Devano menaruh 28 buku paket di meja Bu Sekar. "Besok lagi, jangan ngelamun ya Devano," nasihat Bu Sekar.
Devano mengangguk patuh. "Iya bu, saya mohon maaf tidak memperhatikan pelajaran ibu tadi. Saya permisi bu."
Setelah Bu Sekar mengangguk, Devano melangkah keluar ruang guru. Langkahnya berhenti ketika gerombolan tukang rusuh masuk ke dalam ruangan.
Devano sedikit terkejut, tapi ia bisa menetralkan keterkejutannya itu. Orang yang ia tatap menatapnya balik dan menampilkan wajah bersalahnya.
Devano tersenyum tipis pada ketua gerombolan tukang rusuh itu. Ketua gerombolan tukang rusuh itu sudah tidak menampilkan wajah bersalahnya. Seolah senyum tipis ketua OSISnya itu mengartikan 'tidak apa-apa'.
Langkah Devano kembali berhenti ketika guru BK memanggil namanya. Devano membalikkan badan. "Ada apa pak?"
"Kamu tolong bantuin saya kasih hukuman ke mereka. Saya sudah pusing menghadapi mereka," Pak Yanto memijat dahinya.
"Pusing ya minum obat batuk pak," celetuk ketua gerombolan tukang rusuh itu.
"Devandra!" tegur Pak Yanto.
Devano berdehem. "Baik pak. Saya yang kasih hukuman ke mereka."
---
"Bos, lawan kek ketua OSIS yang sok itu!" ucap Budi yang kesal.
"Diem aja lo. Kerjain tuh yang bagian sono!" bentak Devandra. "Biar cepet kelar kita nyapunya."
Budi berdecak. Ia kembali menyapu sebelum Devandra mengamuk. Devandra melirik tajam orang-orang yang membicarakannya.
"Woi, pada ngomongin apa lo?" teriak Devandra. "Mau gue lempar sapu, haa?!"
Para siswi yang membicarakannya langsung kabur. Devandra mendengus kesal. Setelah ia dan gerombolannya merampungkan pekerjaan, mereka segera pergi dari lapangan.
Devandra melirik sekilas Devano yang berdiri di pinggir lapangan dan mendorong teman-temannya pergi secepatnya. Devano menggelengkan kepalanya.
"Dasar, kelakuan anak pemilik sekolah gitu ya?"
---
Devano berjalan cepat menuju kelas pacarnya. Sampai di kelas Renata, cewek itu tidak kelihatan. Devano bertanya pada salah satu teman Renata. "Renata mana?"
Devano melambaikan tangannya di depan siswi yang sedang menatapnya tidak berkedip itu. "Ehh, nggak tau. Tadi dia keliatan buru-buru banget gitu."
Devano mengangguk paham. "Ya udah, makasih ya."
Cowok itu melangkah pergi. Devano masih bisa mendengar beberapa siswi yang ia hampiri tadi memekik tertahan.
Segitu gantengnya kah Devano?
Devano berjalan ke kantin. Bu Atun memberikan keranjang miliknya yang sudah kosong dan uang hasil penjualan kuenya. Matanya menyipit melihat seseorang. Devano berlari menghampiri orang itu.
"Renata," panggilnya.
Renata menoleh. Devano berdiri di depannya. "Aku nyariin kamu lho."
Renata tertawa kecil. "Ciee yang nyariin aku."
Devano mendengus pelan. "Kamu dari mana? Kata temen-temen kamu, kamu keliatan buru-buru."
Renata menunduk malu. "Aku kebelet. Jadi buru-buru ke kamar mandi, hehe."
Devano terkekeh. "Kirain kamu kenapa. Kamu hari ini ada acara nggak?"
Renata mendongak. Ia tampak berpikir. "Nggak ada."
Devano menggenggam tangan Renata. "Aku mau ajak kamu jalan-jalan. Mau kan?"
Renata mengangguk mantap. "Mau banget."
🌼🌼🌼
Hehe, updatenya langsung 3 yaa gaes
Ceritanya emang pendek-pendek biar nggak bosen
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
11-12-2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Devano✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 1 Devano Alfian Putra, cowok pintar berwajah tampan. Ia selalu tersenyum hangat sehangat mentari meskipun hatinya sedang berselimut awan mendung. Sampai sebuah kejadian benar-benar membuat senyum di wajahnya menghilang seirin...