Kringg
Bel pertanda masuk kelas pun terdengar nyaring di kelas X IPA 1 membuat seisi kelas mengedus kesal, pasalnya hari ini pelajaran pertama adalah pelajaran yang paling dibenci seisi kelas, Fisika.
"Assalamualaikum," salam Bu Anya saat masuk ke dalam kelas.
"Waalaikum salam," jawab seisi kelas.
"Baiklah, hari ini adalah hari pertama kita mulai pelajaran fisika di semester 2, jadi Ibu harap kalian semua lebih memperhatikan pelajaran agar ujian kalian nanti tidak seperti ujian di semester 1," ujar Bu Anya.
Pelajaran akhirnya dimulai, seisi kelas pun diam memperhatikan Bu Anya yang sedang menerangkan materi di depan sana, kalau tidak siap-siap akan dihukum berdiri sampai istirahat.
"Vir, ini bukannya udah kita pelajarin yah?" tanya Vina kepada Vira dengan suara kecil seraya menopang dagunya malas.
"Iya, pelajaran yang ini sih udah masuk dulu waktu kita ikut olimpiade IPA kayaknya," jawab Vira.
"Males dah gue, nggak pernah dikasih pelajaran yang nggak gue ngerti."
Vira tak menjawab ucapan Vina, sebenarnya ia juga sama seperti Vina, sama-sama bosan akan pelajaran yang diberikan oleh beberapa Guru, karena apa? Pelajaran yang diberikan sudah mereka mengerti semua.
Selang 30 menit Bu Anya menjelaskan, Guru tersebut kembali duduk di kursi khusus untuk Guru seraya membuka lembaran-lembaran buku paket yang ada di tanganya.
"Coba kalian buka buku paket kalian halaman 173, kerjakan tugas pertama di semester 2!" perintah Bu Anya.
"Yah Ibu, baru ajah ngejelasin masa langsung dikasih tugas sih," eluh Gilang.
"Makanya kalau guru lagi nerangin di atas tuh yah diperhatiin," ucap Bu Anya.
Gilang hanya menggerutu dalam hati seraya mengambil bukunya dan menulis soalan yang diperintahkan Bu Anya dengan malas, ingat sangat malas.
Lain halnya dengan si kembar yang langsung mengerjakan soal sebanyak 10 nomor itu dengan cepat, otak mereka langsung bekerja melihat soal itu, sangat mudah bagi mereka.
"Vin, udah belum?" tanya Vira berbisik.
"Belum, satu nomor lagi ... lo duluan gih ngumpulinnya biar kita nggak dianggep kerja sama," ujar Vina yang dibalas anggukan dari Vira.
Vina berdiri untuk memberi jalan kepada Vira untuk keluar karena Vira duduk di dekat tembok jadi mau tidak mau harus lewat di samping Vina bukan?
Vira berjalan santai menatap bukunya menuju meja Guru, membuat pandangan seisi kelas menuju kearah gadis itu, yang benar saja soal sebanyak 10 nomor dikerjakan selama 15 menit saja.
"Vir, udah selesai?" tanya Rini saat Vira melewati bangkunya.
Vira hanya mengangguk sebagai jawaban kemudian melanjutkan langkahnya ke arah meja guru. Seisi kelas melongo tak percaya lain dengan Bu Anya yang tersenyum melihatnya.
"Paling tu jawaban salah semua juga," sahut Cherly.
"Sirik ajah lu," balas Izah.
Vira tak peduli dengan ucapan Cherly, mengingat tentang Cherly ingatanya kembali pada hari kemarin saat Cherly ditampar oleh Pak Aksa, tentu sakit bukan ditampar Ayah sendiri.
"Ini Bu tugas saya, bagian nomor 7 tadi Ibu nggak jelasin sama nggak ngasih rumus, jadi mungkin yang lain nggak tau cara perngerjaannya gimana," jelas Vira dengan sopan seraya meletakkan bukunya di depan Bu Anya.
"Kalau begitu, bagaimana cara kamu ngerjain soal nomor 7 Vira?" tanya Bu Anya.
Seisi kelas menunggu jawaban dari Vira, lain dengan Cherly yang tersenyum meremehkan ditujukan untuk Vira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...