Kun, Winwin, Hendery, dan Yangyang menatap tidak percaya ke arah sang dokter. Bahkan Kun mendekati dokter tersebut lalu meminta penjelasannya diulang karena takut telinganya salah mendengar.
Ketika dokter menjelaskannya lagi, Kun tetap tidak mau percaya sebelum kedua matanya melihat sendiri bahwa Lala sudah tidak bisa diselamatkan.
Akhirnya si dokter mempersilahkan Kun untuk masuk ke ruang UGD dan mengecek kondisi gadis malang itu.
Saat dokter tersebut membuka pintu UGD, Yangyang melihat ada seekor kucing putih hitam yang berlari keluar dari dalam sana.
Yangyang melebarkan matanya karena kucing itu sangat mirip dengan Louis, dia menoleh ke arah kakak-kakaknya namun tidak ada yang menyadari kehadiran si kucing kecuali dirinya sendiri.
Saat pandangan Yangyang kembali terarah kepada si kucing, ternyata kucing itu juga sedang menatap ke arah Yangyang dan seperti sedang menunggu pemuda itu untuk mengikuti dirinya.
Yangyang pun mulai mengejar si kucing yang kembali berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Langkah mereka berdua terus mengarah ke bagian dalam rumah sakit, Yangyang melihat si kucing berbelok ke sebuah taman dalam ruangan yang ada di rumah sakit tersebut.
Ketika Yangyang membelokkan langkahnya, wujud kucing itu telah berubah menjadi seorang gadis bergaun putih yang selama ini dia kenal sebagai Lala.
Yangyang menatapnya dengan tatapan terkejut sampai-sampai dia menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangan kanan.
Sedangkan si gadis tertawa melihat ekspresi Yangyang itu.
"La?" Panggil Yangyang dengan tatapan tidak percaya.
"Yang?" Lala ikut memanggilnya.
Selanjutnya Yangyang menarik Lala ke dalam pelukannya, dia sangat merindukan gadis ini melebihi apapun.
Sudah lama Yangyang tidak berada di dekat Lala dan hanya mendengar kabarnya tanpa bisa menatap kedua matanya apalagi memeluk tubuh mungilnya.
Pemuda itu semakin erat memeluk Lala seperti yang tidak ingin membiarkannya untuk pergi lagi. Lala pun sama-sama memeluk erat Yangyang sambil terus menampakkan senyum bahagianya.
Tiba-tiba terdengar suara isakan dari samping telinga Lala, ternyata suara tersebut berasal dari Yangyang. Dia menangis karena bisa bertemu lagi dengan Lala setelah mendengar kabar kematiannya.
"Yangyang gak boleh nangis." Kata Lala sambil mengusap-usap punggungnya.
Yangyang mengangguk namun tetap menangis.
"Kan Yangyang udah janji kalau Lala mati, Yangyang gak akan nangis."
Tapi hal itu justru semakin membuat Yangyang menangis tersedu-sedu.
"Tuhkan, Lala masih hidup aja Yangyang udah nangis." Ledek Lala dengan nada jahil.
Yangyang tidak menjawab dan masih terus menangis di dalam pelukan Lala.
Lala pun memilih untuk diam selama beberapa saat sambil menunggu Yangyang mengatur emosinya.
Kemudian Yangyang melonggarkan pelukan mereka dan dia menatap kedua mata Lala dengan matanya yang sudah sangat sembap.
Lala tertawa melihat wajah Yangyang. "Ih mata Yangyang bengkak, kaya abis begadang." Ucap Lala sambil menunjuk ke arah Yangyang.
Yangyang tersenyum lebar dan mengelus puncak kepala Lala, tangannya masih berada di pinggang Lala sehingga membuat jarak mereka masih sangat dekat.
Tiba-tiba Yangyang mencium Lala tepat di bibir selama satu menit lamanya. Lala tentu saja terkejut dan melebarkan matanya, dia bingung apakah dirinya harus melawan atau membiarkan Yangyang terus menempelkan bibirnya di bibir Lala.