34 - Renjun Marah

12K 2.6K 484
                                    

PLAK!

"AAAAAAAAAAA!" Chenle berteriak histeris ketika melihat Renjun tersungkur ke lantai akibat tamparan Lala.

Para staf segera menghampiri Renjun dan membantunya bangkit, beberapa orang langsung menarik paksa Lala agar keluar dari gedung.

Untungnya Winwin segera menghentikan niat staf-staf tersebut dan berkata bahwa Lala adalah keponakannya.

"Biar saya yang urus." Ucap Winwin lalu menundukkan badan sebagai tanda maaf.

Winwin membawa Lala ke ruang rias. Disana tidak ada siapapun karena para penata rias sedang sibuk di depan set panggung tadi.

"Lala ngapain?" Tanya Winwin sambil menahan amarahnya.

"Cowok itu marahin Chenle! Lala gak suka kalau temen Lala dibentak-bentak!" Jawabnya dengan suara kencang.

"Yaampun La, lain kali jangan sampai nampar kaya gitu. Hampir aja kamu diusir." Winwin menatapnya khawatir. "Nanti aku antar kamu ke Renjun buat minta maaf."

"Gak mau!" Tolak Lala sambil membuang muka.

"La, mau kamu salah atau engga ya minta maaf aja dulu." Tapi Lala masih tidak mau.

Winwin menghela nafasnya, tak lama pintu ruang rias terbuka dan munculah Renjun yang masuk dengan menampilkan wajah marah dan pipi yang memerah.

Dia berdiri di sebelah Lala lalu menunjuknya. "Maksud Lo apa hah?!"

Lala hanya diam dan tidak mau menjawab. Winwin menahan badan Renjun agar tidak terjadi hal yang lebih buruk.

"Ge, tolong ya lebih dijaga keponakannya." Ucap Renjun dingin. Lala hampir saja menyerangnya lagi, untung Winwin langsung memberinya kode untuk diam.

Renjun pergi dari ruang rias dengan menghentak-hentakkan kakinya. Setelah itu Winwin menggelengkan kepalanya sambil menatap Lala.

"Besok Lala di rumah aja ya." Suruh Winwin dan membuat Lala merubah ekspresi wajahnya menjadi sedih.

"Sama Bella? Gak mau!" Lala menolak, dia keluar dari ruangan itu dengan cara yang sama seperti Renjun.

Lalu Lala pergi ke sembarang arah untuk bersembunyi dari Winwin dan yang lainnya karena mood Lala menjadi buruk karena ucapan Winwin tadi.

Kini Lala sampai di sebuah ruangan yang didalamnya hanya ada lembaran-lembaran kayu dan beberapa kursi plastik.

Lala mendudukkan badannya di dekat jajaran kursi plastik tersebut, dia memeluk kedua lututnya dengan erat.

Mungkin karena posisinya yang berada di belakang bangunan sehingga Lala tidak mendengar satupun suara disana.

Bahkan ruangan tersebut lebih lembab daripada ruangan lainnya. Orang normal akan sangat ketakutan untuk berdiam diri disana sendirian, untung saja Lala bukan manusia melainkan kucing. Jadi dia tidak merasa takut.

"Kenapa sih jadi Lala yang salah?" Gumamnya kepada diri sendiri.

Tanpa Lala sadari, dia telah berada di ruangan tersebut selama berjam-jam lamanya. Bahkan kini telah pukul sepuluh malam.

Di sisi lain, para staf mulai membongkar set panggung dan mengangkutnya ke truk. Begitupun dengan para penata rias yang sedang memasukkan alat-alatnya ke dalam koper.

"Lala mana ya?" Tanya Kun kepada keenam adiknya.

"Lah iya, dia kemana?" Lucas ikut bertanya.

"Terakhir gua liat Lala dibawa sama Win ge." Jawab Hendery yang sedang memainkan handphonenya.

"Gua juga gak tau dia kemana." Timpal Winwin.

Kun semakin khawatir, dia pun keluar dari ruang rias dan memasuki satu persatu ruangan yang ada di bangunan tersebut.

Dia merasa ragu saat akan berjalan ke bagian belakang bangunan karena suasananya begitu menyeramkan. Tapi ntah kenapa Kun sangat yakin Lala akan pergi kesana jika sedang marah.

Akhirnya Kun memutuskan untuk memberanikan diri dan berjalan agak cepat. Keringat mulai mengucur dari dahinya dan bulu kuduknya pun berdiri.

Kun membuka setiap pintu dengan sangat cepat, kebanyakan yang dia lihat hanyalah ruangan kosong dengan dinding yang mulai berlumut. Tentu saja hal itu semakin menambah kesan seramnya.

Saat Kun membuka ruangan paling pojok, dia sangat terkejut hingga kakinya lemas karena melihat seseorang yang memakai gaun putih sedang duduk di dekat kursi-kursi plastik dan kepalanya dia tangkupkan ke kedua lutut.

Kun tidak langsung menghampirinya karena takut itu bukanlah Lala. Jadi dia memutuskan untuk memanggilnya terlebih dahulu.

"La." Panggil Kun dengan suara yang bergetar ketakutan.

Lala mendongakkan kepala dan menatap Kun dengan mata yang berbinar-binar.

"Kun!" Sapa nya girang.

Kun menghela nafasnya lega dan rasa takutnya pun mulai berkurang. Dia berjalan mendekati Lala lalu berjongkok dihadapannya.

"Ngapain disini?" Tanya Kun sambil menatapnya khawatir.

"Lala marah ke Winwin." Jawabnya dengan mulut yang sedikit dimajukan.

"Emangnya Winwin bilang apa?"

"Dia nyuruh Lala buat diem di rumah aja! Pasti gegara Lala nampar cowok yang marahin Chenle itu." Jelasnya dengan nada marah yang menggemaskan.

"Nah iya, kok Lala nampar Renjun? Gak sopan tau, nanti Renjun benci sama Lala." Kata Kun dengan memberi sedikit nasehat.

"Kan dia marahin Chenle! Lala gak suka kalau temen Lala digituin." Balasnya sambil masih tampak marah.

"Renjun enggak marah sama Chenle, dia cuman bercanda La. Kita emang suka jahilin Chenle kaya gitu." Kun berusaha menjelaskannya kepada Lala bahwa itu semua hanyalah candaan.

"Tapi Chenle langsung keliatan sedih." Kali ini Lala menatap sendu kepada Kun.

"Chenle bukan sedih, dia anaknya riang banget kok. Mungkin tadi lagi gak mood aja."

Lala merasa moodnya mulai membaik ketika mendengar perkataan Kun tersebut. Dan dia pun menyadari bahwa perlakuannya kepada Renjun sangatlah salah.

"Lala udah minta maaf ke Renjun?" Lala menggelengkan kepala untuk menjawabnya.

"Besok aku anterin Lala buat ketemu Renjun ya." Ajak Kun. Lala pun merasa tertarik dengan ajakannya itu.

"Kemana?!" Tanya Lala kegirangan.

"Ke tempat latihannya Renjun, sekalian aku mau jenguk temen-temen NCT lainnya."

Mata Lala berbinar-binar karena merasa sangat bahagia. Lalu dia memeluk badan Kun dengan sangat erat hingga membuat pemuda tersebut terkejut dan hampir terjatuh ke belakang.

"Makasih Kun." Ucap Lala singkat.

"Sama-sama Lala. Kalau sedih jangan sembunyi ya, sini cerita aja ke aku."

Lala pun mengangguk dan semakin erat memeluk tubuh Kun. Badannya terasa lebih hangat ketika Kun membalas pelukannya, dia rindu dengan kehangatan ini setelah pergi meninggalkan WayV selama beberapa bulan lamanya.

Kun pun sama, dia sangat merindukan gadis yang sedang berada dipelukannya saat ini. Jujur saja Kun lebih merindukan Louis yang berwujud manusia daripada kucing.

Dia masih berharap bahwa Lala benar-benar seorang manusia yang akan hidup hingga 60 tahun lebih, bukan seekor kucing yang hidupnya rata-rata berlangsung sampai tujuh tahun saja.

Bahkan Kun sudah lupa bahwa Lala harusnya adalah seekor kucing jantan. Ntah apa yang ada di dalam hati Kun hingga membuatnya begitu dibutakan.

Jika boleh, Kun ingin menjadi orang egois demi mendapatkan Lala. Dan dia tidak mau mengalah kepada adik-adiknya seperti yang biasa dia lakukan.

Tapi ternyata Lala bisa tau semua isi hati Kun tersebut. Dia meregangkan pelukannya lalu menatap kedua mata Kun.

"Jangan egois Kun." Ucapnya dan berhasil membuat Kun terkejut.

"Kun harus inget kalau Lala itu kucing."








Pretty Cat | WAYV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang