Selang 15 menit di perjalanan, Vira akhirnya sampai di depan pagar tinggi milik keluarga Agra kemudian gadis itu memasukkan mobilnya di pekarangan rumahnya, memarkirkan mobilnya dengan rapi di bagasi.
Segera gadis itu masuk ke dalam rumah karena langit biru tadi kini berubah menjadi oranye. Vira celingak celinguk mencari orang rumah, namun sampai ia menaiki tangga tak seorang pun yang terlihat baik Irma maupun Vina.
"Orang rumah kemana semua sih ini?"
Vira membuka pintu kamarnya, tumben sekali kamarnya begitu gelap di jam segini, walaupun Vira akui memang sudah menjelang magrib namun tetap saja belum begitu gelap.
Tiba-tiba lampu kamar dihidupkan oleh seseorang yang membuat Vira tersentak kaget, terlihat Irma dan Vira yang sedang melipat kedua tanganya menatap Vira penuh introgasi.
"Kenapa ngeliatinnya gitu amat sih?" tanya Vira.
"Dari mana lo?" tanya Vina dengan wajah yang tak bersahabat diikuti dengan Irma.
Vira menelan salivanya susah, apa-apaan ini? Vira seakan telah melakukan kesalahan besar, padahal 'kan sebelum ia berangkat tadi sudah minta izin kepada Irma lewat chat.
"Vira jawab," ucap Irma dengan nada dingin.
"Vi--ra dari anterin temen Mah," ucap Vira gugub.
Aneh, sepertinya hari ini Vira selalu bicara gugup seperti orang gagap saja. Tidak bicara dengan Damar, Irma, Vina lalu siapa lagi sebentar?
"Temen atau pacar hmm?" tanya Irma sentak membuat Vira menggeleng kuat.
Pacar? Dekat dengan cowok itu saja tidak, bisa-bisanya dibilang pacar. Vira hanya menolong Damar dan itu bukan kesalahan bukan? Lalu kenapa sekarang?
Melihat wajah Vira yang begitu gugup membuat tawa Irma dan Vina pecah, sedari tadi menahan diri agar tidak tertawa. Sedang Vira sendiri menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa yang lucu?
"Njirr muka lo kek orang mau dibunuh ajah," ucap Vina di sela-sela tawanya.
Vira mengerti sekarang, ia dikerjai oleh Ibu dan Anak di depannya ini, di saat Vira begitu gugupnya malah di balas dengan tawa kencang mereka berdua.
"Nggak lucu ah," sahut Vira kesal lalu melewati Irma dan Vina begitu saja, benar-benar menyebalkan.
Irma dan Vina semakin tertawa melihat ekspresi dari Vira, sangat puas mengerjai putrinya itu. Namun tawa mereka terhenti di saat seseorang mengetuk pintu kamar.
"Masuk ajah!" perintah Irma.
Sesuai perintah Irma orang yang mengetuk pintu kamar tadi tak lain adalah ART nya, wanita dengan daster yang lusu itu masuk kedalam kamar seraya menunduk.
"Ada apa Bi?" tanya Irma.
"Itu Nyonya, ada tamu yang pengen ketemu sama Nyonya, katanya dia kepsek di Sekolah milik Tuan Agra," ucapnya.
Vina tersenyum sumringah mendengarnya sedang Irma mengerut heran, untuk apa kepsek itu datang ke rumahnya? Menjelang magrib pula.
Lain dengan Vira yang menoleh kearah Vina yang tersenyum, benar-benar tak habis pikir dengan saudarinya itu, masalah sepele diperbesarkan seperti ini.
"Yaudah, buatin dia minuman Bi, entar saya turun buat nemuin," ucap Irma yang dibalas anggukan patuh dari sang Bibi.
"Tunggu apa lagi Mah, ayok kita turun sekarang," ucap Vina penuh semangat.
"Kamu tau tentang ini?" tanya Irma masih heran akan kedatangan Kepsek itu.
Vina mengangguk pasti seraya menyegir kuda menampilkan deretan gigi putihnya.
"Yaudah Mah, ayok turun ... buat lo Vir cepetan ganti baju terus pake kacamata lo baru nyusulin kita turun okay," seru Vina lalu menarik Irma keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Genç Kurgu"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...