15. Kecewa tapi gak bisa.

1.2K 93 1
                                    

Hidup itu ibarat buku. Jika tidak berani membuka lembaran selanjutnya, maka kita tidak akan pernah tau cerita selanjutnya.

-Ravan Prasetya-

***

    Langkah demi langkah berjalan menaiki tangga rumahnya. Melewati tangga melingkar untuk sampai ke lantai dua, yaitu tempat kamarnya berada.

Setelah sampai di lantai dua. Dia melihat pintu kamar pertama terbuka. Tanpa di suruh dan sedikit ada rasa penasaran di hatinya, pria itupun berjalan  kearah kamar itu.

Belum sempat dia masuk ke dalam untuk mengecek, dari ambang pintu dia melihat seorang perempuan tengah tertidur pulas diatas kasur anaknya. Hal itu membuat emosinya seketika tersulut melihat apa yang di lihatnya.

Dengan langkah terburu-buru Hardi segera turun lagi ke lantai bawah, napasnya memburu melihat hal itu barusan.

"Bangun kamu!"

Ucapan itu sekaligus cengkraman erat di kerah bajunya membuat Gerald kaget bukan main dan langsung bangun dari posisi tidurnya.

Tanpa harus mendengar anaknya bertanya, Hardi segera menarik tangan anak lelakinya itu untuk naik ke lantai dua.

"Coba jelaskan ini!" tegasnya.

Gerald mengerutkan dahinya bingung. Dia tak tau dengan  Papanya ini, kenapa tiba-tiba terlihat seperti orang marah, sebenarnya apa salahnya sampai-sampai Papanya seperti ini?


"Papa kapan pulang? Katanya seminggu baru balik lagi ke Jakarta?" tanya Gerald, membuat tatapan itu berubah makin menjadi garang.

"Jangan simpati kamu! Kamu kan yang sudah merencanakan ini semua selama saya keluar kota?"

Gerald makin tidak mengerti dengan maksud Papanya itu. "Merencanakan? Maksudnya?"

"Jangan pura-pura bodoh kamu! Mentang-mentang saya pergi keluar kota dengan seenaknya kamu bawa perempuan itu kerumah ini?!"

"Sudah melakukan apa saja kamu dengan gadis itu?! Kamu ini, mau merusak nama keluarga?! Kamu mau menghancurkan nama Papa sebagai pemilik perusahaan di mata Staff saya, iya?!"

Suara itu menggelegar di udara. Hardi murka dengan anaknya karena melihat seorang perempuan sedang tertidur pulas di Kasur milik Gerald. Hal itu membuat amarah di dalam diri Hardi semakin memuncak. Dia tidak mau terjadi hal yang tidak di inginkan yang berasal dari keluarganya apa lagi sampai merusak nama baik keluarganya ini.

Ingatlah, dia sangat menjunjung nama baiknya. Tidak mau sedikitpun namanya ternoda dimata orang lain.

Plak!

"Jawab kamu!! Jangan diam saja kamu Gerald! Kamu punya mulut kan?!"

"Kamu mau merusak martabat di keluarga ini?! Ini kan yang sudah kamu rencanakan selama saya tidak ada di rumah?! Dengan seenaknya kamu membawa seorang perempuan ke rumah ini?"

"Bagaimana kalau terjadi apa-apa pada dia! Keluarga ini pasti yang bakal kena!"

Suara keras itu sekaligus suara sebuah tamparan yang mendarat di pipi kanan anak lelakinya itu. Rasanya, di rumah sebesar ini yang teramat sunyi suara bentakan Hardi pada anaknya teramat jelas terdengar.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Papanya membuat Gerald makin tidak mengerti,  salah apakah dia? Kenapa Papanya semurka ini padanya? Apakah dia melakukan kesalahan dengan membawa Lisa kesini? Dan kenapa Papanya menamparnya?

GERALISA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang