"Eh--"
"Udah, gue numpang duduk sini nggak apa-apa yah, males gue liat drama terus," ucapnya saat Vira ingin angkat suara.
Vira akhirnya diam tak membalas perkataan Aryan lagi, ia fokus kepada nasi goreng nya yang tinggal setengah tanpa memperdulikan apapun yang terjadi di depan mejanya.
"Ihh Aryan, kok lo ngomong gitu sih," ucap Cheryl saat mendengar perkataan Aryan barusan.
"Lu berdua ngapain sih cuman liatin gue doang, bantuin buru," ucapnya kepada Beni dan Gilang.
"Cherly sayang, lepasin yah tangannya Damar dianya nggak betah, kalau mau meluk ini lengan aku selalu ada kok buat kamu," ucap Damar yang membuat teman-temannya bergindik jijik.
"Playboys tingkat kakap," sahut Rini tiba-tiba.
"Apa lo bilang," ucap Gilang tak terima sambil menoleh kearah Rini.
"Gue bilang lo playboys tingkat kakap! denger nggak," balas Rini menaikkan volume suaranya.
"Lo--"
"Diem bisa nggak!" sahut Izah yang mulai geram seraya berdiri dari tempat duduknya.
"Guys, mending kita cabut sekarang males banget lama-lama disini," ucap Izah yang dibalas anggukan dari teman-teman nya.
"Ben, kita duluan yah," ucapnya tak lupa kepada pacarnya itu yang di balas anggukan serta senyuman manis dari Beni.
Akhirnya Vira cs pun pergi meninggalkan kantin, walaupun sebenarnya mereka masih ingin duduk bersantai namun gara-gara kedatangan Cherly yang membuat mereka tak mau berlama-lama.
Damar menatap kepergian Vira saat itu hingga tak terlihat lagi saat di kantin, ia segera melepaskan tangan Cherly dengan kasar yang membuatnya tersentak kaget.
"Damar."
"Kalau cara lembut nggak bisa buat lo berhenti, maka jangan salain gue kalau gue gunain cara kasar, cabut!" Itu yang di katakan Damar lalu berjalan meninggalkan kantin di ikuti teman-temannya.
"Damar!! nyebelin banget sihh!" teriak Cherly kesal namun Damar sama sekali tak menghiraukan nya malahan ia tetap berjalan pergi dari kantin sambil memasukkan kedua tangannya di kantong celana abu-abu miliknya.
Saat perjalan menuju kelas Damar cs ber pas-pasan dengan Angga cs, Damar menatap Angga dengan tatapan emangnya tetapi laki- itu menatap Damar tanpa ekspresi sama sekali.
"Ekhem," dehem Gilang yang sudah merasakan kecanggungan antara mereka, bahkan Gilang tau dengan jelas andai bukan karena kejadian beberapa bulan yang lalu mungkin persahabatan anak basket dan anak futsal tidak seperti sekarang ini.
Bisa dikatakan Damar, Aryan, Angga, dan Refan, dulu berteman baik bahkan sudah bisa di bilang sahabat, namun sesuatu terjadi yang membuat mereka pernah bertengkar sampai Damar menonjok rahang milik Angga waktu itu.
Beni yang mulai merasakan kecanggungan anatara mereka segera menarik lengan baju Damar yang sedari tadi mengepal tantanya menahan amarah yang siap untuk meledak kapanpun itu.
Gilang yang melihat Beni ikut menarik lengan Aryan pegi dari sana, untuk menghindari pertengkaran nantinya.
"Tahan amarah lo," ucap Beni menepuk bahu Damar.
Damar menghela nafas kasar, mencoba menghilangkan amarahnya yang sudah di ubun-ubun saat ini.
"Gue bener-bener nggak bisa sabar kalau gue ketemu sama tu cowok," ungkap Damar.
"Lo harus coba nahan emosi lo Mar, kayak Aryan," ucap Gilang seraya melirik kearah Aryan yang sejak tadi diam entah apa yang dia pikiran.
Lagi-lagi Damar menghela nafasnya.
"Itu Aryan Lang, bukan gue ... lo 'kan udah tau gue, kalau gue itu paling nggak bisa nahan emosi kalau ketemu sama tu cowok," balas Damar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...