Laki-laki itu mendorong tubuh mungil milik Vina, yang membuat sang empu mau tidak mau harus masuk kedalam kelas.
Vina semakin khwatir ia terus bolak balik di dekat mejanya sabil mengigit unjung jari telunjuknya, ia tau betul Vira trauma untuk di tarik seperti tadi.
"Napa si lo? Damar nggak mungkin apa-apain Vira," ujarnya risih menatap Vina yang sejak tadi bolak balik.
Vina mendengus kesal, entah kenapa ia harus salting di depan cowok yang satu ini, andai saja tadi ia tidak merasakan hal itu tidak mungkin Vina tidak melawan lalu segera menyusul Vira tadi.
"Lo nggak ngerti!" seru Vina kesal.
"Lo kenapa sih Vin?" tanya Izah sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Apanya yang nggak gua ngerti? Santai ajah kali," ucapnya.
Vina semakin kesal karenanya, kenapa laki-laki ini sangat menyebalkan? Untuk apa ia bertanya hal yang bukan urusanya.
"Apaan sih lo! Ini semua gara-gara lo tau nggak! Andai lo nggak ngelarang gue buat nyusulin Vira tadi gue pasti udah bawa dia balik! lo nggak ngerti, saudara gue trauma di tarik kayak gitu!" bentak Vina kesal tanpa sadar kalau ia sudah keceplosan seraya mengusap wajahnya frustasi dengan kedua tanganya.
Aryan tersentak mendengar bentakan Vina, sama halnya dengan Izah dan juga Rini yang sama sekali tak berminat mendengar sejak tadi. Untung saja di dalam kelas hanya ada Vina, Izah, Rini, Aryan, beserta cowok di pojok kelas yang sibuk mendengar musik di earphone miliknya.
"Trauma karna apa?" tanya Aryan.
Vina memukul kepalanya, apa yang dia pikirkan sampai harus kelepasan seperti tadi? Sungguh Vina memaki-maki dirinyabdalam hati karena kecerobohannya sekarang.
Vina tanpa menjawab pertanyaan Aryan langsung bergegas ingin keluar kelas, namun lagi-lagi Aryan menghentikan langkahnya.
"Jawab!" tintahnya.
"Bukan urusan lo!" jawab Vina sambil menghempaskan tangan Aryan kasar.
***
Riuh suara bisik-bisik siswa SMA Jaya Agra, karena melihat hal yang tidak biasanya. Selain rata-rata semua siswa sudah keluar berkeliaran di pekarangan sekolah mereka semua heboh dengan apa yang di liat.
"Eh anjir ... selera Damar nggak bagus banget."
"Lah si Damar, perasaan yang mau sama dia banyak elah malah sukanya sama cupu kayak gitu."
"Damar! Kok mau sih sama cupu kayak gitu!"
"Paling tu cupu yang ngegodain Damar tuh, nggak mungkin jugak 'kan cowok populer ke dua seleranya kayak gitu."
"Pake pelet kali tu cupu!"
"Masih mending Sely dulu di banding cupu kayak gitu."
Vira yang mendengar ejekan-ejekan para siswa yang tertuju kepadanya pun semakin menunduk, ia baergetar tak mampu bicara apa-apa lagi, suara isakannya kini terdengar walaupun ia sudah berusaha keras menahanya.
Sungguh, cara Damar menarik Vira sama persis dengan cara Samuel mencekat tanganya waktu itu, andai saja Vira tidak trauma akan kejadian waktu itu tentu saja ia tidak selemah ini.
Sudah pasti Vira membongkar penyamarannya saat ini jika ia tidak merasakan hal yang membuatnya ketakutan saat ini juga.
Damar menghentikan langkahnya, ia menarik Vira sampai di lorong sekolah yang sepi, ocehan-ocehan para siswa tadi tentu saja masuk di telinganya namun tidak ia pedulikan sama sekali, bahkan keadaan Vira sendiri ia tidak peduli.
Bagaimana tidak, ia terus saja menarik gadis di belakanya itu tanpa menoleh sedikit pun, tentu saja Damar tidak tau kalau gadis yang ia tariknya sedang menangis bukan?
Damar berbalik menatap Vira, cowok itu tersentak melihat Vira yang menunduk, terlihat bahu gadis itu bergetar. Damar memberanikan diri mengangkat dagu gadis itu yang membuatnya mendongak.
"Lo kenapa?" tanya Damar sembari menatap manik gadis itu di balik kacamata bulatnya.
Damar merasa iba melihat gadis di depannya ini, di tariknya gadis itu kemudian mendengkapnya erat. Damar tidak tau apa yang terjadi kepada gadis di hadapannya ini, namun Damar bisa melihat jelas ketakutan dari mata gadis itu.
Vira sendiri hanya pasrah di peluk oleh Damar, yang ia rasakan sama halnya ketika di peluk oleh sang Kakak, gadis itu semakin terisak ketakutan di dalam pelukan Damar.
"Keluarin semuanya Vir, tumpahin semua perasaan lo sekarang, gue ada buat lo."
"Vira!" teriak seseorang yang membuat Vira melepas pelukannya.
Sontak Vira dan Damar menoleh ke arah orang itu, Damar hanya menatapnya sekilas lalu kembali menatap Vira.
"Sory yah, gue nggak bermaksud lancang sama lo," ucap Damar sedang Vira sendiri menggeleng.
"Lo apain dia hah?" ucap orang itu yang geram dengan perlakuan Damar sambil memberi bogeman mentah untuk cowok itu yang membuatnya tersungkur.
Vira kaget atas perlakuan cowok yang ia kenalnya itu, gadis itu segera membantu Damar untuk bangun, menatapnya khawatir.
"Vira, kamu ngapain? Nggak usah bantuin cowok kayak dia!" sergahnya.
"Kamu yang apa-apaan sih! dateng-dateng langsung mukul orang gitu ajah," ucap Vira kesal.
"Ayo kita ke uks," ajak Vira kepada Damar.
Akibat pukulan dari cowok itu langsung membuat ujung bibir Damar mengeluarkan darah segar, dan membuat memar di rahang cowok itu, sedang Angga sendiri mengepal tanganya karena Vira lebih membela Damar ketimbang dirinya.
𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒅𝒊 𝒔𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂?
Damar tersenyum puas serta mengejek cowok itu, Angga yang kehilangan kesabaran pun langsung menarik kerah baju seragam Damar.
"Lo!"
"Angga! Kamu apa-apan sih!" pekik Vira sambil melepas tangan kekar Angga yang menarik kerah baju Damar.
"Kamu kenapa sih ngebelain dia Vir?" tanya Angga kesal.
"Karna kamu salah!" bentak Vira lalu menarik lengan Damar.
"Licik lo Mar!" ujar Angga sedang Damar hanya tersenyum penuh kemenangan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...