Ada yang tidak takut tenggelam ketika senja, yaitu rasa.
***
Manik mata berwarna hazel itu tak bisa diam untuk memperhatikan siswa siswi yang berlalu lalang melewati tempat ini. Ketahuilah, ia tidak bisa fokus sekarang.
Mengabaikan buku paket berukuran tebal yang kini berada di hadapannya.
"Mau ngerjain apa sibuk melamun?"
Hingga suara itu membuyarkan lamunan Lisa, mengerjapkan matanya berulang kali lalu menoleh pada Gerald.
"Gak niat ngerjain? Bel masuk udah kumpul lho Lis."
Dengan malas Lisa melirik pada buku paket yang di covernya terdapat tulisan 'Matematika untuk kelas 12 semester ganjil.'
Bahkan buku tulisnya saja dia anggurkan, walau tangannya memegang pulpen, tapi Lisa sama sekali tidak menggerakkan benda itu untuk menuliskan coretan tinta di sana. Lisa tak niat sama sekali.
"Aku males banget sumpah, udah soalnya banyak banget. Beranak lagi jawabannya, rasanya mau gumoh aja," dumel Lisa.
Alasannya itu. Sudahlah jangan tanya bagaimana Lisa jengkel dengan Wali kelasnya itu yang bernama Pak Tris. Beliau memang benar-benar tak mempunyai sisi berperikemanusiaan sama sekali. Tak ada toleransi sedikitpun untuk para anak didiknya. Dengan seenak perut dia memberikan muridnya soal matematika yang banyak, di tambah lagi soal itu beranak.
Dan jika guru itu memberikan tugas pasti selalu menyuruh mengumpul tepat waktu, dalam waktu singkat. Jika tidak, nilai yang akan menjadi ancamannya, Pak Tris tak akan segan-segan menaruhkan tinta merah di nilai Raport muridnya yang tak menuruti perintahnya, apalagi guru itu mempunyai ingatan kuat siapa saja yang pernah berurusan dengannya.
Contohnya Ravan dan Faisal, kedua siswa itu tak ada habisnya mencari perkara pada Pak Tris.
"Kerjain Lis, mau nilai kamu jelek nanti?" Sebagai jawabannya dengan cepat Lisa menggelengkan kepalanya hingga rambut panjangnya yang kini ia kuncir dengan gaya rambut pony style ikut bergerak mengikuti gerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
"Gak mau, nanti malah nilai aku kesaing sama kamu, dan peringkat aku turun."
"Makanya ngerjain, jangan melamun. Kalo ngelamun gak akan kelar tugasnya," balas Gerald lalu kembali lagi fokus pada buku paket yang ada di hadapannya.
Dengan terpaksa dan menggerakkan kepalanya malas, Lisa menoleh pada bukunya. Tak niat sama sekali. Menghembuskan nafas panjang tangannya bergerak untuk mulai mengisi jawabannya di buku tugas Matematikannya.
"Celakalah itu guru. Bikin tangan gue gempor dan otak gue belibet," omel Lisa lebih mirip seperti gumaman. Mencoba mengusir rasa malasnya dan berusaha mengerjakan soal miliknya.
"Jangan gitu, walau ngeselin tapi itu guru kamu."
Bukan Lisa tidak bisa menjawab soal matematika itu, hanya saja mode mager sedang menyergap dirinya sekarang dan betah menghinggap. Ingatlah, walau begitu Lisa merupakan juara satu di kelasnya dan terkenal siswi terajin di kelasnya. Soal Matematika ini gampang, tapi jika mode mager mampir ya susah ingin mengerjakan, bahkan menggerakkan pulpen saja terasa berat, padahal pulpen itu tidaklah mempunyai bobot yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA (END)
Novela Juvenil#Teenfiction series 💔 "Selama nafas ini masih ada, selama darah ini masih mengalir di dalam tubuh, selama jantung ini masih berdetak, dan selama kedua mata ini belum tertutup rapat. Tuhan, aku mohon izinkan aku untuk menatap dirinya yang sedang ter...