Yangyang perlahan membuka matanya karena merasa tidak nyaman dengan posisi tidurnya saat ini.
Pinggang Yangyang terasa kaku sehingga dia mencoba melemaskannya dengan memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Yangyang menguap lebar, setelah itu dia menoleh ke arah sampingnya. Dia terkejut karena tidak melihat wujud Lala maupun Louis disana.
Kemudian dia berlari ke lantai dua dan memasuki satu persatu ruangan kamar.
Di kamar Xiaojun, Yangyang hanya melihat tubuh si pemilik kamar yang sedang tertidur pulas di atas kasur tanpa menggunakan selimut.
Begitupun dengan kamar Kun yang didalamnya hanya ada pemiliknya seorang.
Yangyang berlari kembali ke lantai satu, dia membuka pintu kamar tamu tapi tidak ada siapapun di dalam sana.
Dia tidak tau kemana Lala pergi, apa mungkin malam itu Lala keluar dari rumah? Tapi tidak mungkin dia pergi sendiri jika bukan karena keadaan penting.
Bisa jadi Lala merasakan sesuatu yang mengharuskan dirinya pergi ke sebuah tempat.
Seandainya Yangyang memiliki indera kepekaan seperti Lala, pasti dia akan langsung mencari gadis tersebut.
Namun kini dirinya bingung harus melakukan apa karena tidak menemukan satupun klue tentang keberadaan Lala.
Malam itu, Lala terbangun karena merasakan sebuah selimut telah berada di tubuhnya.
Selimut dengan motif Winnie the Pooh, tentu saja dia langsung mengetahui bahwa pemiliknya adalah Xiaojun.
Lala teringat kejadian di tempat shooting saat Xiaojun berusaha menahan dirinya untuk menyelamatkan Winwin.
Terpaksa dia melukai punggung tangan Xiaojun agar dirinya dapat berlari kearah Winwin.
Dia menjadi sangat mengkhawatirkan Xiaojun dan berusaha mencari obat-obatan untuk mengobati lukanya. Tapi tidak ada satupun obat di rumah itu.
Lala memutuskan untuk keluar dari rumah dan berjalan kaki ke toko terdekat untuk membeli beberapa obat.
Tapi gadis itu tidak mengetahui bahwa untuk membeli barang maka harus ada alat pembayaran yaitu uang lembar atau koin.
Sedangkan Lala tidak membawa uang sepeserpun. Dia kira si kasir akan langsung memberikan barang itu.
Saat sampai di toko, Lala segera menghampiri etalase obat-obatan. Dia meminta obat merah, plester, dan perban. Lalu Lala melangkah pergi begitu saja.
Tentunya si penjaga toko langsung menghentikan langkah Lala dan meminta uang darinya. Tapi Lala tidak mengerti dan hanya diam.
Si penjaga toko akhirnya menanyakan alamat rumah Lala tapi dia pun tidak mengetahuinya. Lala hanya tau arah jalannya saja, sedangkan si penjaga toko tetap memaksa untuk menyebutkan alamat lengkapnya.
Karena sampai pagi tidak ada yang menjemput Lala, si penjaga pun melepaskannya dan memberikan ketiga barang tersebut.
Dia sedikit tersentuh karena Lala mengatakan bahwa benda-benda itu untuk mengobati luka di tangan sahabatnya.
Lala pun keluar dari toko ketika suasana kota telah ramai. Untung penampilannya tampak normal seperti kebanyakan orang, jadi dia tidak menarik perhatian masyarakat yang sedang beraktifitas disekitarnya.
Lala melirik ke segala arah karena pemandangan kota yang begitu berbeda dengan saat dirinya berada di China.
Dia tersenyum bahagia dan berjalan dengan sesekali melompat-lompat kegirangan.