Assalamu'alaikum.
Vote oke?
Lanjut, happy reading!
"Yakin nggak mau mampir dulu?" tanya Vira kesekian kalinya yang membuat Angga yang sedang memakai helmnya lagi-lagi tersenyum.
"Iya Vir, gue langsung balik ajah, lo udah sampe dengan selamat 'kan? Gue cuman mau mastiin itu kok," ucap Angga lalu mengacak rambut Vira pelan.
"Yaudah gue cabut yah, pipi lo jangan lupa dikompres," peringat Angga yang membuat Vira mengangguk patuh, lain dengan Damar yang memutar bola matanya malas melihat hal itu.
Angga tersenyum lalu menutup kaca helm fullface nya itu, setelah itu ia menghidupkan mesin motor dan menjauh dari pekarangan rumah keluarga Agra.
"Loh, Aryan kemana?" tanya Vira heran, pasalnya hanya ada dirinya dan Damar yang berada di depan gerbang rumahnya.
"Udah masuk dari tadi dia, nggak sabar ngejenguk gebetan," ucap Damar.
"Oh gitu, yaudah masuk yuk," ajak Vira yang diangguki oleh Damar.
Kedua remaja itu pun melangkah masuk ke dalam rumah dengan Damar yang terus mengekor di belakang Vira.
Vira mempersilahkan Damar untuk duduk di samping Aryan, Vina juga sudah berada di ruang tamu duduk di sofa singgle dengan kaki yang diperbani, membuat Vira merasa bersalah dengan hal itu.
Setelah meletakkan ranselnya di sofa, tanpa berkata apapun Vira melangkah menuju Dapur, namun dengan cepat ia menghentikan langkahnya disaat seseorang memanggilnya.
Vira berbalik, gadis itu mengangkat salah satu alisnya menatap Damar aneh yang sedang berjalan ke arahnya, mau apa laki-laki itu?
"Lo mau ke dapur?" tanya Damar saat cowok itu berdiri di hadapan Vira.
"Iya, kenapa? Mau diambil sesuatu nggak?" tanya Vira yang dibalas gelengan.
"Gue ikut lo," pinta Damar yang membuat Vira mengernyit.
Damar yang melihat raut Vira pun hanya tersenyum simpul, kemudian cowok itu membalikkan tubuh Vira lalu mendorongnya dengan tangan kekar cowok itu berada di pundak Vira, tidak kuat hanya saja menyuruh Vira untuk berjalan.
"Eh, kenapa?"
"Udah, jangan banyak nanya ... gue ikut lo ke dapur dulu," sahut Damar.
Vira menghela nafas, kemudian pasrah berjalan menuju dapur, namun yang anehnya Damar sama sekali tak kunjung melepaskan pegangannya pada pundak Vira, benar-benar membuat gadis itu risih.
Saat sampai di dapur, Vira cengo melihat Damar yang langsung mengambil kain bersih yang entah mau cowok itu apakan, dikira rumah sendiri kali yah?
"Vir, es batu mana?" tanya Damar.
"Yah di kulkas lah, di mana lagi coba?" balas Vira dengan nada sewot.
Damar terkekeh mendengar cara bicara Vira, cowok itu segera menuju kulkas lalu mengambil es batu di sana, Vira terus memperhatikan apa yang dilakukan cowok itu.
"Baru kali ini gue liat lo sewot gitu," celetuk Damar yang sudah berada di samping Vira.
Dengan gerakan tiba-tiba, Damar menarik lembut pergelangan tangan Vira dan menyuruhnya untuk duduk di kursi mini berbentuk persegi, lalu cowok itu pun ikut duduk di samping Vira dan menghadap gadis itu dengan kursi yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Dla nastolatków"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...