Penyesalan memang selalu datang terlambat. Jika sudah habis waktunya kebanyakan orang akan mengakui kesalahannya.
***
Oke saya cuma mau bilang, tarik nafas ... buang...Buangnya dari mulut ya bukan dari ... Nanti takutnya 🐤💨
Oke skip, saya baik hati double up hari ini. Mana nih suaranya??? Ya walau tau work saya sepi. Intinya happy reading ya🌺😊
***
Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tanda pembelajaran hari ini sudah selesai dan sekolah sudah mempersilahkan para siswa-siswi untuk pulang kerumah masing-masing setelah lelah belajar di sekolah seharian.
Tapi tidak dengan Rosa, Dela, dan Merlin. Mereka berdiskusi sebelum pergi menjenguk Lisa. Bingung ingin memberikan gadis itu apa.
"Udah aja sih, rempong banget deh kek Mak-Mak mau besanan. Cuma menjenguk doang." Rosa berucap.
"Orang sakit di bawain buah wajar, itu biasa. Tapi gue maunya yang beda," jawab Merlin.
"Lah trus? Lo mau kasih Lisa yang gak wajar?"
"Bukan gitu ih! Maksud gue jangan buah, yang lain kek. Dia juga pasti ortunya beliin dia buah."
Dela diam, gadis itu memikirkan apa yang akan ia bawa untuk menjenguk Lisa. Masa dia datang dengan tangan kosong? Tentunya tidaklah mungkin.
Merlin melihat Gibran bangkit dari duduknya beserta Ravan dan Faisal. Mereka terlihat cuek pada Gerald hari ini. Entahlah, ia pun tak tau pasti dengan mereka berempat.
"Kalian mau pulang?" tanya Merlin. "Kalian mau ikut kita jenguk Lisa gak?" tawarnya.
Tentu saja hal itu membuat ketiganya menghampiri Merlin kecuali Gerald yang tampak acuh, tak perduli jika hal yang menyangkut tentang Lisa.
"Ikut-lah," jawab Faisal lalu merangkul Ravan. "Ye gak kembaran gue?" tanyanya pada Ravan layaknya cowok itu adalah pacarnya.
"Ck. Apaan sih lo lepas-lepas! Geli gue," umpat Ravan. Melepaskan tangan Faisal di bahunya.
"Yaelah gitu doang kesel, lo takut Dela cemburu ya gue deket sama lo?" tanya Faisal ngaco lalu melirik Dela. "Pacar lo nih Del."
"Iya tau gue," balas Dela sekenanya.
Ravan menoleh pada Gerald yang akan melangkah keluar kelas. "Woy mas!" Panggilnya sedikit berteriak. Dan panggilannya sukses membuat cowok itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ravan.
"Lo gak mau jenguk Lisa? Begitu amat lo, gak setiawan," cibir Faisal.
"Jangan mentang-mentang Lisa mantan lo sehingga lo gak perduli." Gibran berucap. Cowok itu menatap sinis pada Gerald. Ingatlah, mereka masih bermusuhan semenjak kejadian kemarin dan belum ada yang mau meminta maaf apalagi memaafkan. Terlalu menanamkan sikap gengsi di dalam dirinya masing-masing.
"Eh udah-udah! Buset kek anak kecil aja lo berdua, main sinis-sinisan segala!" Ravan berujar, berdiri di tengah-tengah cowok itu. Menjadi penengah sebelum kedua manusia itu yang sedang saling melemparkan tatapan sarat permusuhan bertengkar, bisa gawat nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA (END)
Teen Fiction#Teenfiction series 💔 "Selama nafas ini masih ada, selama darah ini masih mengalir di dalam tubuh, selama jantung ini masih berdetak, dan selama kedua mata ini belum tertutup rapat. Tuhan, aku mohon izinkan aku untuk menatap dirinya yang sedang ter...