terkancingi sehingga memperlihatkan kaos putih yang dikenakannya dan celana panjang hitam itu terus menebarkan senyumannya. Sedangkan cowok yang ada di sebelahnya tampak cuek.
Cowok itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans yang ia pakai. Kaos merah maroon yang melekat di badannya terlihat pas dan menambah kesan santai cowok itu.
Semua orang tidak akan tahu mereka kembar karena mereka memang kembar tidak identik.
Devandra memutar bola matanya malas melihat Devano. "Stop tebar senyum ke semua orang, Van. Gigi lo nggak kering dari tadi senyum terus?"
Devano balas mengejek kembarannya itu. "Daripada lo yang sok cool."
Devandra mendengus. "Mau ngapain nih kita?"
"Lah, mana gue tau. Kan lo yang ngajak gue."
"Udah sampe sini, gue bingung mau ngapain." Devandra menggaruk tengkuk lehernya. "Nonton aja gimana? Yang action apa-"
"Gue aja yang milih," Devano tersenyum penuh arti.
Devandra menatap cowok itu tidak percaya. "Kok gue nggak yakin ya sama lo?"
Devano merangkul pundak Devandra. Senyum jahilnya muncul. "Percaya sama gue."
---
Devandra menatap lama tiket nonton yang ada di tangannya. Cowok itu mendongak lalu mendelik ke arah saudara kembarnya.
"Lo ngajak gue nonton film ini?" tanyanya tidak percaya.
Devano nyengir tanpa dosa. "Kata temen-temen gue, filmnya bagus."
Devandra menggeplak kepala Devano.
Plak
"Ya nggak kartun juga, bego!"
"Lah, apa salahnya kita nonton kartun?" tanya Devano sambil mengusap kepalanya.
"Inget umur, Devano," geram Devandra.
Devano menunjuk tiket nonton yang ada di tangannya. "Nih liat, Devandra. Ini film buat semua umur."
Devandra menjambak rambut tebalnya. "Apa kata orang satu sekolah kalo tau mantan ketua gerombolan tukang rusuh nonton film kartun, haa?!"
"W-o-w," eja Devano.
Devandra menghela napas berat. "Emang susah ngomong sama lo, Van."
"Kata temen-temen gue, mereka pada nangis nonton ini, Ndra."
Devandra berhenti mengusap wajahnya lalu menatap saudara kembarnya itu. Cowok itu terbahak.
"Gue nggak percaya."
🌼🌼🌼
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
12-01-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...