"Anjir, gue juga pengen digituin sama cogan sekolah oy!"
"Sok amat tu cupu."
"Cantik juga pas kacamata copot."
"Cari perhatian amat deh, cantikan gue."
"Jauh lebih manis dibanding kembarannya ternyata."
"Ganti tempat ey, gue juga pengen deket Damar!"
"Angga kok sosweet banget, padahal buka pacar nya."
Ucapan-ucapan yang keluar dari mulut siswa yang berada di Kantin saat itu, sungguh mereka tak dapat membayangkan sakitnya kena tonjokan seperti itu.
Vina segera memungut kacamata milik Vira yang jatuh itu, tidak rusak sama sekali sepertinya kacamata itu tidak terkena pukulan dari Damar hingga masih utuh sampai sekarang.
Vina tau apa yang dirasakan saudara kembarnya itu, bukannya sakit akan pukulan dari Damar namun karna hal lain, kalian juga sudah tau bukan?
"Vir, pake kacamata lo biar penglihatan lo nggak burem," ujar Vina seraya memasangkan kacamata saudarinya itu.
Vira bernapas lega, setidaknya penyamaran nya tidak terbongkar hari ini kan? Itu bukanlah yang diinginkan oleh Vira, walaupun ia meruntuki dirinya yang menjadi penengahan antara Damar dan Angga.
Vira melepas tangan Damar dan Angga yang memegang tangan dan kepalanya dengan kasar, sangat kesal dengan apa yang Damar perbuatan tadi, ia harus tau konflik yang terjadi antara Damar cs dan Angga cs itu apa? Mukanya pun sudah ia korbankan.
"Kalian kenapa sih? Ngapain main tonjok-tonjokan gitu di Kantin kayak gini?!" tanya Vira dengan membentak.
"Vir...," lirih Izah.
"Apa? Kalian juga sama ... kenapa orang yang bertengkar kayak tadi sama sekali nggak ada yang niat buat ngelerai mereka? Memangnya ini udah hal biasa yang terjadi di sekolah sini?"
"Vir, lo nggak ngerti masalah sebenarnya kayak gimana," sahut Rini.
"Apa yang nggak aku ngerti? Aku tau kalau cowok yang ada di meja sini sekarang dulunya tuh sahabatan 'kan? Itu udah jelas waktu aku ngeliat foto kalian di album foto milik Damar."
"Aku cuman curiga cuman karna satu nama kalian jadi kayak gini sekarang," tambah Vira.
Seisi Kantin terdiam mendengar ucapan dari Vira, yang ia bicarakan hampir sepenuhnya benar, namun ia tau dari mana? Jawabannya ia hanya menebaknya.
"Mar, lo masih nyimpen tu foto?" bisik Gilang kepada Damar.
"Cabut!" perintah Refan lalu beranjak pergi namun segera dicekal oleh Vina.
"Nggak, duduk dulu bareng kita," ucap Vina.
"Sorry, gue sama temen-temen gue nggak bisa buat gabung, lain kali ajah," jawab Refan.
"Fan please."
Vina memohon kepada Refan, dengan tidak tegaannya cowok itu mengela nafas lalu mengangguk menyetujui tanpa meminta pendapat teman-temanya.
Refan cs akhirnya pun mendudukkan bokong mereka di kursi kantin, karena memang meja yang mereka tempati cukup luas jadi tak perlu khawatir jika tidak muat.
"Kita cabut."
Itu perintah dari Damar, ia tidak bisa jika harus semeja dengan mantan sahabatnya itu, mungkin dulu semeja seperti ini memang iya tadi itu dulu bukan sekarang.
"Nggak, kalian juga gabung," ucap Vira.
"Iya Ben, gabung dulu yah," pinta Izah kepada Beni.
Beni menatap teman-temannya yang dibalas gelengan dari ketiganya, mau tidak mau Beni pun menggelengkkan kepalanya kearah Izah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...