Pagi nya Tern terbangun, dia menoleh ke arah samping dan ternyata Lala telah berubah menjadi Louis.
Gadis itu kembali mengingat kisah yang diceritakan Lala semalam. Baginya itu sangat mengejutkan sekaligus aneh.
Hanya karena membantu seorang anak perempuan, seekor kucing bisa berubah menjadi manusia. Tidak masuk di akal namun memang itu kenyataannya.
"Tern! Sarapan dulu!" Panggil ibu nya dari luar.
Tern segera turun dari kasur lalu membuka pintu kamar. Hal pertama yang dia lihat adalah Ten yang sedang berjalan melewati kamarnya.
Ten kemudian berhenti dihadapan Tern. "Lala ada?" Tanyanya.
"Tuh, lagi tidur." Ten mengangguk untuk menjawabnya.
Di ruang makan, ayah dan ibunya telah memulai sarapan. Ten langsung mengambil nasi yang ada di rice cooker, sementara Tern memilih duduk di kursi tanpa berminat untuk mengambil sepiring nasi.
"Gak makan Tern?" Tanya si ayah.
"Palingan lagi diet." Ucap Ten yang kini duduk disebelah Tern.
"Jangan diet-diet, cewek gak boleh terlalu kurus. Cepet ambil nasi nya." Suruh ibu sambil menyodorkan sebuah piring kepada Tern.
Gadis itu berdiri dengan menampilkan ekspresi malasnya.
Ketika satu keluarga tersebut sedang sibuk melahap sarapan, Tern merasa ada yang memantau mereka dari tangga yang berada tepat dihadapannya.
Ketika pandangan Tern menoleh kesana, dia terkejut melihat Lala berdiri sambil menatap ke arah makanan di atas meja.
Untung saja ayah dan ibunya duduk membelakangi tangga sehingga tidak bisa melihat wujud Lala tersebut.
Tern menyenggol pelan lengan Ten dan memberinya kode untuk melihat ke arah tangga.
Ten sama-sama terkejut melihat Lala berada disana dan wajahnya menunjukkan ekspresi yang sangat kelaparan.
"Bu, maaf aku gak bilang." Ucap Tern tiba-tiba. Ten langsung menatap tajam ke arahnya karena takut adik perempuannya itu memberitahu orang tua mereka perihal keberadaan Lala.
"Sebenernya tadi malam ada temen Tern nginep di rumah, tapi Tern belum bilang." Lanjut Tern yang kali ini membuat Ten melebarkan matanya.
"Terus dimana temen kamu nya? Sini suruh sarapan." Setelah ibunya berkata seperti itu, Tern langsung berlari ke arah tangga diikuti dengan tatapan anggota keluarga yang lain.
Tern menggandeng tangan Lala, lalu dia membisikkan kata-kata ke telinganya.
"Nanti Lo diem aja ya, takutnya keceplosan." Lala pun mengangguk.
Ibunya tersenyum lebar kepada Lala, begitupun dengan sang ayah. Sedangkan Ten merasa jantungnya berdegup cepat karena takut akan ada sesuatu hal buruk yang terjadi.
Lala duduk di kursi yang berada di tengah-tengah meja makan. Matanya berbinar-binar melihat lauk pauk yang ada di atas meja.
Tern langsung mengambilkan nasi beserta lauk untuk Lala. Karena sudah biasa makan dengan sendok, Lala berhasil membuat orang tua Ten dan Tern tidak menaruh curiga apapun kepadanya dengan melihat cara makan Lala yang baik-baik saja itu.
"Namanya siapa? Kok ibu gak pernah liat kamu?" Tanya si ibu kepada Lala.
"Namanya Lala Bu, temen barunya Tern ehe." Jawab Tern terburu-buru.
"Oh temen baru, kenal dimana?"
"Di tempat kuliah lah Bu." Tern menjawab lagi.
"Lala jurusan apa?" Kini Ayahnya yang bertanya.