Vira menghela nafas, betapa keras kepalanya cowok di sampingnya ini? Sudah kesakitan masih saja sok kuat, dasar cowok emang, sama sekali tidak mau terlihat lemah di hadapan cewek, padahal memang ada kalanya di mana seseorang akan merasakan lemah bukan?
"Jadi kita harus kemana Neng?" tanya sang supir taxi tersebut yang bingung mau dibawa kemana penumpangnya ini, kalau dibawa kerumahnya sepertinya boleh juga wkwkwk.
"Ke rumah saya ajah Pak, dari sini lurus terus pas di perempatan jalan di depan belok kiri," jelas Vira membuat sang supir taksi mengangguk tanda mengerti.
Vira kembali menoleh ke arah cowok di sampingnya ini yang terus meringis kesakitan, entah apa yang sakit ... terlihat wajah tampannya yang luka sanah sini.
Tunggu dulu, apa tadi tampan? Yah Vira akui cowok ini tampan hanya saja sifatnya yang berubah-ubah, dan juga sepertinya cowok di sampingnya ini langganan untuk terluka seperti ini.
"Sakit banget yah?" tanya Vira pelan membuat cowok di sampingnya menoleh menatap Vira kesal, sudah jelas gadis itu melihatnya kesakitan dari tadi malah bertanya lagi.
"Udah liat gue kesakitan malah nanya lagi lo ogeb," sewot cowok itu.
"Santai ajah kali ... gue cuman nanya," balas Vira tak kalah sewot lalu membuang mukanya menatap keluar mobil.
Setelah kurang lebih 20 menit mereka pun sampai di depan gerbang rumah megah bertingkat 3 tersebut, segera Vira membayar ongkos taxi lalu turun dari mobil lewat pintu sebelah kanan.
Kemudian gadis itu berlari kecil ke arah pintu mobil yang berlawanan, dibukanya pintu mobil untuk cowok itu lalu dengan hati-hati membantu cowok itu keluar dari mobil, seperti supirnya saja. Vira tak mengerti kenapa ia mau repot-repot seperti ini.
Padahal kalau di pikir-pikir perlakuan cowok ini terhadapnya bisa dibilang hmm ... tidak terlalu baik saat-saat ia baru masuk sekolah, belum lagi kejadian saat cowok ini menariknya dengan paksa hingga menjadi sorotan semua orang, kalian sudah tau siapa dia bukan?
"Lo punya kepribadian ganda yah? beda kalau di luar beda juga kalau lagi di sekolah?" tanya Damar yang sedang dipapah oleh Vira membatunya masuk kedalam rumah.
Yups, cowok yang Vira tolong adalah Damar, entah kenapa cowok ini bisa dikeroyoki oleh tiga orang sekaligus seperti tadi, belum lagi saat salah satu yang mengeroyokinya hampir saha menikam Damar dengan cara ingin menancapkan pisau tajam dari kantong celananya jika Vira tidak menolong tepat waktu.
Vira mengerutkan keningnya tak mengerti maksud dari cowok ini, apa dia bilang? Kepribadian ganda? Memang Vira bersifat seperti apa saat di sekolah? Sampai dibilang berbeda?
"Maksud lo?" tanya Vira masih tak mengerti, walaupun ia berusaha mencerna perkataan cowok ini tetap saja ia tak bisa mengerti perkataannya, sepertinya sikap Vira saat di sekolah dan di luar sekolah sama saja terus apa bedanya? Hanya satu yang berbeda yaitu ... penampilannya.
"Yah abisnya sikap lo di sekolah beda banget sama sekarang, lo nggak inget pas di sekolah tadi lo cetus nya sama gue ... eh, maksudnya sama cowok lah keknya minta ampun, terus sekarang? Lo jadi perhatian gini," jawab Damar panjang lebar seolah mengeluarkan semua uneg-unegnya yang ia rasakan.
Vira menelan salivanya sulit, ia baru sadar kalau tidak ada seorang siswa pun yang berasal dari SMA Jaya Agra yang pernah melihatnya berpenampilan seperti sekarang, tanpa kacamata, rambut di gerai, dan baju yang bisa dibilang mahal, bukan gaya seorang cupu bukan?
Apa yang harus dilakukan Vira sekarang? Oke, sepertinya hal yang harus dilakukan agar tidak ketahuan adalah berpura-pura menjadi Vina sekarang.
"Perasaan lo doang itu mah, gue sama sekali nggak ada bedanya saat di luar maupun di dalam sekolah," elak Vira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Jugendliteratur"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...