"Sakit Vir?" tanya Vina seraya mengusap pelan pergelangan kaki Vira pelan-pelan.
"Lo pikir gue mahluk halus yang nggak ngerasain sakit apa?" tanya Vira balik dengan nada yang sewot.
Bagaimana tidak? Sudah jelas kalau kakinya terkilir ... gadis dengan wajah yang mirip dengannya yang sedang duduk di kursi dekat berangkar UKS itu malah bertanya hal yang tak masuk akal.
Yups, kedua saudari kembar itu sedang berada di ruang UKS sekarang, entah kemana Guru penjaga UKS saat ini, jika menunggu anggota PMR sudah tidak mungkin jika mereka berjaga di UKS saat jam pelajaran seperti ini.
Vina terkekeh mendengar ucapan Vira, entahlah ... pertanyaan bodoh itu tiba-tiba saja keluar dari mulutnya sedang Vira hanya memutar bola matanya malas.
Kali ini Vira mengeluarkan cara bicara aslinya, toh di UKS hanya mereka berdua, lagi pula capek juga jika terus berbicara dengan bahasa baku seperti itu.
Vina mengurut pelan pergelangan kaki saudarinya menggunakan minyak urut, tak lama setelah itu,
Krekk
Vira tersentak antara kaget dan rasa sakit yang ia rasakan, reflek gadis itu langsung menarik kakinya menjauhkannya dari Vina.
"Nggak ada akhlak lo Vin! Seharusnya lo kasih tau gue dulu kek, supaya gue bisa siap-siap nahan sakit!" ujar Vira kesal menaikkan nada suaranya satu oktav.
"Yeh, nggak usah ngomel kali, udah nggak sakit 'kan?" tanya Vina yang membuat Vira mengangguk.
"Yaudah, bilang apa?"
"Makasih Nona muda keluarga Agra," ujar Vira tersenyum paksa kemudian gadis itu beranjak dari brankar meraih minyak urut dan menyimpannya kembali ke kotak P3K yang menempel di samping lemari.
Tanpa kedua gadis itu sadari, seorang yang sudah sejak tadi mengutip menampilkan senyum devil's nya, merasa puas atas yang ingin ia ketahui sudah ia tahu.
Orang itu berjalan menjauh dari ruangan UKS seraya meraih benda pipih pada saku seragam Sekolah nya, ia menekan salah satu kontak dengan nama 'Papah' di sana, kemudian menekan tombol yang berlogo telpon.
Sambungannya terhubung, garis itu tersenyum licik saat mendengar suara seorang dengan nama kontak 'Papah' di sana.
~Via telpon~
["Halo, Pah."]
["Ada apa? Cepat katakan, Papah mau meeting sama klayen penting."]
["Oke, to the poin Pah, pemegang saham perusahaan Papah putra tunggal keluarga Agra bukan?"]
["Iya memang ... tapi sekarang, nanti Papah bakalan rebut balik, tapi ada apa kamu tiba-tiba nanya hal seperti ini?"]
["Ada yang mau aku tau, keluarga Agra punya anak kembar?"]
["Setahu Papah memang ada, tapi kabar tentang anak kembar nya masih belum pernah Pak Agra ungkit sampai sekarang, berbeda dengan putra sulungnya."]
["Oke Pah, aku udah dapet yang aku perluin sekarang, aku tutup telponnya dulu ... nanti aku kabarin lagi."]
Tut ... tut ... tut
Orang itu menutup telpon secara sepihak, dan lagi-lagi ia menampilkan senyum devil's nya itu, kemudian berajak pergi dari sana.
Lain halnya dengan Vina yang masih berada di dalam UKS, gadis itu menatap Vira dari belakang yang sedang mengintip keluar, entah apa yang ingin dilakukannya.
"Kenapa sih Vir?" tanya Vina sambil menepuk pelan bahu Vira, membuat gadis itu lagi-lagi tersentak karenanya.
"Hah, gue ngerasa ada yang nguping pembicaraan kita dari tadi, terus gue juga kayak denger ada orang yang lagi nelpon nyebut-nyebut nama keluarga Agra," jelas Vira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Teen Fiction"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...