Dengan diantar oleh managernya, Kun membawa Louis ke dokter hewan. Dia membalut tubuh kucing itu dengan selimut kecil agar badannya tetap hangat.
Louis alias Lala belum kunjung sadar, tubuhnya masih terlihat lemas dan membuat Kun khawatir.
Sedangkan Xiaojun yang pertama kali menemukan Louis memilih untuk tetap di rumah dan membereskan semua kekacauan yang ada disana.
Handphone Kun terus berdering, namun tak ada niatan untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.
Dia terus menatap khawatir ke arah Louis dan menyuruh managernya berkendara lebih cepat.
Beberapa menit kemudian mobil mereka sampai di sebuah klinik hewan, Kun berlari ke dalam klinik tersebut dan langsung memberitahu perawat jaga untuk memeriksa keadaan kucingnya.
Si perawat segera membawa Louis ke ruang perawatan, sementara Kun diminta untuk menunggu di ruang tunggu.
Pikiran Kun kini menjadi sangat kacau, dia tidak tau apa yang membuat Louis menjadi seperti itu.
Tunggu, bukan Louis yang ada di pikiran Kun, tapi Lala.
Benar, Kun sangat mengkhawatirkan kondisi gadis malang itu. Dia juga merasa bersalah karena tidak pulang dulu ke rumah untuk mengecek keadaan nya.
Di tengah-tengah kepanikan dan kekhawatiran Kun, tiba-tiba saja ada yang memanggil namanya.
Seketika itu juga Kun menjadi kaku, seharusnya dia menyembunyikan wajah setidaknya menggunakan masker atau topi. Namun kini Kun benar-benar tidak menggunakan apapun untuk menutupi wajahnya.
Ketika Kun perlahan menoleh, ternyata yang memanggilnya adalah Winwin. Dia memakai masker hitam dan di tangannya ada satu buah masker lagi.
Kun menatap bingung ke arah Winwin, bagaimana adiknya itu bisa menyusul nya kesini? Sendirian pula.
"Nih ge." Winwin memberikan masker yang ada di tangannya.
Kun segera memakai masker tersebut, lalu Winwin duduk disebelahnya. Terdengar suara helaan nafas dari mulut Winwin, seperti seseorang yang sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"Gimana kondisinya?" Tanya Winwin tanpa menatap ke arah Kun.
"Louis?" Kun justru bertanya balik.
"Iya, katanya Louis pingsan."
Kun mengangguk dan tampak semakin sedih. "Itu salah gege."
Tidak ada jawaban lagi dari Winwin. Di tengah keheningan itu, Kun menyadari sesuatu.
Winwin pernah bercerita kepadanya setelah memukul Ten di ruang kumpul. Pemuda itu menceritakan semua masalah yang sedang dirasakannya kepada Kun.
"Tapi jangan kasih tau ke yang lain." Bisik Winwin misterius.
Dengan agak ragu, Kun menganggukkan kepalanya.
"Gege pernah ketemu sama keponakan gua kan?" Winwin bertanya terlebih dahulu.
"Pernah, gadis kecil yang suka banget sama kucing." Jelas Kun dan berhasil membuat Winwin tersenyum.
"Namanya Lala, umurnya 12 tahun. Selain suka kucing, dia juga suka apel." Tambah Winwin masih dengan senyumannya.
"Tapi setahun yang lalu Lala hilang, seluruh keluarga berusaha cari keberadaan nya. Gua waktu itu lagi sibuk banget sampai gak bisa bantuin apapun." Winwin berhenti menjelaskan karena kini dia sedang berusaha menahan tangisnya.
"Gua kira Lala cuman nyasar ke komplek sebelah, tapi seminggu kemudian gua dapat kabar kalau jasad Lala ditemukan di pinggiran kota Wenzhou dan disebelahnya ada mayat seekor kucing."
Kun membulatkan matanya, dia mematung karena shock mendengar cerita dari Winwin.
"Gua stress banget dan terus-terusan nangis di dorm. Taeyong hyung selalu ngehibur gua tapi tetep aja gua gak bisa ngekontrol perasaan sedih itu." Winwin mulai menangis namun suara nya masih terdengar sangat tegar.
"Pelaku pembunuhannya belum tertangkap sampai sekarang." Kini Winwin mengepalkan tangannya untuk menahan amarah.
"Cuman kemarin, gua kaget banget waktu masuk ke kamar Hendery dan Ten ge." Winwin mengubah topik pembicaraannya. Sedangkan Kun masih setia mendengarkan.
"Awalnya gua lihat ada seorang cewek yang tidur disebelah Hendery, wajahnya mirip sama Lala. Tapi gua tau usianya lebih tua daripada Lala. Gua berusaha berpikiran positif dan hanya menganggap kalau wajah mereka mirip aja."
"Besoknya gua liat cewek itu tidur bareng Ten ge. Pas gua selidiki lagi wajahnya, ternyata di lehernya ada bekas guratan pisau persis kaya luka yang ada di jasad Lala." Jelas Winwin sangat panjang.
Kun mulai mengerti akhir dari pembicaraan ini, pasti Winwin mengira gadis itu adalah keponakannya.
"Gua kira Ten ge bakal ngelakuin hal yang sama kaya Hendery, tapi pagi nya dia keliatan biasa-biasa aja. Disitu gua langsung berpikir kalau Ten ge punya hubungan spesial sama cewek itu. Semakin lama, gua jadi yakin dia adalah keponakan gua yang udah meninggal. Makanya gua kesel banget ke Ten ge dan mukul dia buat balasan karena udah berani-beraninya tidur sama keponakan gua." Lanjut Winwin hingga membuat Kun menegakkan badannya.
"Lo salah paham." Kata Kun singkat. Winwin menatapnya tidak setuju. "Dia bukan keponakan Lo."
"Terus cewek itu siapa?" Tanya Winwin penasaran.
Kun lagi-lagi tampak ragu dan memilih untuk menjawab asal kepada Winwin. "Nanti juga Lo tau."
"Jadi, Louis itu cewek yang tidur bareng Hendery sama Ten ge?" Winwin tiba-tiba bertanya dan membuat lamunan Kun buyar.
"Lo udah tau?"
Winwin mengangguk. "Gak sengaja denger percakapan kalian berlima, nama yang dikasih Yangyang juga bisa sama persis gitu. Gak heran sih, soalnya dia pernah liat kontak Lala di daftar kontak favorit gua."
Pembicaraan mereka terhenti karena perawat yang memeriksa Louis itu keluar dari ruang pemeriksaan.
Kun dan Winwin bangun dari duduknya lalu menghampiri si perawat.
"Kucing anda keracunan, sepertinya dia memakan makanan yang sudah berjamur sehingga membuat imun tubuhnya menipis." Jelas si perawat tentang kondisi Louis.
"Kalau boleh tau, makanan apa ya yang berjamurnya itu?" Tanya Kun.
"Tadi dia memuntahkan cumi-cumi, sepertinya cumi-cumi itulah yang berjamur." Jawabnya tapi masih berupa dugaan.
"Malam ini kucing anda harus menginap di klinik, kami akan menelpon jika kondisinya telah membaik."
Kun dan Winwin kompak mengangguk.
Si perawat pun mengantar mereka ke meja kasir, disana Kun mengisi formulir yang diberikan oleh si petugas kasir.
"Maaf." Ucapan petugas kasir wanita itu membuat Kun dan Winwin kompak menoleh.
"Ini Qian Kun dari WayV kan?" Pertanyaan nya membuat sekujur tubuh Kun menjadi panas dingin, sedangkan Winwin mengalihkan pandangannya agar tidak ikut terciduk.
"Hehe, jangan kasih tau siapa-siapa ya. Shut!" Kun bertingkah imut agar si penjaga kasir mau menutup mulut.
Penjaga kasir tersebut tertawa malu lalu mengganguk-angguk.
BRAK!
"MANA LALA?!" Yangyang berteriak panik hingga membuat Xiaojun terlonjak kaget dan mengusap dadanya.
"Udah dibawa Kun ge ke klinik." Jawab Xiaojun setelah agak tenang.
"AYO KE KLINIK!" Ajak Yangyang kepada kakak-kakaknya.
"Gak ah, gua ngantuk." Hendery memilih untuk naik ke lantai dua.
Akhirnya Yangyang pergi bersama Ten dan Lucas saja. Xiaojun sedang fokus mengobati gitar kesayangan yang senarnya putus.
Dia tidak marah kepada Lala, tidak seperti Hendery yang kini diam mematung sambil menatap keadaan kamarnya yang sangat berantakan.
"DASAR KUCING GARONG!"