Plak!
"Jaga omongan kamu CHERLY ANJANIXA, di mana sopan santun kamu hah? Kamu mau buat Papah kehilangan Jabatan Iyah?"
Cherly memegang pipinya yang terasa panas, air matanya kini membendung di pelupuk matanya, namun ia memang pantas mendapatkan hal itu atas perilakunya sendiri.
"Pah! Anak Papah itu aku, kenapa Papah terus belain mereka!" bentak Cherly.
"Dan lo, tunggu pembalasan gue," ujar Cherly penuh penekanan seraya menunjuk Vira lalu berlari keluar dari rumah milik keluarga Agra.
"Maaf atas perlakuan Putri saya Nyonya Agra, saya akan berusaha agari dia mau meninta maaf," ucap Pak Aksa.
Setelah berpamitan, Pak aksa pun keluar dari rumah milik keluarga Agra dengan malu atas perilaku Cherly, sedang Irma sendiri menatap ke dua putrinya itu bergantian dengan tatapan heran?
"Ada apa ini?" tanya Irma.
"Vina sebenernya yang lakuin ini Mah, Vina mau Cherly minta maaf tapi jadinya gini," jawab Vina.
Irma hanya menepuk jidat mendengar jawaban dari Vina, kemudian wanita itu menoleh ke arah putrinya yang lebih tua dari Vina, mengharapkan jawaban yang bisa ia pahami.
"Jadi gini Mah, tadi pas di sekolah Cherly nyuruh Vira buat ngerjain remedialnya dia, nah pas Vina dateng Vina nggak terima, jadi kayak gini deh," jelas Vira.
"Yasudah kalau gitu, nggak usah dipikirin tentang kejadian tadi, mending sekarang kalian naik ke atas terus solat magrib, abis itu turun buat makan malam oke," tintah Irma.
Si kembar mengangguk patuh atas permintaan Irma, ke duanya segera menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya untuk melaksanakan solat magrib.
***
Kini sudah menunjukkan pukul 06:15 AM masih cukup pagi namun Vira dan Vina sudah duduk manis di bangku mereka masing-masing. Mereka sengaja untuk datang lebih awal, malas untuk jadi sorotan semua murid pagi-pagi katanya.
Yaps, hari selasa di SMA Jaya Agra masih cukup tenang pagi ini, namun entah apa yang terjadi sebentar, entahlah Vira hanya merasa resah sejak tadi.
"Lo kenapa sih Vir?" tanya Vina yang melihat sikap aneh Vira yang terlihat gelisa.
"Gu--"
"Morning all!" teriak seseorang yang baru masuk ke dalam kelas.
"Woy, kagak usah tereak-tereak juga kali, sekelas kita kagak ada yang budeg kayak lu!" tegur seseorang yang ikut masuk kedalam kelas.
Itu Beni dan Rini. Beni yang datang-datang lalu berteriak dengan suara yang sudah seperti toa sekolah, sedang Rini sendiri yang menegur selaku ketua kelas dengan suara lantang.
"Why? Apa lu bilang? Gue budeg?"
"Ya emang lo budeg," ucap Rini penuh penekanan seraya melempar ranselnya ke atas meja begitu saja.
"Ganteng-ganteng gini lo bilang budeg? Buta lo?" tanya Gilang seraya duduk di kursinya.
Yang berada di kelas X IPA 1 hanya 7 siswa saja yang tak lain adalah Si kembar, Rini, Gilang, Bima-sekertaris kelas, Gita-salah satu anggota cheers yang juga merupakan sekelas dengan mereka, dan satu lagi cowok pendiam yang selalu berada di pojok kelas yang bernama Fahmi.
"Bukannya gue yang buta, tapi lo yang nggak ngaca," ujar Rini.
"Eh sapa bilang gue nggak ngaca? Setiap hari gue ngaca di depan cermin gue, ngeliat betapa gantengnya gue ini," ucap Gilang dengan pedenya di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...