Chapter eleven || Brown and Dark

4.1K 202 16
                                    

Hari itu, Leon meninggalkan Valeryn sendiri di apartemen. Iya, cuma sendiri. Suatu hal goblok yang mungkin kata orang... Ha? What are you doing miss? Kalau saja Dennyal tau, tinggal hitung hari masa hidup Valeryn di muka bumi ini.

Tidak memiliki alasan?

Tentu saja ada.

Valeryn ingin seharian tiduran di kasur Leon yang empuknya sejagat. Ia tidak pernah merasa senyaman ini ketika tidur selama di kediaman Williams.

Lalu karena Leon pergi, Valeryn bebas. Ia bisa melakukan hal gila apapun selama kebahagiaannya terpenuhi. Ada eskrim, coklat, kue, mie, dan kesunyian.

Oh lord...

Nikmat mana lagi yang Valeryn dustakan.

Wanita itu duduk santai di depan tv. Menyaksikan aktor kartun terbaik spongebob squarepants. Iya.... Sambil menikmati cemilan-cemilan tadi.

Hingga pukul satu siang, Valeryn kenyang sekaligus puas nonton. Ia pun tidur sebentar di king size terbaik milik Nathaleon Zevaro hingga terdengar sayup-sayup bunyi kode pintu dibuka.

Valeryn tersenyum lebar dan berlari kecil keluar. Namun langkahnya terhenti ketika yang masuk itu bukanlah seseorang yang Valeryn harapkan. Tapi seseorang yang tidak pernah Valeryn bayangkan akan datang. Bukan--bukan seseorang, tapi dua orang.

Sasha Yamada dan...?

Valeryn bersembunyi dan hanya mengintip dari celah pintu. Matanya membelalak kaget. Yang disaksikannya sekarang adalah dua insan yang sedang asik berjumbu. Oh tidak, Valeryn jarang melihat hal seperti ini.

Keduanya terlihat saling menikmati. Berlanjut ke buka-buka busana hingga penyatuan alat kehidupan satu sama lain.

Valeryn memekik. Ia tidak tahan. Memilih menutup pintu dan berusaha membuang jauh-jauh pikirannya dari fenomena itu. Yang ia lihat tadi itu Sasha Yamada kan? Iya benar, Sasha.

Tapi Sasha tidak bersama Leon.

Lebih tepatnya... Apa Sasha selingkuh?

Tidak mungkin.

Setidak martabat itukah Sasha hingga bercinta di apartemen orang? Tanpa persetujuan orangnya? Dia tidak punya rumah? Jika ingin membuat anak buatlah di tempat lain. Amerika ini besar. Apartemen Leon bukan satu-satunya.

Valeryn memelas. Ia melirik jam dinding. Sekarang telah petang menuju malam hari. Otak Valeryn buntu, tidak tau ingin melakukan apa. Maka dibangkitkanlah lagi niat pertahanan diri itu dan sekali lagi Valeryn mengintip untuk memastikan.

Oh shit.

Malah makin memanas. Suara erangan Sasha menguasai sudut ruang nonton. Tidak--Valeryn tidak memusingkan itu. Tapi cemilan-cemilannya yang di atas meja tadi. Mereka sadar tidak?

Tapi masa iya orang lagi menikmati anugerah tuhan paling indah itu sempat-sempatnya memperhatikan cemilan?

Valeryn geleng-geleng kepala atas kegoblokannya sendiri. Berbelok ke arah jendela dan merogoh ponselnya untuk menelfon Leon.

Iya, entah mengapa pikirannya saat ini mengarah pada lelaki itu. Lalu dia mengangkatnya setelah empat puluh kali panggilan tak terjawab.

"Ada apa? "

"Sesulit itukah hingga mengangkat telfon dariku saja tidak bisa? "

"Ada apa? Cepatlah. "

Valeryn memutar bola matanya jengkel. Lelaki ini memang masih sangat kental irit bicara nya.

"Kau dimana? "

PROTECT 2 √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang