8. Selangkah Tertahan

4.3K 258 2
                                    

Tampak seorang pengantin wanita dan pria keluar dari sebuah mobil. Berjalan memasuki gedung melalui pintu utama. Beberapa orang tampak menatap mereka kagum. Pasangan yang serasi. Karel menggandeng tangan Anin lengket.

Diantara pasang mata yang menatap mereka kagum. Sesosok wanita cantik bermata indah juga tampak mengagumi pasangan raja ratu sehari itu. Ia hari ini juga cantik, tidak bukan hanya hari ini melainkan sama setiap harinya. Namun hari ini ia tampak lebih berwarna dengan polesan make-up yang hari ini hadir turut mewarnai kecantikan parasnya dan sebuah senyum serta tawa.

Hari ini Alina melepaskan tawanya. Semua kecerian yang sempat tertanam, tertahan untuk ia keluarkan sejak waktu itu. Hingga ia semalam sadar. Dengan menjadi seseorang yang diam tak akan mengubah keadaan. Toh ia tetap telah kecewa, seorang wanita mudah untuk memaafkan tetapi tidak untuk melupakan. Dengan dia diam malah akan membuat khawatir bundanya. Jadi sejak semalan Alina memutuskan untuk bersikap seperti dulu. Alina yang riang, ceria, tak ada celoteh yang tertahan. Bukan lagi Alina pendiam hanya menanggapi sebuah lelucon terlucu di dunia hanya dengan senyum. Kini tawa lepas bukan hanya sudut bibir terangkat tanpa tampak deretan rapi gigi.

Anin bersama Karel berjalan lebih dulu, mengingat mobil mereka berada paling depan saat iring-iring menuju gedung resepsi dari masjid agung tempat ijab kabul. Namun sang pengantin wanita menghentikan langkahnya. Berbalik kebelakang mencari seseorang.

Karel juga turut menghentikan langkahnya mengikuti wanita yang kini telah menjadi istri sahnya."Kenapa berhenti?"

"Alina Mas nanti ketinggalan." Anin berkata cemas.

Yumna mendekati sang anak yang tampak cemas."Tenang aja, Alina sudah dipanggung." Yumna menunjuk ke arah panggung tepat dimana Alina berada.

Anin mengalihkan matanya kearah sebuah panggung. Disana tampak Alina berdiri dihadapan sebuah tiang mic. Tersenyum kepadanya melambaikan tangan. Gadis itu memang sebelumnya telah berjanji akan bernyanyi dipesta ini, setelah Anin memohon-mohon agar Alina mau membawakan sebuah lagu sebagai hiburan. Bukan, sebenarnya bukan sebagai hiburan tetapi Anin ingin mengenalkan Alina kepada teman-temannya. Karena sudah dapat dipastikan jika dikenalkan secara langsung Alina akan menolaknya jadi ratu hari ini memilih cara itu.

"Selamat siang semua." Suara Alina mulai mengisi ballroom hotel itu. "Sebelumnya saya ingin mengucapkan happy wedding buang mbak Anin dan mas Karel. Semoga jadi kelurga yang samawa dan cepet dapet momongan yah..."

"Ayo." Karel mengajak Anin kembali berjalan menuju singgasana mereka.

"Aku seneng Mas." Ucap Anin matanya masih menatap Alina yang tengah bertutur diatas panggung. "Dia bisa ceria hari ini, senyumnya merekah."

"Iya semoga Alina bisa mendapatkan yang terbaik."

Alina  pov

Aku berdiri disini. Diatas panggung di ballroom tempat berlangsungnya acara. Setelah sebelumnya mbak Anin memohon untuk menyanyikan sebuah lagu diacara pernikahannya. Awalnya aku enggan. Namun anggaplah ini sebagai kado dariku, aku tak bisa memberikan lebih. Semoga ini bisa menggantinya.

"Saya akan menyanyikan satu lagu lagi." Ucapku setalah satu lagu habis kunyanyikan. Setalah tadi lagu bahagia mungkin lagu yang satunya tak apalah ku buat sedikit mendayu sekedar mengingat sebuah kenangan dimasa lampau. Namun tak ada niatan bagiku untuk mengulangnya "Semoga kalian menikmatinya."

Pertama kali aku tergugah
Dalam setiap kata yang kau ucap
Bila malam tlah datang
Terkadang ingin kutulis semua perasaan...

Kata orang rindu itu indah
Namun bagiku itu menyiksa
Sejenak kufikirkan untuk ku benci saja dirimu...
Namun sulitku membeci

My Midwife  Is My Future [AUTHOR NGARET]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang