64. Rencana

1K 64 4
                                    

Saya tidak bisa menjadi seperti pelangi yang sangat indah untuk di kagumi. Tapi saya akan selalu menjadi sang mentari yang selalu ada untuk menyinari.

***

Setelah empat hari bertempur dengan soal-soal ujian, akhirnya mereka bisa bernapas lega. Dan tak lagi pusing apalagi gugup menghadapi soal yang mampu membuat otaknya mumet.

Sekarang Rosa, Dela, dan Merlin beserta Ravan dengan ke tiga temanya sedang berada di cafe. Menikmati udara kebebasan mereka setelah menghadapi empat hari yang penuh dengan ketegangan.

"Rangga mana? Katanya mau dateng?" tanya Faisal pada Gibran.

Gibran melirik layar ponselnya lalu dia melanjutkan menyeruput minumannya. "Bentar lagi, otw katanya," balasnya.

"Eh iya, Monica itu pacarnya Rangga ya?" tanya Merlin yang di balas anggukan oleh Gibran. "Imut banget dia."

Mereka memang sudah berteman dengan Rangga beserta teman-temannya di karenakan Gibran dan Lisa yang memperkenalkannya. Siapa sangka akhirnya mereka berteman baik walau berbeda sekolah.

Bunyi notifikasi ponsel membuat mereka menoleh, mencari suara notif itu dari siapa.

Dela yang tau itu suara notif dari ponselnya segera mengambil benda itu. Melihat ke layarnya yang berkedip menampilkan sebuah tulisan yang mampu membuat kedua matanya sedikit melotot kaget.

"Eh liat deh. Besok Lisa ulang tahun!" pekiknya membuat yang lain langsung menutup telinganya karena suara pekikan Dela lumayan cempreng.

Rosa yang memang duduk di samping Dela langsung menjitak kepala gadis itu. "Biasa aja napa buset. Kuping gue pengeng denger teriakan lo!" omelnya.

Dela langsung menyengir lebar, membuat Rosa memutar bola matanya malas sambil mendengkus.

"Masa sih? Kok gue lupa ya?" Merlin menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Dela. Mengambil alih ponsel itu yang berada di genggaman Dela dan benar Merlin juga terlihat kaget.

"Bener seh, besok Lisa ultah."

"Harus siapin rencana nih," ucap Faisal yang di balas anggukan setuju dari mereka.

"Rencananya apa?" tanya Rosa.

"Gimana kalo kita beliin dia sesuatu yang bikin dia seneng gitu? Atau surprise ke dia?" sarannya.

Ravan mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada kening, mencoba berpikir. "Apa ya? Gak tau gue."

"Ayo guys berpikir."

"Soalnya dia lagi di rumah sakit, di rawat lagi. Kan gak mungkin kita ajak dia keluar buat ngerayain ultahnya." Ucapan Gibran di balas anggukan oleh yang lain.

Rangga dan Adyan baru saja datang, mereka berdua langsung duduk dan mengeryit heran karena mendapati wajah Gibran dan yang lainnya seperti kebingungan sedang berpikir.

"Kalian pada kenapa sih? Mukanya ngebingungin banget."

Suara itu membuat yang lainnya sedikit kaget, mereka langsung menoleh pada Rangga dan Adyan yang entah kapan sudah datang dan duduk di sana. Padahal setau mereka tadi kursi itu masih kosong.

GERALISA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang