Memilih salah satu tapi kehilangan yang lain, memilih keduanya tak bisa di kehendaki. Tak memilih keduanya? Kebahagiaan di korbankan.
***
Bruuk ....
"Lisa gak kuat Rald, lemas banget." Lisa menunduk, menatap lantai. Sungguh, dirinya tak kuat melangkah lagi, rasanya tenaga yang ia punya sudah hilang sepenuhnya.
"Hiks... hiks... sakit banget...." tangis Lisa terdengar, di sertai cengkramannya yang semakin erat di tangan Gerald. Cowok itu iba, dia berjongkok di hadapan Lisa yang sedang menunduk sambil menangis.
"Sekarang kita ke Dokter ya? Nanti aku kasih kabar ke Bunda."
Lisa semakin mencengkeram kuat tangan cowok itu, menjadikannya tumpuan dari rasa sakitnya yang menyerang tubuhnya saat ini. Sekuat tenaga dia menggelengkan kepalanya. "Lisa gak mau. Lisa gak apa-apa."
"Lisa, jangan kayak gini. Ini sama aja kamu nyiksa diri kamu dengan membiarkannya sakit, ke Dokter ya? Aku anterin."
"Gak mau! Lisa gak pa-pa! Cuma lemes sama pusing," balasnya. "Lisa mau pulang."
Lisa duduk di teras depan rumah Gerald. Dia tidak kuasa lagi untuk terus melangkah, dirinya akhirnya jatuh terduduk di lantai sambil merasakan kepalanya yang terus berdenyut nyeri. Apalagi seluruh tubuhnya seperti tidak mempunyai saraf dan tulang, alias lemas.
"Udah jangan nangis."
Sebisa mungkin Gerald berusaha menenangkan tangis Lisa, walau dia tak bisa menghilangkan rasa sakit yang menyerang Lisa saat ini setidaknya dia bisa memberikan sedikit kekuatan untuk Lisa agar gadis itu sedikit merasakan sakitnya yang perlahan menghilang.
Gerald memeluk Lisa, mengusap pelan punggung perempuan itu. Dirasa olehnya tubuh Lisa bergetar hebat, di iringi isak tangisnya yang mampu menohok hatinya. Sudah di tawarin pergi ke Dokter untuk di periksa dan mendapatkan pengobatan agar Lisa tak terus kesakitan seperti ini. Tapi perempuan itu tetap menolak dengan ngeyel, alhasil Gerald hanya bisa menenangkan tangis Lisa karena perempuan itu tak ingin diajak ke Dokter. Mau di paksa juga percuma.
"Udah jangan nangis Lis, ke Dokter ya? Jangan ngeyel."
Di pelukannya Lisa masih menggeleng. "Aku gak mau, aku mau pulang aja." Lalu tangannya merogoh saku roknya, mengambil minyak kayu putih ukuran 15 ml dari sana. "Lagian aku punya ini," lanjutnya.
Dia melepaskan pelukannya, menatap benda yang sedang di pegang Lisa. "Jangan di paksain Lis, minyak kayu putih bisa sembuhin sakit kamu?"
Lisa mengangguk lemah. "Bisa, gak usah ke Dokter. Aku gak pa-pa, cuma pusing, palingan juga terlalu kecapekan aku," balas Lisa.
Tangannya mengambil alih benda yang di pegang Lisa, membuka penutup botol minyak kayu putih itu, di tuangnya cairan beraroma ekaliptus itu lalu di oleskan di kening Lisa, memijitnya pelan. Berharap dengan begini, rasa pusing di kepala perempuan itu hilang.
Di tempatnya, Lisa hanya bisa diam, dia memejamkan matanya lalu menyandarkan kepalanya yang terasa berat ini pada bahu cowok itu. Membiarkan Gerald memijit kepalanya.
"Lis, Lisa. Udah gak pusing lagi?"
Dengan pelan dia menggerakkan kepalanya untuk mendongak. "Sedikit mendingan."
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA (END)
Ficção Adolescente#Teenfiction series 💔 "Selama nafas ini masih ada, selama darah ini masih mengalir di dalam tubuh, selama jantung ini masih berdetak, dan selama kedua mata ini belum tertutup rapat. Tuhan, aku mohon izinkan aku untuk menatap dirinya yang sedang ter...