Bukannya takut, dua pembantu itu malah mengusir Lala secara paksa. Mereka mendorongnya keluar dari rumah lalu menutup pintu dengan sangat kencang.
"KOK TUAN RUMAHNYA DIUSIR SIH?!" Bentak Lala sambil menatap kesal ke arah pintu.
Untung saja dia telah mengganti bajunya menjadi kaos, celana training, dan sepatu pink yang dibelikan oleh Lucas.
Handphonenya pun ada di tangan sehingga Lala memilih untuk melaporkan perlakuan dua orang itu kepada Ten.
Sayangnya Ten tidak mengangkat panggilan teleponnya. Begitupun dengan Kun, Winwin, Lucas, Hendery, dan Yangyang.
Lala sengaja menelepon Xiaojun paling terakhir karena gadis itu masih kesal dengan perkataannya kemarin.
"Halo La." Tidak butuh waktu lama, Xiaojun pun menjawab panggilan telepon Lala.
"Kenapa nelepon?" Tanya Xiaojun.
Lala ragu antara menjawab pertanyaan Xiaojun lalu meminta pertolongannya, ataukah dia harus memutus sambungan telepon itu karena kekesalannya kepada Xiaojun masih sangat terasa di hati.
"Lala bosen bukan di rumah? Mau keluar gak?" Xiaojun terdengar sangat mempedulikan Lala.
"Lala udah diluar kok." Jawab gadis itu sambil berusaha terdengar ketus.
"Lagi apa Lala diluar?" Xiaojun terus bertanya.
"Lagi kesel, soalnya Lala diusir sama cewek-cewek itu."
Xiaojun terdiam beberapa saat untuk mencerna kalimat yang Lala ucapkan. "Oh itu pembantu." Jelasnya.
"Tapi kenapa Lala diusir?!" Gadis itu masih saja kesal.
"Karena mereka kira Lala itu orang asing."
"Tapikan Lala udah tinggal sama kalian selama satu bulan, masa masih dianggap orang asing?" Lala sedih.
"Mereka taunya Lala itu seekor kucing yang namanya Louis." Xiaojun menjawab sambil berusaha sabar.
"Kalau Lala berubah jadi Louis, mereka bakal ijinin masuk gak?" Kali ini Lala yang bertanya.
"Eh tapi Lala pengen liat Lucas, boleh gak?" Sedetik kemudian dia merubah pertanyaannya.
"Disini rame banget La, banyak pekerja agensi. Bahaya kalau Lala kesini." Larang Xiaojun dan berhasil membuat Lala kecewa.
"Kita janjian aja di suatu tempat, nanti aku yang bakal jemput Lala." Ucap Xiaojun, namun malah membuat Lala merasa khawatir.
"Gak ah, Lala takut Xiaojun berakhir kaya Lucas." Katanya dengan nada sendu.
"Tenang La, sekarang mereka lagi fokus ke Lucas. Jadi aku gak akan terlalu disorot." Hibur Xiaojun dan membuat rasa khawatir Lala perlahan menghilang.
"Tunggu aku di taman dekat rumah."
Di dalam kamar rawat Lucas kini ada Kun bersama managernya. Tak ada yang berani membuka suara dan mereka hanya menatap ke arah Lucas yang masih belum sadarkan diri.
"Lucas absen buat beberapa bulan ke depan dan pembuatan album pertama harus ditunda sampai dia bener-bener sembuh." Jelas managernya tanpa ada rasa bersalah karena sebenarnya dia lah yang telah membuat Lucas memutuskan untuk melompat dari atas jembatan.
Kun masih terdiam dan tidak memberikan reaksi apapun.
"Kabar kucing sama anjing kalian gimana?" Managernya mendadak menanyakan hal itu.
"Mereka baik."
"Mending kalian kembaliin kucing sama anjing itu ke pet shopnya." Ucapan si manager membuat Kun menatap marah kearahnya.