Author pov
Regan dan Alina berhenti tepat di pintu masuk ballrom, tepat di ujung karpet merah digelar, sementara pasukan Pedang Pora menata barisan di tempatnya. Mereka para pasukan Pedang Pora adalah adik letting Regan, lettingnya sendiri sudah enggan, mereka sudah terlalu lelah, dan Regan memakluminya, membiarkan mereka hadir sebagai tamu saja kali ini. Dulu dia ingin di barisan para lettingnya yang masih lajang itu, tapi kini tak lagi, menjadi mempelai pria lebih menyenangkan. Para penabuh drumband sudah berada di tepian, sementara dua orang protokol, telah menempatkan diri di depan stand mic.
"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, selamat malam, dan salam sejahtera..." Suara protokol mulai menggema memenuhi ballroom hotel. "Hadirin yang terhormat pada malam hari ini marilah kita panjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat-Nya sehingga kita diijinkan untuk berkumpul di tempat ini untuk menghadiri resepsi pernikahan Abangku-Kapten Infanteri Regan Dinata Mahesa S.Tr.Han, Abituren Akademi Militer dengan Kakakku Alina Maudia Nafillah Herdiawan S.Keb., Bd., M.Keb. Pada kesempatan yang berbahagia ini pula, kami Korps Perwira Abituren Akademi Militer akan mempersembahkan acara tradisi Korps kebanggaan kami, acara tradisi Korps Pedang Pora." Protokol yang perempuan selesai membacakan sambutan, suara terompet langsung menyahut sesudahnya.
Kali ini pasukan pedang pora melangkah tegap memasukki ballroom, bersiap memulai Tradisi Pedang Pora. Alina merapalkan doa dalam hati, dia mengharapkan semua kelancaran untuk rangkaian acara malam ini. Dia tak ikut gladi bersih sore tadi, maka sepenuhnya sang suami adalah penuntunnya untuk acara ini.
Regan bisa merasakan tangan Alina yang sedikit bergerak gusar menggandeng lengannya. Dia jelas tahu perempuan yang telah resmi menjadi istrinya itu tengah tak tenang, serupa dengannya. Meski seringkali ia menjadi pasukan Pedang Pora tapi jelaslah berbeda saat dirinya sendiri yang menjalani.
Regan menepuk pelan punggung tangan Alina yang menggandeng lengannya, berusaha menyalurkan ketenangan untuk istrinya. Dia ingin Alina sedikit lebih baik. Gadis itu menengok ke arahnya, menampilkan raut sedikit tak nyaman namun bersentuahan keantusiasan dan senyum.
"Saya grogi Mas, tapi saya bahagia bisa bersama Mas disini." Ucap Alina seraya tersenyum sederhana.
Mata perempuan itu menatap Regan begitu bersinar dan tulus, dalam senyumnya dia menutupi perasaannya sendiri kendati percuma. Untuk sesaat Regan menahan napas melihat paras perempuan itu, rasanya sudah tak terhitung berapa kali dia jatuh cinta pada Alina.
"Mas beruntung Dek, menjadikan kamu istri mas." Regan membalas senyumnya. Entah berapa banyak lagi harus ia ucap syukur.
"Mas, saya lagi grogi loh." Bibirnya mengerut lucu, tapi wajahnya dirasa ikut memanas.
Regan tertawa tanpa suara. "Jangan gerogi sayang, lakukan seperti biasa saja saat kamu berjalan."
Regan tahu Alina salah tingkah, atas panggilan yang tadi ikut dia ucapkan. Tapi harus menjaga sikap jika harus memukul lengannya yang seperti biasa gadis itu lakukan dengan tangan halusnya. Kali ini Regan bisa merasakan cubitan kecil dari jemari lentik Alina yang selalu diikuti dengan usapan halus.
"Hadirin yang terhormat, acara tradisi Korps yang kami persembahkan pada hari yang berbahagia ini merupakan suatu acara bahwa kami Korps Perwira Abituren Akademi Militer ikut mengayuh bagyo dalam dalam mengantarkan Kakak kami menempuh kehidupan yang baru. Adapun maksud dan tujuan dari acara ini, yang menjadi tradisi kami Korps Perwira Abituren Akademi Militer akan tetap terjalin hubungan ikatan batin yang kuat antara kakak dan adik. Disamping untuk mengantarkan Kakak kami Perwira Abituren Akademi Militer ke pintu gerbang mengarungi kehidupan yang baru sebagai Suami-Istri yang berbahagia dan juga sebagai pernyataan bahwa kami sama-sama digembleng di Lembah Tidar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Midwife Is My Future [AUTHOR NGARET]
RomansaSiapapun tidak akan pernah bisa mencintai untuk kedua kali dengan cara yang sama setelah merasakan suatu kekecewaan. Alina Maudia, seorang bidan cantik lemah lembut. Hanya mengisi hidupnya dengan satu hal. Mengabdi pada Negara dengan membantu proses...