Mencintai paling sederhana dan paling indah adalah, mencintai dalam diam.
***
Maaf beberapa waktu lalu saya gak up. Soalnya saya meriang, saya orgnya gak boleh kecapekan dikit. Jadi langsung sakit, fisik saya lemah soalnya.
Dah, intinya happy reading.
****
"Salah Lis, bukan begitu caranya." Rangga menggeser duduknya. Membenarkan posisi jari tangan Lisa yang salah pada penempatan senar gitar.
"Nah gini, pertahankan," ujar Rangga, sedikit menekan jari Lisa agar lebih kuat memencet senar gitar tersebut, agar nanti suaranya bagus.
"Lemes banget sih jarinya," heran Rangga. Memang beda ya, jari cowok dengan cewek? Memang sih cewek lebih dominan gak ingin mengerjakan pekerjaan yang kasar, makanya telapak tangan mereka halus.
"Sakit Rangga, senarnya tajem banget. Ngentek tangan gue," keluh Lisa lalu melepaskan jarinya yang ia tempatkan di senar gitar tersebut. Dilihatnya jari tangannya, memerah dan gambar bekas senar gitar itu tercetak jelas. Rasanya perih.
"Ya gitulah belajar Lis, harus ngerasain sakit dulu, baru bisa. Katanya mau di ajarin main gitar? Kok udah nyerah?" heran Rangga,memperhatikan Lisa dari samping.
Lisa yang mendengar penuturan Rangga langsung menunduk, menatap gitar berwarna hitam yang kini berada di pangkuannya, gitar itu milik Rangga, cowok itu yang meminjamkannya karena Lisa meminta Rangga untuk mengajarinya bermain gitar.
"Gue kira belajar gitar gampang, gak taunya susah," ucap Lisa. Membuat Rangga terkekeh mendengarnya.
"Iya emang, ngeliat orang lain gitaran kayaknya seru, enak banget denger nada yang di mainkannya. Tapi giliran nyoba sendiri, malah susah," balas Rangga. "Kuncinya, harus belajar dan latihan agar cepat bisa."
Rangga lalu menarik tangan Lisa yang sedang Lisa genggam telapak tangan kirinya menggunakan tangan kanannya. Rangga memperhatikan, jari jemari perempuan itu dan berakhir mengusap telapak tangannya.
"Tangan selembut ini mah, atuh kasihan kalo harus berdarah untuk belajar gitar," gumam Rangga, masih mengusap telapak tangan Lisa.
Rupanya gumaman Rangga dapat di dengar oleh Lisa. Karena mereka duduk berdampingan. "Emang sampai berdarah ya?" tanya Lisa membeo.
"Enggak juga sih, palingan juga kapalan, kayak dulu gue baru belajar gitar. Perihnya masyaallah ." Rangga menjawab. "Tapi kalo kayak lo mah, kasihan aja gitu. Apalagi bekas mencet senarnya, pada berbekas dan itu perih."
Aletta yang sedang duduk di sofa bersama Monica yang berjarak agak jauh dari Rangga dan Lisa, memperhatikan Monica.
Kepala Monica terus saja menoleh pada Lisa dan Rangga. Bahkan gadis itu tak fokus ketika sedang diajak mengobrol dengan Aletta. Terbukti dari jawaban lemot gadis itu.
"Mon, lo jangan sedih." Aletta mulai mengeluarkan suaranya, setelah lama terdiam sambil memperhatikan prilaku Monica.
Sukses, suara Aletta membuat Monica menoleh padanya. "Sedih kenapa memangnya kak?" tanya Monica gengsi. Padahal sudah terbaca jelas guratan kesedihan pada wajahnya saat melihat Rangga dan Lisa yang tampak akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA (END)
Teen Fiction#Teenfiction series 💔 "Selama nafas ini masih ada, selama darah ini masih mengalir di dalam tubuh, selama jantung ini masih berdetak, dan selama kedua mata ini belum tertutup rapat. Tuhan, aku mohon izinkan aku untuk menatap dirinya yang sedang ter...