Lucas, Xiaojun, dan Yangyang sampai di rumah dan langsung memasuki ruang kumpul. Mereka melihat Winwin sedang duduk di sofa sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan.
Yangyang segera melangkahkan kakinya ke kamar tamu dan membuka pintunya sambil berharap ada Lala yang sedang berbaring di atas kasur, namun apa yang didapatinya hanyalah kamar kosong tanpa ada siapapun di dalamnya.
"Win ge, Lala kemana?" Tanya Yangyang lalu dia menoleh ke arah Winwin.
Sayangnya Winwin tidak menjawab dan justru semakin menjambak rambutnya sendiri.
Yangyang segera menghampiri Winwin dan duduk bersimpuh dihadapannya.
"Lala ada kan? Dia baik-baik aja? Tapi sekarang dia kemana ge?" Yangyang terus bertanya.
Winwin pun menatap tajam ke arah Yangyang dan tampak kelopak mata bawahnya hampir mengeluarkan air mata.
"Lala pergi ke taman." Jawaban singkat Winwin otomatis membuat bahu Yangyang menjadi turun, tatapannya semakin sendu dan juga kecewa.
Xiaojun menatap Yangyang penuh simpati dan merasa kasihan kepadanya. Sedangkan Lucas masih kebingungan, kenapa Lala pergi ke taman itu lagi? Pikirnya.
"Dia ke taman? Mau apa?" Seharusnya Yangyang tidak bertanya karena itu akan membuat hatinya menjadi sakit.
"Ketemu Hendery." Lagi-lagi hanya jawaban singkat yang diucapkan oleh Winwin.
Xiaojun berjalan mendekati Yangyang, lalu dia menyentuh bahu kanan adiknya itu.
"Yang, nyerah aja."
Lala berlari menuju taman dengan langkah yang agak pincang, dia tidak mengerti kenapa masih ada saja luka di tubuhnya padahal kejadiannya telah terjadi berjam-jam yang lalu.
Langit kala itu perlahan berubah menjadi oranye dan membuat udara semakin terasa dingin. Untung saja sepatu pink pemberian Lucas bisa sedikit menghangatkan kaki Lala.
Uap putih terus keluar dari mulut dan hidung Lala setiap kali dirinya menghembuskan nafas. Tubuh Lala belum sepenuhnya pulih, seharusnya dia beristirahat di rumah dan meminum teh hangat buatan Winwin.
Tapi Lala malah memilih untuk pergi ke taman di udara sedingin ini karena takut Hendery mendatanginya.
Sebenarnya Winwin marah kepada Lala karena dia begitu keras kepala. Pemuda itu menyuruhnya untuk diam di rumah dan jangan dulu memikirkan Hendery, tapi Lala tidak mendengar perkataan Winwin tersebut dan memilih untuk tepat pergi dari rumah.
Lala juga merasa tidak enak kepada Winwin karena telah membantahnya, sepanjang perjalanan dia terus memikirkan Winwin.
Selain itu Lala juga masih mengkhawatirkan Ten dan belum mendengar kabarnya lagi.
Untuk sampai ke taman, Lala harus menyebrangi sebuah jalan. Situasi jalanan sore itu sangat ramai karena beberapa orang baru saja pulang dari pekerjaannya.
Ketika lampu menunjukkan warna merah, Lala berlari menyebrangi jalan tersebut dan sampai di taman yang ditujunya.
Di dekat bangku dan lampu taman, ada seseorang yang berdiri dan seperti sedang menunggu sesuatu.
Pemuda itu memakai sweater abu, celana cargo hitam, tas selempang, dan juga masker yang menutupi wajahnya.
Lala perlahan mendekatinya dan menatap penasaran ke arah punggung pemuda itu. Tapi tiba-tiba saja dia membalikkan badannya dan membuat dirinya saling bertatapan mata dengan Lala.
Si pemuda menurunkan masker hitamnya dan Lala pun segera mengenali wajahnya.