Vira dan Vina berjalan di koridor sekolah yang mulai sepi, hanya ada beberapa siswa yang ada di luar kelas sekarang, karena memang jam istirahat terakhir telah usai.
"Lo kenapa sih Vin? Mukanya gitu amat deh dari tadi," ujar Vira yang jengah melihat kerutan di wajah Vina yang tak kunjung hilang.
"Nggak," ucapnya.
"Lagi dateng?" tanya Vira masih sabar.
"Nggak."
"Terus kenapa?" tanya Vira lagi.
Vina diam, tak merespon ucapan Vira sama sekali yang membuat gadis itu menghela nafas melihat sifat adiknya ini, sungguh Vira tak mengerti sama sekali.
Vina menghentikan langkahnya karena tiba-tiba Refan menghadang jalan gadis itu, karena memang Refan sudah terlihat sedang berjalan menyusuri koridor sekolah sama seperti mereka hanya saja berlawanan arah.
"Apa?" tanya Vina saat Refan tak kunjung menyingkir membiarkan Vina lewat.
"Mo kemana bawa tas segala?" tanya Refan yang bingung karena dua saudara kembar di hadapanya ini sudah menggendong ransel masing-masing di punggung mereka.
"Balik," jawab si kembar bersamaan.
"Anak pemilik sekolah mah bebas yak," ujar Refan yang membuat kedua gadis itu saling menatap, lain halnya dengan Refan yang tertawa melihat ekspresi keduanya.
"Ngapain ketawa lo?" tanya Vina judes.
"Judes amat Mbaknya, bikin gemes," ucap Refan sambil mencubit kedua pipi Vina.
Vina yang diperlakukan seperti itu mematung, maklum baru pertama kali ada cowok yang mencubit pipinya kecuali Agra dan Kakaknya Alex.
"Kenapa sih lo?" ucap Refan lagi sambil mengangkat dagu Vina menggunakan jari telunjuknya membuat gadis itu mendongak karena setelah di perlakukan seperti tadi oleh Refan Vina langsung menunduk karena malu.
Vina memukul tangan kekar milik Refan yang membuatnya mendongak, reflek jari yang mengangkat dagu Vina tadi langsung terhempas begitu saja. 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑘 𝑎𝑚𝑎𝑡 𝑀𝑏𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎.
"Nggak sopan ish!" gerutu Vina lalu berjalan melewati Refan begitu saja sambil menghentak - hentakkan kakinya kesal.
Sebenarnya Vina tidak kesal hanya saja ... sudahlah, Vina tidak tau dirinya kenapa, ia hanya tidak mau memperlihatkan wajahnya yang bersemu merah kepada Refan.
Refan terkekeh melihat tingkah Vina, lalu cowok itu menoleh ke arah Vira yang melipat kedua lenganya yang sejak tadi menyimak interaksi keduanya.
"Napa tu?"
"Hmm, nggak usah di gangguin, moodnya lagi nggak baik kali tuh," ucap Vira lalu berjalan hendak mengejar Vina namun segera Refan memegang pundak gadis itu yang membuat langkahnya terhenti.
Vira menoleh kearah Refan sambil menaikkan salah satu alisnya seolah bertanya 'Kenapa?'
"Lo liat Angga nggak?" tanya Refan membuat Vira berbalik.
"Nggak, kemana emangnya?"
"Kalau gue tau, nggak mungkin juga gue nanya," ucap Refan.
"Lah, terus kenapa nanya ke gue? Lo 'kan sekelasnya dia," ucap Vira sewot.
"Santai, Kakak sama Adik nggak ada bedanya," cibir Refan membuat Vira memutar matanya malas.
"Hmm."
"Btw lo kenapa ada di luar? sekarang bukanya udah masuk?"
"Ada urusan osis, masalahnya si Angga nggak tau kemana," jawab Refan membuat Vira manggut-manggut atas jawaban cowok itu.
"Gue duluan yah, kalau lo liat Angga suruh ke ruangan osis dulu," ucap Refan lalu berlari kecil menjauh dari Vira.
Vira hanya mengangkat bahu acuh lalu berjalan kembali, bahkan ia baru sadar kalau Vina sudah meninggalkannya sejak tadi, entah kemana saudarinya itu.
Vira mempercepat langkahnya menuju gerbang sekolah, ia sangat berharap kalau Vina menunggunya di sanah, ini semua gara-gara Refan yang mengajaknya ngobrol hingga Vina meninggalkanya sendiri seperti ini.
Vira menghentikan langkahnya karena melihat Angga yang berjalan kearahnya sembari tersenyum. Kening adis itu mengerut heran, pasalnya Refan sedang mencarinya tapi orang yang di cari malah santai berjalan dengan senyum di wajahnya.
Vira hanya acuh tak perduli karena kejadian tadi ia sedikit kesal dengan Angga atas apa yang ia perbuat tadi, memukul seseorang bahkan tak tau kejadian sebenarnya, itu salah bukan?
Dan benar saja Angga menghampiri Vira berdiri tepat di depan gadis itu sambil sedikit menunduk karena tinggi Vira hanya setinggi pundaknya.
Vira mendengkus kesal, pasalnya Angga tak memperbolehkannya berjalan pergi, saat Vira ingin lewat di sebelah kanan Angga juga melangkah kekanan, jika Vira ingin lewat di sebelah kiri Angga pun ikut melangkah ke sebelah kiri. Begitu seterusnya hingga Vira mendongak menatap sinis kearah Angga.
"Ngapain sih?!"
"Gue minta maaf Vir," ucap Angga.
"Minta maaf buat apa?" tanya Vira heran sekaligus kesal, seingatnya Angga tak berbuat salah kepadanya melainkan kepada Damar.
"Soal tadi pagi."
Vira menghela nafas panjang, 'Aneh' pikirnya kenapa Angga meminta maaf kepadanya? Padahal yang ia pukul tadi itu Damar bukan dirinya, lalu Angga salah apa kepada Vira?
"Kamu harusnya minta maaf sama Damar bukan ke aku," ucap Vira.
"Gue nggak mungkin minta maaf sama dia Vir," balas Angga.
Vira mendongak menatap wajah Angga yang terlihat ... lesu mungkin, memangnya apa salahnya kalau ia minta maaf kepada Damar? Angga salah, jadi dia harus minta maaf 'kan?
"Kenapa nggak?"
"Ada alasanya," ujar Angga lalu tersenyum penuh arti kepada Vira namun gadis itu tak tau apa artinya.
Tangan Angga mengulur mengacak rambut Vira yang terkepang kepang dua itu, "Jangan marah yah, gue nggak suka dicuekin sama lo," ucap Angga lalu berhenti mengacak rambut Vira.
Angga tersenyum lalu meninggalkan Vira yang terdiam, Angga sempat pamit kepada Vira untuk menghampiri Refan di ruangan osis namun tak di jawab sama sekali oleh Vira, gadis itu sibuk mencerna maksud dari perkataan Angga tadi.
'Gue nggak suka dicuekin sama lo.' Kalimat yang keluar dari mulut Angga terus ada di pikiran Vira, entah kenapa Vira yakin ada arti dari kalimat itu, hanya saja Vira tak dapat mengartikannya.
𝑻𝒃𝒄
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...