》》"apaaa??? Kenapa ini bisa terjadi? Kalian tidak becus kerja apa gimana ha?" Ucap Nastusha yang sudah menggeram, marah karna ada problem mengenai perkerjaannya.
Author ...
Nastusha sedang dihadapi dilema. Dia diberikan kepercaya oleh orangtuanya untuk memegang salah satu perusahaan milik keluarga Macqueenzee.
Namun melihat dan merasa dia sudah berpengalaman, dia meminta ke orangtuanya untuk memegang satu perusahaan lagi di NY.
Yaitu perushaan kertas yang nyaris bangkrut. Nastusha yakin dengan kemampuan dan ilmunya, bahwa perusahaan tersebut bisa dikendalikannya.
Namun kenyataan berkata lain. Nas harus menerima pil pahit, bahwa sekarang perusahaan kertas yang di tanganinya sekarang bukan hanya nyaris bangkrut. Tapi sudah benar benar bangkrut.
Tokkk...tok...
"Masuk" ucap nas yang mendengar ada suara ketukan pintu diruang kerjanya.
"Sayang" ucap Rafa ternyata.
"Kak Rafa" balasnya dan langsung membalas senyuman dan berlari kecil nyamperin rafa dan memeluknya tiba tiba.
"Ada apa hm? Mau cerita?" Tanya rafa yang sepertinya paham ada yang salah pada diri gadisnya.
Nastusha pun melepaskan pelukannya. Mengajak rafa untuk ke balkon kantornya, dan memulai untuk menceritakan problemnya.
"Aku yang akan melakukannya. Tapi kamu tau kan, aku harus membicarakan ini dulu ke seluruh partner kerja ku. Tenang sayang, aku selalu ada untuk kamu". Ucap rafa menenangkan gadisnya tersebut.
"No... aku nggak perlu kakak bantu. Dan aku yakin sepertinya nggak bisa kak. Perusahaan ku ini tidak bisa lagi diselamatkan. Bahkan aku udah mencoba mencari investor lain untuk membantu ku menyelamatkan perusahaan ini. Meminta izin ke papa dan kak Al untuk memakai dana dari perusahaan kami yang lain untuk menyelamatkan perusahaan ini pun nggak diizini" ucap nas.
"Aku mengerti. Perusahaan keluarga Mcqueenzee banyak nas. Kalau hanya kekurangan satu perusahaan kecil ini pun tak membuat keluarga kalian bangkrut" jelas Rafa.
Nastusha Side..
Benar kata kak Rafa. Aku sudah meminta izin ke papa dan kak Al untuk membantu menyelamatkan perusahaan kertas yang ku pegang ini.
Papa mengatakan bahwa biarkan saja itu perusahaan mati. Toh dari dulu emang sudah tidak beres dan nyaris bangkrut.
Namun aku tidak mau. Aku sempat membuat perusahaan kecil keluarga kami ini stabil.
Tapi aku tidak tau kenapa, tiba tiba dapat kabar bahwa ada yang menggelapkan bahan utama kami.
Yang buat kesalnya adalah, bahan utama kami yaitu kertas bukan di produksi dengan baik untuk keuntungan perusahaan kecil ini.
Malah ada oknum yang tidak bertanggung jawab, yang mengeksporkan bahan utama kami dengan harga rendah.
Setelah itu, dari harga yang rendah itu. Dia hanya memberikan ke perusahaan setengah harga dari harga rendahnya.
Sudah harga rendah untuk di ekspor tapi tidak keseluruhan di serahkan untuk perusahaan. Bahkan oknum itu mengambilnya setengah untuk kepentingan pribadinya.
Sehingga sekarang oknum itu tidak tau kemana melarikan diri. Aku sampai berusaha untuk membujuk kak Al mencari orang yang tidak bertanggung jawab itu dan meminta bantuan ke kak Al.
Tapi lagi lagi jawaban yang ku dapatkan dari kak Al sama dengan papa.
Kak Al mengatakan untuk melupakannya saja dan membiarkan perusahaan itu mati.
Tapi tidak tau kenapa, aku tidak rela. Perusahaan ini harus bisa aku selamatkan.
.
.
.
.Author...
"Eh nak Rafa" sapa mama nya Al dan Nastusha.
Rafa sekarang berada di kediaman keluarga Macqueenzee.
Rafa ingin bertemu gadisnya saat ini. Rafa tadi tidak sempat menjemputnya karna sedang rapat penting.
"Nas..nas.. turun ini ada nak rafa" ucap mama nya nas dari bawah.
"Yaampun ma, kok teriak teriak sih" ucap al yang baru turun dari kamarnya.
"Ini nak, nak rafa datang" ucap mama nya.
"Hei bro"
"Broo" sapa balik rafa sambil melakukan salaman hangat yang sering para lelaki ini lakukan.
"Ajak masuk dong ma. Kok dibiarin masih diluar" ucap papa nya Al dan Nas.
"Oh iya, yuk masuk nak. Aduh tante jadi lupa. Maaf ya" ucap mama nya Al dan mempersilahkan masuk dan duduk kepada rafa.
"Kalian bertiga bercengkrama lah dulu. Mama buatkan minum untuk kita. Nanti nastusha juga akan turun" ucap mama nya al.
"Baiklah tante" balas rafa sopan sambil memberikan senyuman termanisnya.
"Loh, kak Rafa" ucap nas dari atas sambil menuruni anak tangga.
Nas yang melihat dibawah ada rafa, al dan papa nya sedang duduk di ruang tamu pun, segera disusulnya kebawah.
"Kakak kok nggak bilang bilang datang" ucap nas sambil menuruni anak tangga dengan cepat.
Ketiga lelaki yang sekarang sedang duduk diruang tamu yang masih bisa melihat nas menuruni tangga tersebut pun merasa khawatir. Karna faktanya, nas menuruni anak tangga itu dengan cepat.
Mereka bertiga kompak berdiri karna melihat lincah nya nastusha. Namun Al dan papa nya kalah cepat dengan Rafa yang sekarang sudah menunggunya di ujung bawah tangga, agar bisa menuntun nas untuk turun pelan pelan.
"Pelan pelan nas. Nggak usah keburu buru gitu. Nanti jatuh" ucap rafa khawatir yang sudah menunggu permaisurinya menuruni tangga.
Setelah itu nas pun sampe dibawah dan memeluk rafa sambil memberikan senyum indahnya. Rafa yang melihat itu pun gemas sambil mencium pipi merahnya nastusha.
Sedangkan papa dan Al hanya bisa geleng geleng kepala melihat 2 sejoli tersebut.
"Kakak ngapain datang malam malam?" Tanya nas yang sambil berjalan bergandengan dengan rafa ke arah dimana papa dan kakaknya duduk.
"Mau membicarakan soal yang tadi pagi kamu omongkan" ucap rafa.
"Kenapa emang kak?"
"Aku tadi rapat penting ya membicarakan itu ke beberapa partner kerja ku" jawab rafa.
Nastusha yang mendengar itu langsung serius memposisikan duduk nya menghadap rafa sepenuhnya.
Nas memasangkan muka memohon agar jawaban yang di dapatnya adalah kabar baik.
"Emang ada apa nak rafa?" Tanya papa nya nas.
"Hm, sebelumnya aku minta maaf duluan om, bro dan nas. Aku nggak bisa bantu kamu sayang" ucap rafa sambil mengelus rambut nas dengan lembut.
Nas yang mendengar itu langsung memasang muka sedih.
"Emang apaan sih?" Tanya al penasaran.
"Mengenai perusahaan kertas itu. Aku menceritakannya ke kak rafa. Terus kak rafa berniat menolong"
"Iya al. Gue berniat menolong nas. Namun ternyata ketika gue bawa hal ini ke rapat kami, mereka menolak untuk membantu. Karna mereka tau desas desusnya" ucap rafa.
"Yaampun nak, udah nggak usah dipaksakan. Saya sudah bilang hal ini dengan nas untuk membiarkan saja perusahaan itu tutup. Tapi dia bersikeras untuk menyelamatkannya lagi dan lagi" ucap papa nya nas.
"Pa, perusahaan itu penting bagi nas. Papa tau nggak sih itu perusahaan pertama papa. Itu yang membantu papa hingga bisa besar seperti sekarang. Aku hanya mau menyelamatkannya agar bisa terus dikenang pa" jelas nas.
"Pokoknya jangan larang aku. Yaa aku nggak akan marah sama kak rafa mengenai tidak bisa membantu ku. Toh dari awal aku tidak meminta kakak untuk membantu ku. Aku yakin akan ada yang menyelamatkan perusahan itu" ucap nas tegas. Dia yakin, perusahaan itu akan tetap ada untuk selamanya.