BAB 27

6.1K 509 6
                                    

Aku update 6 bab langsung yaa, aku lanjut setelah UNBK lagi. Terimakasih😊

Selamat membaca🤗

🌼🌼🌼

Brak

Ruang tamu yang semula hanya terkena sedikit pencahayaan kini mendapatkan cukup cahaya untuk memperlihatkan jelas posisi sofa yang ada di sana setelah seseorang membuka pintu rumah dengan kasar.

Bahunya naik turun seiring hembusan napasnya yang terdengar memburu. Kedua mata elangnya memerah.

Bruk

Skateboard yang ia tenteng di tangan kirinya ia jatuhkan. Kedua tangannya mengepal kuat menahan amarah.

Devano mengedarkan pandangannya. Pandangannya menangkap sosok yang sedang duduk di meja makan.

"Devandra!"

Devandra tersedak teh yang sedang ia minum. Cowok itu menoleh ke arah Devano yang berjalan cepat ke arahnya.

"Lo nggak ker-"

Belum sempat Devandra menyelesaikan ucapannya itu, Devano sudah menarik krah kaosnya. Menyuruhnya berdiri.

Bugh

Devano menghajar tepat di rahang kiri Devandra membuat saudara kembarnya itu berjalan mundur beberapa langkah.

Devandra mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. "Lo kenapa pulang langsung ngehajar gue?"

Devano mencengkram kuat krah kaos yang dipakai Devandra. Devandra tersentak melihat kedua mata Devano yang menatapnya tajam.

Untuk pertama kalinya.

"Udah gue bilang, jangan kotorin tangan lo buat kasih pelajaran ke Rian. Kenapa lo lakuin, haa?!"

Bugh

Devano menghajar Devandra lagi. Devandra tidak membalas pukulan dari saudara kembarnya itu. Ini memang salahnya karena tidak menuruti perintah cowok itu.

"Devano!"

Teriakan itu membuat Devano menghentikan aksinya menghajar saudara kembarnya sendiri. Tangan kanan cowok itu berhenti di udara.

Bagian belakang kemeja biru kotak-kotak yang dipakai Devano ditarik paksa oleh Alfian menjauh dari Devandra.

Plak

Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Devano membuatnya sedikit terhuyung ke kanan.

Cowok itu memejamkan kedua matanya erat menahan nyeri di pipinya sambil tangan kirinya menyentuh pipi yang terdapat bekas tamparan.

Devano menggeleng pelan untuk mengembalikan kesadarannya. Kepalanya merasakan pusing ketika tiba-tiba Alfian mencengkram kuat krah kemeja Devano.

"Kenapa kamu menghajar anak saya?!" desisnya tepat di depan wajah Devano.

Devano melengkungkan bibirnya ke atas. Astaga, kenapa cowok itu masih bisa tersenyum?

"Devano juga anak ayah," balasnya pelan masih dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

Devano merasakan oksigen yang ia hirup berkurang ketika Alfian menambah kekuatan untuk mencengkram kuat krah kemeja yang ia pakai.

Bugh

Satu pukulan mendarat tepat di rahang kanan Devano membuat punggung cowok itu menyentuh dinginnya lantai keramik.

"Kamu bukan anak saya lagi!"

Devandra berusaha kuat berdiri. Cowok itu menghampiri ayah dan saudara kembarnya. "Ayah, jangan pukul Devano!"

"Minggir Devandra!" Alfian mendorong Devandra menjauh.

"Ayah!"

Ayahnya itu tidak mau menghentikan aksinya menghajar saudara kembarnya. Devandra sampai harus mendorong kuat Alfian menjauh dari Devano.

Alfian berhasil menjauh dari Devano. Pria paruh baya itu mengepalkan kedua tangannya, berusaha menahan amarah.

Devandra mendekat ke arah Devano. "Van, lo nggak papa?"


🌼🌼🌼

Selamat membaca bab berikutnya🤗

Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

Devano✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang