Lala akhirnya hanya menyimak Winwin yang sedang mencari-cari baju di lemari.
Kemudian Winwin memberikan satu kaos putih polos, satu sweater pink kusam, dan celana training hitam.
"Ganti disini aja." Ucap Winwin sambil berjalan keluar dari kamar.
Lala pun mengganti baju nya dengan sedikit rasa bingung. Awalnya dia memasukkan training ke kedua tangannya, namun tentu saja itu salah.
Akhirnya Lala mengerti bahwa training itu masuk lewat kaki sampai ke pinggang. Kaos putih dan sweater pink kusam itu berhasil juga Lala pakai.
Lala pun terjun ke atas kasur Winwin, dia menggerakkan kedua tangan dan kakinya ke samping seperti berada di atas salju.
Tak lama, gadis itu tertidur di atas kasur milik Winwin.
Sedangkan di lantai satu, lima orang pemuda yaitu Kun, Winwin, Lucas, Hendery, dan Xiaojun sedang merawat adik terkecilnya yang masih belum sadar.
"Emangnya manager ge bakal nurut?" Tanya Lucas dengan nada tak yakin.
"Nurut kalau gege yang bilang." Kun menampilkan senyum bangga nya.
"Terus Yangyang mau dibiarin sendiri gitu disini?" Xiaojun khawatir.
"Nah itu, suruh seorang tinggal aja dulu disini ge." Saran dari Hendery, lalu Kun tampak berpikir.
"Kira-kira siapa yang bisa latihan di rumah? Kalau Ten sama Winwin sih gak mungkin. Nanti perabotan malah pada pecah gegara kena sepak."
Setelah Kun berkata seperti itu, Ten pun turun masih dengan wajah ngantuknya.
"Hah? Apa?" Tanya Ten linglung.
Hendery pun menceritakan semua kejadian tadi pagi kepada kakaknya itu.
"Gimana kalau gua aja ge?" Xiaojun menawarkan dirinya untuk tetap di rumah.
"Gua bisa latihan disini. Soalnya kata pelatih kemarin, nada gua udah bener tinggal ngelancarin." Lanjutnya lagi seperti berusaha meyakinkan Kun.
"Oke, Xiaojun disini ya jagain Yangyang. Nanti gege bilang ke manager sama pelatih."
Lala terbangun dari tidurnya, gadis itu melakukan peregangan sebelum benar-benar bangkit dari atas kasur.
Setelah itu, dia keluar dari kamar Winwin dan melihat ada satu kamar yang pintunya terbuka sedikit.
Lala memutuskan untuk memasuki kamar tersebut, di dalamnya ada seorang pemuda sedang terbaring dengan wajah yang menghadap ke arah berlainan dari posisi Lala berdiri.
Dengan langkah perlahan, Lala mendekat ke arah kasur lalu duduk dihadapan wajah si pemuda yang ternyata adalah Yangyang.
Lala langsung menunjukkan wajah sedihnya, tangan kiri nya terulur ke arah puncak kepala Yangyang. Dia mengelusnya pelan sambil menatap wajah Yangyang dengan mata berkaca-kaca nya.
"Yangyang nakal, gak mau nurut sama Lala." Ucap Lala sambil masih mengelus puncak kepala Yangyang.
Lalu tangan kiri Lala itu beralih ke jidat si pemuda, suhu badannya sangat panas yang menandakan bahwa Yangyang mengalami demam.
"Kepala Yangyang panas, mau Lala bawain es batu?" Tanya Lala dan tentunya tidak ada jawaban dari Yangyang.
Selama berjam-jam Lala hanya terduduk dihadapan Yangyang sambil mengelus-elus kepalanya, pandangan Lala tidak pernah lepas dari wajah sahabatnya itu.
Berkali-kali Lala menghapus air mata yang jatuh ke pipinya. Melihat Yangyang seperti ini sungguh membuat Lala menjadi sangat bersedih dan juga bersalah.