"Ngapain lo cuman liatin gue? Mending naik deh, biar gue boncengin lo!" perintah Vina.
"Lo gila?!"
Aryan benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikir cewek di hadapannya ini yang katanya ia menyukai gadis seperti ini, bagaimana bisa cewek itu berpikir untuk membonceng cowok? Yang benar saja, mau ditaruh di mana wajah Aryan jika siswa Sekolah mengetahuinya?
"Nggak, gue masih waras." Setelah mengucapkan hal itu, Vina menaikkan standar motor dan menggunakan kedua kakinya untuk menahan motor itu.
Jangan lupakan kalau Vina adalah mantan wakil ketua cheerleader saat di Amerika, otomatis ia bukanlah gadis yang pendek dan juga bukan gadis yang kelewatan tinggi.
Hanya menahan motor dengan kedua kaki jenjangnya cukup sampai menginjak aspal, membawa motor besar seperti ini juga Vina bisa, jadi jangan remehkan gadis berusia enam belas tahun ini.
Membawa motor besar bukanlah hal yang rumit untuk Vina, jika saat di Amerika Vira belajar mengendarai mobil maka ia yang belajar mengendarai motor besar milik Alex yang sebelas duabelas dengan milik Aryan saat ini.
Hal itu menjadi kesepakatan kedua saudara kembar itu, saat membawa mobil Vira yang akan membawanya dan ketika membawa motor maka Vina yang akan membawanya.
Terdengar aneh karena seorang gadis mengendarai motor besar yang seharusnya membawa motor matic atau semacamnya yang sering dibawa oleh perempuan, namun Vina tetaplah Vina, jika ia ingin mengendarai nya tidak ada yang dapat melarang.
Di umur yang baru memasuki lima belas tahun saat di Amerika masih tergolong muda untuk membawa kendaraan baik mobil maupun motor, namun kedua saudara kembar yang cantik itu sudah belajar untuk mengendarainya.
Walaupun saat belajar dulu kaki Vina belum sepenuhnya sampai di tanah, tapi ia cukup mahir untuk membawanya bahkan melajukannya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Beberapa kali belajar cukup membuatnya bisa membawa motor sendiri, walaupun di awalnya masih tidak ada yang percaya kalau Vira dan Vina bisa mengendarai kendaraan yang mereka pelajari masing-masing.
Tapi ingat, mereka adalah anggota keluarga Agra, intinya berusaha dan hasil menunjukkan di akhirnya.
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita terus berusaha bukan? Bahkan hal mustahil pun bisa terjadi jika seseorang benar-benar berusaha untuk mewujudkannya.
"Lo gila! Pikiran lo gimana sampe mau boncengin cowok?!" tanya Aryan dengan nada tak santai.
"Pikiran gua baik-baik ajah, lagian emang masalahnya apaan kalau gue boncengin cowok? Gue sering boncengin abang gue nggak ada masalah apapun tuh," ucap Vina acuh seraya menutup kaca helmnya.
Helm yang dipakai Vina bukan helm yang biasa dipakai gadis-gadis ketika naik motor, melainkan helm fullface yang berwarna biru muda, entah Aryan tau atau tidak kalau halnya gadis itu menyukai warna helmnya.
"Nggak, pokoknya gue nggak mau, sekarang minggir biar gue yang boncengin lo!" pinta Aryan.
Bukannya menyingkir, Vina malah menggas motor Aryan tanpa memasukkan giginya hingga membuat deruan suara motor yang begitu keras.
"Gue kasih dua pilihan, naik atau gue tinggalin!" putus Vina.
"Lah itu motor gue, nggak bisa donk kalau lo ninggalin gue," ujar Aryan tak terima.
"Yaudah gue tinggalin kalau gitu, bye!" Vina memasukkan gigi motor yang membuat Aryan refleks memegang lengan gadis itu.
Aryan menatap Vina dengan lemas, adai orang di hadapannya ini cowok sudah pasti akan ia beri pelajaran sejak tadi, namun sayang dia cewek cantik lagi. Mikir apa sih Aryan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...