Kun keluar dari ruang latihan dan mencari-cari keberadaan Lala. Dia pergi ke balkon namun hanya ada Renjun disana.
"KUN!"
Tiba-tiba saja dari arah belakangnya ada suara seseorang yang berteriak memanggil namanya.
Kun menoleh dan menatap bingung kearah Lala, karena gadis itu tampak panik dan terburu-buru.
"Lala pengen ke tempat shooting sekarang!" Pinta nya dengan nada memaksa.
"Ngapain La?" Kun bertanya dengan kening yang mulai berkerut.
"Pokoknya Lala mau kesana!" Mata Lala menunjukkan sorot sendu yang membuat Kun menaruh simpatinya.
Dia tidak mengerti kenapa Lala tiba-tiba ingin pergi ke tempat shooting, tapi pasti akan ada suatu hal buruk yang terjadi.
Oleh karena itu, Kun memilih untuk mengantar Lala ke tempat shooting anggota WayV dengan menggunakan taksi.
Sesampainya disana, Lala berlari ke dalam gedung dan membuat Kun kewalahan. Baru beberapa detik saja wujud Lala sudah menghilang dari pandangan Kun.
Ditambah staf yang berada disana jumlahnya lebih banyak daripada kemarin sehingga membuat Kun kesulitan menemukan gadis tersebut.
"LALA!" Kun memanggilnya dengan suara kencang namun tak ada jawaban.
Sementara itu, Lala telah sampai di set panggung yang dipenuhi rantai dan ditengahnya terdapat kursi berbahan besi.
Indera kepekaan Lala mulai bereaksi ketika melihatnya, dia menatap ke sekeliling untuk menemukan salah satu anggota WayV yang diperkirakan akan menempati set panggung tersebut.
Tatapan mata Lala jatuh kepada Winwin yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Pandangannya terus mengikuti langkah kaki Winwin yang semakin mendekat ke set rantai itu.
Lala bersiap untuk menghampiri Winwin, tapi genggaman tangan seseorang di lengannya membuat badan Lala otomatis berbalik arah.
"La, jangan." Xiaojun menahan niat Lala untuk menyelamatkan Winwin.
Tentu saja Lala berontak dan berusaha melepaskan genggaman kencang Xiaojun di lengannya.
"La!" Xiaojun membentak Lala hingga membuat gadis tersebut tersentak kaget. "Kamu lupa sama apa yang aku bilang waktu itu?!"
Lala menatap sendu ke kedua mata Xiaojun yang kini tampak tajam.
"Lala inget, tapi Lala mau pura-pura lupa." Jawabnya serius.
"Jangan buang nyawa kamu lagi, karena hidup kamu bakal lebih singkat La." Ancam Xiaojun.
Lala menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Winwin cuman punya satu nyawa, sedangkan Lala masih punya lima."
Kini Xiaojun merasa ragu, apakah dia harus melepaskan Lala atau justru tetap menahannya?
Tiba-tiba telinga Lala bergerak karena mendengar suara derit dari penyangga besi yang ada tepat di atas kursi Winwin.
Lala menolehkan kepalanya dan menatap tajam ke arah si penyangga besi.
Kemudian dia kembali menatap tajam kepada Xiaojun. "Lepasin Lala!"
"Gak!"
Karena Xiaojun terus menolak perintahnya, Lala tidak bisa lagi menahan emosi dan mulai mengeluarkan cakar tajam yang ada di lengan satunya.
Dia mencakar punggung tangan Xiaojun hingga membuat tiga bekas luka cakaran disana.
Xiaojun sontak melepaskan genggaman tangannya dan mulai merintih kesakitan. Lala menggunakan kesempatan itu untuk berlari menuju set panggung Winwin.
Winwin baru menyadari kehadiran Lala. Awalnya dia tersenyum, namun ketika Lala berlari semakin mendekatinya dengan menunjukkan wajah khawatir, hal itu berhasil membuat Winwin merasa akan ada hal buruk yang terjadi.
Lala kini memasuki set panggung, beberapa staf yang berada disana meneriakinya untuk keluar dari set tersebut. Tapi Lala tetap berlari sambil fokus menatap Winwin.
Tepat ketika Lala sampai dihadapan Winwin yang sedang duduk di sofa, tiang-tiang besi di atasnya mulai terjatuh.
Lala bergegas melindungi tubuh Winwin yang ada di sofa dengan cara menaruh kedua lengannya di punggung sofa.
Sehingga kini tubuh Lala berada di atas Winwin dan wajah mereka saling menatap satu sama lain dengan jarak yang sangat dekat.
Winwin melebarkan matanya ketika melihat besi-besi tersebut mulai terjatuh dan menimpa tubuh Lala.
Gadis itu merenggut dan berusaha menahan sakit yang dirasakan di sekujur tubuhnya. Bahkan darah mulai mengucur dari kepala Lala hingga menetes ke wajah Winwin yang berada dibawahnya.
Ambruknya tiang-tiang itu membuat suara yang sangat kencang hingga seluruh staf yang berada di gedung tersebut terkejut.
Begitupun dengan Kun yang sedari tadi mencari keberadaan Lala. Dia mengikuti arah langkah para staf yang ternyata mengarah ke set panggung untuk Winwin.
Saat Kun akan memasuki ruangan tersebut, tiba-tiba saja dia melihat Xiaojun keluar dengan dituntun oleh seorang staf pria.
Kun bisa melihat punggung tangan Xiaojun yang berlumuran darah. Perasaannya semakin tidak enak, dia memutuskan untuk mengecek ke dalam ruangan dahulu baru menyusul Xiaojun.
Ternyata keadaan disana sudah sangat kacau, seluruh besi penyangga roboh dan tergeletak di lantai.
Kun melihat ada seorang gadis yang berdiri di tengah-tengahnya, namun kemudian tubuhnya ambruk ke arah Winwin yang masih berada di sofa.
Para staf bergegas membantunya dan mengangkat tubuh gadis tersebut ke tempat yang aman. Winwin pun dibantu oleh seorang staf pria lainnya lalu dia duduk di sebuah kursi plastik.
Kondisi Winwin tampak baik, tapi dia sangat ketakutan. Kun pun menoleh ke arah gadis yang sedang dibaringkan di lantai.
Dia menutup mulutnya karena terkejut, gadis itu adalah Lala dan kepalanya terus mengeluarkan darah.
"Ambulance!" Teriak orang-orang disana.
Kun menatap tak percaya ke arah tubuh Lala. Bahkan kini kulitnya semakin pucat menandakan bahwa darahnya hampir habis.
Setetes air mata turun ke pipi Kun. Ternyata Lala meminta datang kesini karena dia tahu bahwa ini semua akan terjadi, lalu dia berusaha melindungi Winwin dengan menjadikan tubuhnya tameng.
Tim medis pun datang dan memindahkan tubuh Lala yang pucat ke atas tandu. Semua orang berpikir nyawa gadis malang itu tidak akan bisa diselamatkan, tapi mereka semua salah.
Lala hanya kehilangan nyawa kelimanya, itu artinya ada empat nyawa yang tersisa.