52 - Situasi di Rumah Sakit

9.3K 2.1K 188
                                    

Saat ambulance datang, Tern diberitahu oleh para petugas bahwa anjingnya tidak boleh ikut. Alhasil, Tern pulang ke rumah terlebih dahulu dan meninggalkan Bella bersama dengan Leon.

Untungnya hubungan Bella dan Leon ini lebih damai daripada dengan Louis.

Setelah itu, Tern pergi ke rumah sakit yang dituju oleh ambulance tadi dengan menggunakan taksi. Saat di taksi itu dia terus menelepon kakaknya karena dirinya pun merasa khawatir setelah mendengar berita tentang kecelakaan panggungnya.

Nihil, tidak ada jawaban dari Ten. Tern pun memilih untuk menelepon ibu nya dan memberitahu sang ibu bahwa kakaknya mengalami kecelakaan panggung tapi dia tidak bisa datang menjenguk Ten karena ada sahabatnya yang pingsan di jalan.

Sang ibu tentu saja panik dan berkata bahwa dia akan segera berangkat ke Korea dan menghubungi pihak agensi untuk menanyakan kabar anak sulungnya tersebut.

Tern merasa agak lega setelah menelepon ibu nya, kini dia telah sampai di rumah sakit dan langsung saja Tern berlari menghampiri meja informasi.

"Permisi mbak, pasien cewek yang tadi datang pake gaun putih itu ada dimana ya?" Tanya Tern terburu-buru.

"Masih di ruang UGD mbak, dokter jaganya belum datang jadi masih menunggu. Mbak ini keluarganya ya? Kalau begitu tolong diisi dulu form nya." Penjaga meja informasi itu menyerahkan selembar kertas dan sebuah pulpen.

Sayangnya Tern kurang mengerti huruf Korea dan sedikit kesulitan untuk mengisinya.

Tiba-tiba ponsel Tern berdering, dia menatap layarnya yang menunjukkan sebuah nama yaitu Lucas. Segera Tern angkat sambungan telepon dari Lucas tersebut.

"Cas! Kakak gua beneran kecelakaan?!" Tanya Tern yang kembali panik.

"Iya, sekarang lagi di bawa ke rumah sakit gegara darahnya keluar terus." Suasana di sekitar Lucas terdengar begitu ricuh, Tern bisa mendengar suara Kun yang seperti sedang memarahi paramedis karena tidak bisa menghentikan darah yang keluar dari jidat Ten.

Mendengar hal itu membuat Tern menangis dan tidak jadi mengisi formnya. Pikirannya melayang kemana-mana saat memikirkan kondisi kakaknya itu.

"Woy, dimana Lo? Kok rame banget? Jangan nangis di tempat umum anjrit." Ucap Lucas yang malah semakin membuat Tern menangis.

"Cepetan sini ke rumah sakit A, gua tunggu di deket ruang UGD nya." Suruh Lucas namun Tern menolak.

"Gua lagi di rumah sakit C."

"Hah?! Lo ngapain di rumah sakit woy?! Sembelit?"

"Bukan cas, waktu gua lagi ngajak jalan Bella, tu anjing tiba-tiba lepas dan lari ke kerumunan orang gitu. Pas gua liat ternyata ada cewek pingsan, mukanya mirip Lala banget tapi gua yakin dia emang Lala." Jelas Tern.

Lucas melebarkan matanya. "Lala masih hidup?!"

"Iya cas, semoga. Soalnya Lala masih di ruang UGD dan gua gak dibolehin masuk. Dokter jaganya juga belum dateng, lama banget pengen gua betot." Runtuk Tern dan membuat Lucas merasa gemas kepada perempuan itu.

"Yaudah nanti betot aja tu dokternya, Lo jagain Lala oke? Disini gua bakal jagain Ten, jadi Lo tenang aja jangan nangis-nangis. Nih orang yang ketimpa lampunya juga malah ketawa-ketawa pas gua bilang adeknya nangis."

Senyum Tern kembali muncul setelah mendengar perkataan Lucas. Dia menghapus air mata yang membasahi kedua matanya dan mulai mengisi form dengan bantuan google translate.

Setelah seluruh kolom form terisi, Tern kemudian menunggu Lala di depan pintu ruang UGD. Sesekali Tern mengintip ke dalam dan melihat Lala masih belum sadar.

Tern penasaran kenapa Lala bisa pingsan di jalanan, apakah sebelumnya dia menyelamatkan Ten? Tapi Tern pikir jarak tempat Lala pingsan dengan Incheon itu tentunya sangat jauh, mungkin ada hal lain yang membuat gadis tersebut kehilangan kesadarannya.

Satu hal lagi yang Tern khawatirkan adalah jumlah nyawa milik Lala. Dia takut nyawa Lala tinggal tersisa satu, sedangkan Tern tidak tau apa saja yang menimpa Lala sehingga membuat nyawanya terus berkurang.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter berjas putih keluar dari ruang UGD dan menghampiri Tern.

"Anda yang menemani pasien bergaun putih itu?" Tanya si dokter.

"Iya pak, betul. Gimana keadaannya?" Tern bertanya balik.

"Dia sudah sadar tapi belum sepenuhnya, dan perawatannya bisa berupa rawat jalan atau rawat inap. Tapi saya sarankan rawat jalan saja agar menghemat biaya." Jelas si dokter.

Tern mengangguk paham, tapi masalahnya kini dia tidak memiliki uang untuk membayar perobatan Lala di rumah sakit tersebut.

Untungnya Tern melihat Winwin yang tiba-tiba saja datang ke rumah sakit dan menghampiri dirinya dengan terburu-buru.

"Lala masih hidup?!" Winwin langsung bertanya dengan nada panik.

Tern mengangguk kemudian menjelaskan keadaan waktu itu kepada Winwin. Dia juga memberitahu Winwin perkataan si dokter tadi.

"Yaudah, gua urus dulu biaya sama obatnya. Lo tunggu disini." Ucap Winwin dan Tern pun mengangguk lagi.

Setelah semua biaya dan obat dibayarkan oleh Winwin, Tern akhirnya diperbolehkan masuk ke ruang UGD.

Dia melihat Lala sudah membuka matanya namun pandangannya tampak masih kosong.

"Lala..." Panggil Tern lembut hingga membuat Lala menoleh. Lalu gadis itu tersenyum dan meraih tangan Tern.

"Tern, akhirnya kita ketemu lagi." Lala berusaha keras untuk bisa mengucapkan kalimat tersebut karena energinya belum sepenuhnya pulih.

Tern kembali menangis bahagia dan tidak menyangka bahwa Lala benar-benar masih hidup. Ingin sekali dia memeluk gadis baik ini dan mengatakan kepadanya untuk tidak memberikan sisa nyawanya kepada siapapun.

"Tern gak boleh nangis, harusnya Tern seneng karena udah ketemu Lala." Hibur gadis itu dan membuat Tern berusaha menghentikan tangisannya tapi tetap tidak bisa.

Winwin ikut bergabung dengan mereka dan langsung menatap kaget ke arah Lala. Dia merasa lega karena Lala masih hidup dan apa yang diucapkan oleh Hendery waktu itu hanyalah kebohongan.

"Tern harusnya nemenin Ten. Lala kuat kok, bentar lagi juga sembuh." Kata Lala yang masih berusaha menghibur Tern.

Winwin mengangguk setuju dan menyuruh Tern untuk menyusul Ten yang berada di rumah sakit A.

"Masalahnya duit gua sedikit lagi ge." Curhat Tern dan Lala pun tertawa kecil.

"Nih ongkosnya sama buat jaga-jaga takutnya ada hal yang perlu dibeli." Winwin memberikan beberapa lembar uang yang Tern tidak tau berapa jumlah keseluruhannya.

"Makasih ge, tolong antar Lala sampai rumah ya." Pinta Tern yang diangguki oleh Winwin.

Mereka bertiga keluar bersama dari rumah sakit tersebut, Winwin memberikan jaket parasutnya kepada Lala agar tubuh gadis itu tetap hangat.

Tern pun pamit kepada mereka berdua dan berangkat menuju rumah sakit A. Sedangkan Winwin dan Lala pulang ke rumah.

Winwin membantu Lala untuk berjalan ke kamar tamu, lalu dia menggendong tubuh Lala dan merebahkannya di atas kasur.

Lala agak terkejut dengan perlakuan Winwin, bahkan pemuda itu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh Lala dan mengelus puncak kepalanya sambil menatap lembut ke kedua mata Lala.

"Aku bahagia bisa liat kamu di rumah ini lagi." Ucap Winwin dengan nada suara yang selembut tatapan matanya.

Lala tersenyum dan membuat Winwin mencubit pipinya pelan karena gemas.

"Tapi Lala harus pergi." Kening Winwin berkerut bingung mendengar ucapan Lala tersebut.

"Mau pergi kemana?"

"Ke taman, takutnya Hendery datang kesana dan nungguin Lala."








Pretty Cat | WAYV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang