“Liat ajah, kalo sampe lo deketin Damar lo nggak bakalan tenang sekolah di sini.” Seseorang membatin dengan tatapan sinis nya kepada Vira yang duduk di sebelah Damar.
Damar saputra, cowok yang populer nomor 2 yang ada di Sma jaya agra ini yang merupakan ketua dari tim basket yang baru saja terpilih beberapa bulan lalu. Putih, tinggi, hidung mancung, rambut yang sedikit acak acakan yang membuat kaum hawa terpesona dengan penampilan nya. Damar merupakan sosok yang romantis kepada pacar nya saat ia punya pacar dulu berbeda dengan Aryan sahabatnya yang sama sekali belum pernah tertarik dengan perempuan, kadang cuek, kadang perhatian, periang, baik, itulah sifat Damar prtama, cowok populer nomor 2 yang ada di sekolah nya, namun ia juga paling anti dengan cewek yang sok sokan saat di depannya contohnya Cherly yang selalu mengaku ngaku sebagai pacarnya padahal Damar sendiri ogah.
Damar mempunyai sahabat yang bernama Aryan Ikrama ia merupakan sahabat Damar sejak kecil di karenakan kedua orang tua mereka merupakan rekan bisnis sejak dulu, Aryan juga termaksud cowok populer di sekolah sama dengan Damar, Aryan menjabat sebagai wakil dari ketua basket yaitu Damar. Aryan merupakan sosok yang dingin, cuek, dan bodo amat kepada perempuan, meskipun banyak yang mengidolakannya Arya sama sekali tidak pernah meberikan respon apa apa sama dengan Damar.
Back to story
“Eh cupu! ngapain lo duduk di situ?” tanya Damar tiba tiba membuat Vira tersentak kaget, tenyata cowok ini menyadari bahwa Vira duduk di sampingnya. Bukannya menjawab Vira malah menunduk karena penampilan nya saat ini sangat tidak mungkin kalau dia melawan.
“Lo bisu?”
“Nggak kok,” jawab Vira
“Lah trus, kenapa tadi gue nanya lo nggak jawab?” tanya Damar.
“Eee anu, cuman ada dua bangku yang kosong makanya aku duduk di sini Vina duduk di sebelah sana,” jawab Vira sedikit gugup.
“Kalo gitu kenapa lo yang duduk di samping gue? kenapa bukan Vina yang duduk di sini?” tanya Damar dengan suara yang sedikit keras dan tentu saja pengawas mendengar apa yang dibicarakan Damar dari tadi.
“Damar! lagi ngapain kamu, udah selesai ujiannya? kalo udah bawa kedepan saya periksa!” tegur pengawas.
“Eee anu Buk, belum selesai tinggal 5 nomor lagi hehehe,” jawab Damar sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kalo belum selesai ngapain kamu ngobrol? cepet selesaikan soal kamu, waktu tinggal 5 menit saat bel istirahat ujiannya harus di kumpul saat itu juga!”
“I..ya Bu,” jawab Damar lalu kembali fokus kepada kertasnya.
Vira sesekali melirik kepada cowok yang ada di sebelah nya ini, yang sudah di tebak oleh Vira sendiri kalau dia tidak tau jawaban dari beberapa soal yang ada di kertasnya sedangkan waktu sebelum istirahat tinggal 3 menit lagi.
“Mau aku bantuin nggak? “tawar Vira sedikit berbisik.
Damar hanya melirik sekilas kepada Vira lalu kembali fokus pada kertasnya sedangkan Vira hanya menghembuskan nafasnya karena tawaran nya sia sia.
“Gue nggak butuh bantuan dari lo, yang ada jawaban yang lo kasih tau salah semua,” jawab Damar dengan nada ketus.
“Anak anak waktunya tinggal 1 menit lagi, setelah ini langsung kumpul ke depan!” perintah pengawas tersebut.
“Mati gue, dari soal yang 5 nomor ini gue bener bener lupa jawabannya apaan,” batin Damar.
“Nih, tolong kerjain buat gue,” ucap Damar menyodorkan kertas beserta pulpen nya kepada Vira sedangkan ekspresi Vira seperti orang kaget.
“Kenapa? lo nggak mau?”
“Aku mau kok,” jawab Vira lalu mulai menjawab soal.
“Ni anak mines beneran apa kagak sih? dari tadi gue liat kacamata nya lorot melulu,” batin Damar.
“Nih udah,” ucap Vira menyodorkan kertas Damar kembali, reflek lamunan Damar pun terbuyar dan ia pun langsung mengambil barang yang di berikan Vira.
Damar memeriksa jawaban yang ditulis oleh Vira di kertas ujiannya, Damar tersenyum tipis bahkan sangat tipis hingga tidak ada yang mengetahui bahwa ia sedang tersenyum.
“Pintar juga nih cupu,” batin Damar
“Tringgg” bel istirahat pun akhirnya berbunyi nyaring terdengar di kelas X IPA 1 yang membuat seluruh siswa kini ribut.
“Amjink! gue belum selesai!”
“Huh, akhirnya.”
“Punya gue tinggal satu nomor lagi.”
Begitu lah kira kira perkataan yang di ucapkan beberapa siswa yang ada di kelas X ini.
“Semuanya kumpul kertasnya di depan, lalu keluar untuk istirahat,” ucap pengawas dan langsung saja para siswa beranjak berdiri dari bangku masing masing menuju ke meja guru untuk mengumpulkan jawabannya.
“Tanks,” sahut Damar kepada Vira lalu berajak pergi ke meja guru.
5 menit kemudian ... kini kelas yang tadinya ribut menjadi sepi bagai kuburan karena hanya ada Vira dan Vina saat ini dikelas. Vina pun berjalan menghampiri meja Vira yang tidak jauh dari tempat duduk nya.
“Ke kantin yuk,” ajak Vina
“Oke, tapi lo tau kantin nya dimana?”
“Taulah, kan kita punya dena sekolah ini yang jelas tau donk,” jelas Vina
“Oke oke kita ke kantin sekarang!” ucap Vira seraya menarik Vina keluar dari kelas menuju kantin.
Vira dan Vina pun menelusuri koridor sekolah menuju kantin, dan tentu saja mendapat sambutan dari para siswa yang menampilkan ekspresi yang berbeda beda.
“Gila, murid baru tuh.”
“Wow, satunya cantik kek bidadari yang satunya culun padahal kembar.”
“Yang satunya bening banget woy.”
“Cantik banget dek.”
“Huh, kayak pen gue colok tu mata!” ucap Vina
“Udah, jangan di..” ucapan Vira terpotong karena bola basket yang tiba tiba mengenai punggungnya yang membuat Vira hampir jatuh kalau Vina tidak menahannya.
“Lo nggak apa apa kan Vir?” tanya Vina seraya membantu Vira menyeimbangkan tumbuhnya kembali yang di balas anggukan dari Vira.
“Yang lempar bola basket ini kedepan gue sekarang!” teriak Vina yang membuat dirinya menjadi menjadi pusat perhatian semua siswa.
“Gue yang lempar!” teriak seseorang dengan suara lantang, sontak Vira dan Vina pun langsung menoleh ke sumber suara tersebut.
“Damar,” gumam Vira
Yups orang itu adalah Damar, yang mengaku bahwa dia yang melepar bola basket tersebut hingga mengenai Vira. Damar berjalan ke arah Vira dan Vina dengan gaya cool nya itu sehingga membuat kaum hawa tak beralih pandangan darinya.
Vina melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan sinis nya kepada Damar yang menghampiri mereka berdua sedangkan Vira hanya menunduk tak mau ikut campur.
“Huh, dasar cowok nggak tau terimakasih ... nyesel gue bantuin dia tadi,” batin Vira
Vira
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...