Terkadang bagian tersulit bukan melepaskan. Namun belajar untuk memulai kembali.
***
Bismillahirohmah nirrohim semoga gak ada kata yang typo.
Doain aja saya bisa namatin nih cerita sebelum saya PKL. Amin.
Oke intinya happy reading ya.
***
"Lisa pamit Ayah, assalamualaikum," pamit Lisa lalu mencium punggung tangan Ayahnya.
"Iya nak, waalaikumsalam," jawab Aldi mengusap puncak kepala puterinya lalu menciumnya.
Lisa turun dari mobil Ayahnya. Pagi ini dia diantar oleh Aldi karena Firda yang memintanya. Bundanya khawatir dengan keadaan Lisa, maka Firda tak membiarkan puterinya berangkat sekolah sendiri mengingat Lisa baru pulang dari rumah sakit.
Gadis itu terlihat ceria hari ini, alasannya karena ia bisa masuk sekolah kembali setelah tujuh hari lamanya dia di rawat di Rumah Sakit. Sebenarnya Lisa belum di perbolehkan pulang oleh Bundanya karena beliau khawatir dan menyuruh Lisa fokus pada kesehatannya dulu, tapi gadis itu terus menolak dan mengatakan ia ingin masuk sekolah, Lisa tak mau ketinggalan pelajaran karena dia sudah kelas 12 dan sebentar lagi akan melaksanakan UN.
"Lisa."
Panggilan seseorang membuat langkah gadis itu terhenti, dia belum membalikkan badannya. Sudah tau siapa yang memanggilnya membuat Lisa sedikit kaku, sudah lama dia tidak mendengar orang itu memanggil namanya, dalam hati dia juga rindu dengannya. Namun Lisa bisa apa karena kini dia dan orang itu bukan siapa-siapa.
Di tempatnya berdiri, Gerald hanya bisa terdiam menatap punggung Lisa yang tak merespon panggilannya. Gadis itu seolah mengabaikannya, membuat cowok itu menghampiri Lisa, menarik tangannya membuat tubuh Lisa menghadap kepadanya, tidak kasar namun bisa membuat Lisa deg-degan secara tiba-tiba.
Lisa mendongakkan kepalanya, walau awalnya dia ragu melakukan itu. Memandang wajah cowok yang sudah berdiri di hadapannya kini. Gadis itu tersenyum tipis walau kaku.
"M-maaf kemarin aku gak ikut pemakaman Papa kamu, soalnya aku masih di rumah sakit. Turut berduka cita, kamu yang sabar ya," ucap Lisa mulai membuka pembicaraan. Gadis itu memberikan senyumnya pada Gerald.
"Ada apa?" tanya Lisa kikuk, karena cowok itu hanya diam berdiri di hadapannya dengan tatapan yang lurus tepat menatap bola mata Lisa. Dengan melihat itu membuat Lisa gugup bukan main. Lisa tidak melakukan kesalahan bukan kepada cowok itu?
"A-aku kurusan ya? Soalnya aku males makan," ujar Lisa karena Gerald mengamati wajahnya. Dalam hati Lisa was-was, takut cowok itu mungkin menyimpan amarah dalam dirinya mengingat selama ini setelah putus mereka saling jauh dan berusaha mengabaikan kehadiran satu sama lain.
"Apa pipi aku tirusan ya?" Lisa menepuk-nepuk pipinya, gadis itu menyengir.
"Oh, apa rambut aku jelek karena aku pendekin? Abisnya rambutku banyak yang rontok jadi mending di pangkas aja." Lisa memegang kepalanya, senyum masih terpantri di bibirnya.
Memang, penampilan gadis itu berubah drastis. Dari tubuhnya yang terlihat kurus, pipinya yang menirus, dan juga gaya rambutnya. Lisa memotong rambutnya kemarin di Salon. Gadis itu mencoba ikhlas dengan keadaannya, walau ia sangat menyukai rambut panjang sepinggangnya itu namun jika tetap di biarkan sedikit jelek, karena rambutnya tipis, banyak yang rontok. Maka Lisa memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALISA (END)
Ficção Adolescente#Teenfiction series 💔 "Selama nafas ini masih ada, selama darah ini masih mengalir di dalam tubuh, selama jantung ini masih berdetak, dan selama kedua mata ini belum tertutup rapat. Tuhan, aku mohon izinkan aku untuk menatap dirinya yang sedang ter...