》》"loh nas, kamu disini toh" ucap rafa.
"Ada perlu apa bro?" Tanya farrel mengalihkan.
"Loh kenapa bro? Aku tidak boleh apa datang menemui mu?" Tanya rafa.
"Ehm, bukan gitu. Apakah ada yang perlu di diskusikan?" Tanya farrel.
"Hmm, nas. Btw kamu masih ada urusan diruangan ini? Aku butuh privacy bentar dengan farrel. Aku mau bahas project bro" ucap rafa menjelaskan.
"Oh oke kalau gt".
"Baik saya permisi pak" ucap nas kemudian dan pergi meninggalkan ruangan mengerikan tersebut.
Nas yang merasa lemas, seperti tidak kuat berjalan. Memilih untuk singgah di toilet untuk menenangkan dirinya.
Nastusha masih merasakan getaran pada tubuhnya akan perbuatan yang dilakukan farrel terhadapnya.
Nas merasakan kembali, kenikmatan ketika dimainkan oleh farrel. Namun nas harus bisa untuk melupakan itu, mengingat Farrel adalah suaminya feby.
Nas, membasahi mukanya demi mendapat kesegaran. Atau seolah olah mendapatkan kebersihan akan pikiran yang mengingat akan perbuatan perbuatan yg dilakukan farrel terhadapnya.
Setelah merasa tenang dan segaran nastusha keluar dari toilet.
"Gimana? Sudah merasa tenang?" Ucap rafa.
"Loh, kak rafa"
"Iya aku. Udah nggak usah merasa takut seperti itu. Ini aku" ucap rafa menenangkan.
"Ehm, bukan. Aku nggak takut. Hanya terkejut" ucap nas.
"Sudah. Aku mengerti. Tadi aku melihat kamu ditarik paksa oleh farrel menuju ke ruang kantornya. Terus aku mendengar teriakan penolakan kamu. Tapi lama lama jadi suara kenikmatan. Hehehe" ucap rafa.
"Eehhm, itu aku" ucap nastusha bingung dan ragu.
"Sudah. Nggak perlu di jelaskan. Yuk kita kebawah" ucap rafa yang menuntun nas memasuki lift.
Iyappss, rafa melihat apa yg telah dilakukan farrel ketika farrel kembali menarik nas. Dan membawanya keruangannya.
Ketika suara penolakan pertama, rafa sebenarnya sudah mulai mau bertindak untuk menggagalkan aksinya farrel.
Namun rafa ingin mengerjain farrel. Dia ingin memberi pelajaran untuk farrel. Dengan membiarkan farrel merasakan naik nafsunya. Namun akhirnya terganggung tidak bisa menyalurkan nya karna suara ketukan pintu rafa.
Dan ternyata aksi itu berhasil. Bahkan ketika pintu ruangannya terbuka. Farrel memasangkan muka kesal. Muka seperti mupeng namun tidak bisa tersalurkan.
.
.
.
."Nas? Pulang bareng yuk?" Ajak rafa.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 sore menjelang malam. Rafa melihat nas hendak keluar dari gedung, yang menandakan bahwa akan pulang.
"Eehhm, nggak usah pak. Saya bisa pulang sendiri naik taxi" ucap nas.
Tiba tiba rafa mendekat. Memeluk pinggang nas dengan posesife. "Dibelakang ada farrel tadi aku lihat. Sepertinya dia akan siap menarikmu kembali dan membawa pulang bareng dia. Kamu milih tetap pulang bareng aku apa dia?" Ucap rafa sambil menuntun nas berjalan keluar gedung.
Mobil milik rafa telah di depan gedung setelah rafa menyuruh satpam loby untuk mengambil mobilnya di basement. Rafa memasukkan nas kedalam mobil, duduk disamping kemudi.
Setelah merasa aman nas sudah duduk ditempat yang benar, rafa pun menaiki mobilnya diarah kemudi.
Setelah masuk mobil. Nas memerhatikan. Ternyata benar ada farrel dibelakang nya tadi. Nyaris saja farrel kembali menarik tangannya atau membawanya, sesuka hatinya.
.
.
.
.