BAB 25

6.3K 514 15
                                    

Senyum jahil di wajah Devano terbit. "Gue kasih lo tantangan. Kalo sampe lo nangis, lo harus mau ikutin perintah gue dan kalo lo nggak nangis, gue beliin jam tangan terbaru. Gimana?" Devano menaik turunkan kedua alisnya.

Devandra memperlihatkan deretan gigi putih dan rapinya. "Oke. Siap-siap beliin jam tangan mahal model terbaru."

Devano menjulurkan tangannya dan dibalas Devandra. "Oke."

"Kalo gue kalah, gue harus nurutin perintah lo apa?"

Devano menunjuk salah satu toko yang ada di dekat mereka. Devandra bergidik ngeri. "Lo tau kan gue takut-"

Devano tersenyum miring. "Berarti lo ngaku kalah nih?" potong Devano.

Devandra menggeleng kuat. "Nggak."

---

"Yes, gue menang," seru salah satu dari mereka.

Sedangkan salah satu dari mereka menutup wajahnya menggunakan satu telapak tangan dan menggeleng kuat.

"Bukan sodara kembar gue."

"Yes, gue menang. Gue menang."

"Diem! Lo nggak malu diliatin banyak orang?"

Devandra menutup mulut Devano. Cowok itu nyengir membalas tatapan heran orang-orang yang melihat tingkah mereka.

Devano melepaskan tangan Devandra dari mulutnya. Ia tersenyum bangga. "Apa kata temen-temen gue bener kan?"

"Nggak inget."

"Ya udah gue ingetin. Kata temen-temen gue baik yang cowok atau yang cewek bilang film kartun ini-"

"Bawel lo!" potong Devandra cepat.

Devano mengangkat tangan kanannya. "Apa kata orang satu sekolah..." cowok itu mengarahkan tangannya ke depan wajah Devandra.

"Kalo Devandra, si badboy mantan ketua gerombolan tukang rusuh SMA Alfian nangis liat film kartun?" ucapnya dramatis.

Devano terbahak melihat wajah Devandra yang memerah. "Gue nggak nangis," Devandra memalingkan wajahnya.

"Ya elah, ngeles aja lu. Buktinya tadi sampe narik kaos buat hapus air mata lo," ejek Devano.

Devandra tidak menanggapi Devano. Fokusnya teralihkan kepada dua orang yang baru saja masuk ke dalam bioskop.

"Van," panggil Devandra setengah berbisik.

"Paan?" Devano mengikuti arah tunjukan saudara kembarnya itu.

Deg

"Renata kok jalan sama Rian?"

Devandra melirik Devano yang terdiam membeku. "Renata selingkuh sama Rian?" tanyanya hati-hati.

Devano berdehem pelan. Cowok itu tersenyum lalu menggeleng. "Nggak lah, mereka itu temenan. Wajar dong jalan bareng?"

"Ya nggak lah," sewot Devandra.

"Liat tuh, mereka gandengan, rangkulan-" Devandra mendelik. "Wahh gila, cium pipi juga, astaga!"

Devandra mengepalkan kedua tangannya. "Harus gue kasih pelajaran tu anak!"

Devano menarik paksa Devandra keluar. "Van, gue mau kasih pelajaran ke Rian!"

"Udah biarin aja," ucapnya enteng setelah keluar dari gedung bioskop.

Devandra mendelik. "Biarin?!"

"Iya, gue nggak mau tangan lo kotor buat kasih pelajaran ke Rian."

"Sepupu lo sendiri ngrebut pacar lo, Van. Gimana bisa dibiarin?!"

"Yang salah mungkin gue, Ndra. Gue nggak perhatian sama Renata sampe dia bisa berpaling ke Rian."

"Lo kenapa jadi orang baik banget sih, Van?" heran Devandra.

Devano terkekeh pelan. Cowok itu menepuk dahinya. "Wahh, hampir lupa. Gue kan mau kasih hadiah buat lo."

Mendengar itu, Devandra meneguk ludahnya susah payah. "Please, Van."

Devano tersenyum lebar melihat saudara kembarnya itu terlihat ketakutan. "Ayo, Ndra."

🌼🌼🌼

Lagi pengen update, hehe

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

13-01-2020

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang