Lala menatap ke arah cutter yang menusuk perutnya, sedangkan Hendery hanya mematung sambil melebarkan matanya.
Wanita yang ada dihadapan Lala itu tampak sama kagetnya dan langsung melepas genggaman dari cutter tersebut.
Dengan perlahan Lala mencabut si cutter yang menancap di perutnya, setelah itu Lala menjatuhkannya ke lantai.
Kini kedua tangan Lala penuh dengan darah, gadis itu menatapnya dengan kening yang berkerut.
"Jadi, kamu mau bunuh Hendery?" Lala bertanya dengan nada dingin.
Perlahan dia mengangkat kepalanya lalu menatap tajam ke arah si wanita. Emosi telah berhasil mengambil alih tubuh Lala hingga membuatnya berubah seperti saat menyelamatkan Yangyang dari si supir jahat.
Mata Hendery makin melebar karena melihat kuku-kuku Lala semakin meruncing hingga tampak seperti cakar harimau.
Namun si wanitalah yang lebih ketakutan, karena dia melihat perubahan Lala itu dengan sangat jelas.
"Hendery! Dia ini apa?!" Wanita tersebut berteriak panik.
"Dasar gak tau diri!" Lala membentaknya. "Berani-beraninya kamu manggil Hendery setelah berusaha ngebunuh dia!"
"Cewek ini gila!" Runtuk si wanita sambil menunjuk ke arah Lala.
"Kamu yang gila!" Lala menerjang si wanita hingga membuat tubuhnya terbanting ke lantai.
Hendery ingin pergi dari rumah tersebut namun kakinya serasa dipaku. Alhasil Hendery hanya bisa jatuh terduduk sambil melihat semua kejadian itu.
"Hendery! Tolong!" Si wanita tidak bisa bergerak lagi setelah Lala menduduki tubuhnya.
"Jangan harap Hendery nolongin kamu!"
"LALA! BERHENTI!" Tapi ternyata Hendery membantunya.
Lala yang tadinya merasa sangat marah tiba-tiba saja menjadi kecewa karena mendengar suruhan Hendery itu.
"Gua gak suka ya Lo kaya gini!" Bentak Hendery lagi.
Kepala Lala menoleh ke arah Hendery yang ada di belakangnya. Dia menatap sedih ke arah pemuda itu.
"Berdiri!" Suruh Hendery kepada Lala.
Perlahan wujud menyeramkan Lala itu menghilang dan Lala kembali menjadi seorang gadis yang polos.
"Tapi dia jahat." Ucap Lala masih dengan perasaan kecewanya.
"ELO YANG JAHAT!"
Mendengar teriakan Hendery tersebut semakin membuat hati Lala hancur.
Nyawa yang dia berikan untuk Hendery ternyata sia-sia. Pemuda itu tetap membela si wanita dan malah menganggap Lala yang jahat.
"Lo kira gua bakal suka ngeliat semua ini? Enggak La, gua malah jadi makin benci sama Lo."
Perkataan Hendery terdengar sangat dingin bagi Lala. Gadis itu mulai berkaca-kaca dan merasakan sesuatu yang lebih menyakitkan di hatinya daripada ditusuk dengan cutter.
"Dia siapa?" Namun Lala tetap berusaha tegar.
"Pacar. Gua ngerti kenapa dia sampai ngelakuin hal itu, seandainya Lo tadi gak ikut-ikutan pasti semua beres lebih cepet." Jawaban Hendery berhasil membuat Lala meneteskan air matanya.
Gadis itu akhirnya berdiri setelah menduduki badan si wanita selama beberapa menit.
Tatapannya masih dia arahkan kepada Hendery. Ada rasa marah, sedih, kecewa, dan sakit yang Lala perlihatkan dari sorot matanya.