"Licik lo Mar!" ujar Angga sedang Damar hanya tersenyum penuh kemenangan.
Vira langsung saja menarik tangan kekar milik Damar, meninggalkan Angga yang mengepal tanganya kesal. Membawa laki-laki itu sampai di depan pintu Uks. Tanpa berpikir lagi Vira pun langsung masuk ke dalam dan di ikuti Damar di belakangnya.
Tidak ada satu orang pun di dalam Uks saat ini, mungkin karena sekarang sudah waktu istirahat jadi anggota Pmr yang biasa menjaga di Uks pun pergi untuk sekedar mengisi perut mereka.
Vira menyuruh Damar untuk duduk di brankar Uks, sedang cowok itu hanya menurut. Vira berjalan ke arah kotak P3K yang melekat di samping lemari tempat seragam anak Pmr disimpan.
Segera Vira mengambil kapas beserta obat merah di kotak P3K terbut, kemudian gadis itu berjalan ke arah Damar lalu duduk di samping cowok itu.
Vira menuangkan obat merah ke atas kapas, lalu dengan hati-hati ia mengobati ujung bibir Damar yang berdarah tadi.
Damar menatap manik Vira di balik kacamata bulat yang gadis itu kenakan, sangat indah pikirnya. Vira tanpa sengaja melirik ke arah Damar yang sedang menatapnya.
Bukanya mengalihkan pandangan gadis itu malah menatap manik mata berwarna hitam pekat itu, gadis itu tertegun, sungguh manik mata Damar sama persis seperti milik Kakaknya Alex.
Terjadilah kontak mata antara keduanya, membuat seorang yang baru saja membuka pintu Uks menggeleng dengan apa yang ia lihat barusan.
"Ekhem."
Dehem seseorang yang membuat Vira langsung memutuskan kontak mata tersebut, sedang Damar sendiri menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Salting mungkin.
Vina gelagapan melihat siapa yang datang, segera gadis itu menginjakkan kakinya kembali di lantai lalu menyimpan obat yang tadi ia ambil ke tempat semula.
"Lo nggak apa-apa 'kan? Sakit nggak waktu di tarik sama tuh cowok?" tanya Vina tanpa memperdulikan bahwa Damar ada di antara mereka ber dua.
"Lo nunjuk gue?" tanya Damar yang merasa kalau cowok yang dibilang Vina itu adalah dirinya.
"Yah emang lo 'kan? Narik sodara gue sampe nangis tadi," cetus Vina.
Damar terdiam, darimana Vina tau kalau Vira tadi menangis? Padahal 'kan Vina tidak melihatnya, ataukah di seluruh sekolah semua siswa sudah tau?
"Udah selesai kan acara ngobatin-ngobatinnya? Sekarang kita balik," ujar Vina lalu menarik tangan Vira untuk keluar.
"Balik kemana?"
"Rumah."
Vira hanya pasrah, jika Vina sudah seperti ini ... tidak ada gunanya jika Vira menjawab, yang ada mereka harus adu mulut tapi bagaimana bisa? Damar ada di antara mereka, jadi harus tetap besikap layaknya cupu beneran.
Vira berpamitan kepada Damar lalu tersenyum, setelah itu Vina langsung saja menarik saudara kembarnya itu tanpa sabar, ingin sekali Vira menjitak kepala gadis ini sekarang, namun ia harus tetap menahan diri.
"Lo nggak apa-apa 'kan?" tanya Vina.
Saat ini mereka berdua sudah berjalan beriringan di koridor sekolah menuju kelas X IPA 1 yang tak lain adalah kelas mereka.
"Nggak," jawab Vira singkat.
"Hmm yakin lo? mata lo masih merah tuh," ujar Vina.
"Yang bener?"
"Hmmm."
Vira merogoh benda pipih yang ia simpan di saku baju sekolah miliknya, ia melihat matanya lewat Handphone nya yang baru kali ini ia bawa, dan benar saja mata Vira masih merah akibat menangis tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...