"Mampus!"
"Lo kenal mereka?" tanya Aryan.
"Ya nggak lah, itu 'kan orang yang ngejer tadi, mau ngapain cobak?" tanya Vina balik.
"Woy! Turun lo!" teriak seorang yang sedang turun dari motornya.
Vina mengernyit heran menatap tiga orang cowok yang menghadang jalannya dan Aryan, memangnya punya masalah apa sampai harus seperti ini?
Vina turun dari motor sesuai keinginan ketiga cowok itu, hanya seperti ini Vina tidak takut sama sekali meskipun itu cowok, tetaplah jangan remehkan seorang Vina.
"Vin, lo mau ngapain?" tanya Aryan.
"Yah gue turun lah, lo nggak denger tuh mereka teriak kayak gitu?" tanya Vina.
"Mending nggak usah deh, terlalu bahaya kalau lo turun, ini udah gelap sepi lagi, mending lo naik kita langsung kabur," ucap Aryan dengan nada berbisik.
Bukannya takut untuk melawan, hanya saja Aryan tidak mau mengambil resiko jika seperti ini, keadaan sekarang hanya ada dirinya dan Vina, kalau ia yang terluka 'kan tidak apa-apa, tapi kalau Vina? tentu saja Aryan tidak mau itu terjadi.
"Lo takut?" tanya Vina yang membuat Aryan menggeleng.
"Woy! Malah ngobrol lagi lo!" bentak salah satu dari mereka seraya melempar batu ke arah Vina.
Sigap Aryan langsung menarik Vina mendekat kearahnya, posisi keduanya begitu dekat, jika dilihat dari kejauhan tak sedikit orang yang mengira mereka sedang pelukan sekarang.
Vina? Jangan tanyakan tentang gadis itu, jantung nya berdetak tak karuan sekarang, bahkan waktu berjabat tangan dengan Presiden Amerika waktu ia menang Olimpiade matematika bersama Vira antar provinsi ia tak merasakan hal seperti ini.
Pasalnya baru kali ini ia sedekat ini dengan cowok kecuali Agra - papahnya dan Alex - kakak laki-laki nya, ingat baru pertama kali tidak pernah sebelumnya.
Vina segera menjauhkan tubuhnya dari Aryan saat saat merasakan hembusan nafas hangat cowok itu yang menerpa wajah mulusnya, benar-benar sangat dekat 'kan?
"Maksud lo pada apaan sih hah?!" bentak Vina mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Temen lo tadi bawa motor kaya orang kesetanan tau nggak! Gue sama temen gue hampir jatoh gara-gara temen lo itu!" bentak cowok itu balik.
Apa tadi teman? Sepertinya mereka tidak bisa membedakan saat Aryan yang mengendarai motor dan saat Vina yang mengendarainya, dan satu ... suara cowok itu sangat familiar di telinga Vina, tapi siapa?
"Hampir! Belom juga jatoh pake acara ngehadang kayak gini, pake ngajak temen segala lagi, labil amat lo berdua," ucap Vina menekan kata hampir.
"Lo cewek kurang ajah banget yah?!" ucap salah satu dari mereka seraya membuka helm yang terpasang di kepalanya tadi.
"Emang lo pada siapa sampe-sampe gue harus sopan? Di sini yang salah lo juga yang datang tiba-tiba langsung ngehadang kita," ujar Vina mulai emosi.
"Vin, udah," bisik Aryan.
"B*ngs*t!" umpat cowok itu seraya berjalan kearah Vina.
Vina tak tinggal diam diberi umpatan seperti itu, buktinya gadis itupun menatap cowok yang berjalan kearahnya dengan tajam seraya mendekat dengan cowok itu.
Tentang helm, Vina tak melepas helmnya sama sekali, hanya kaca helmnya saja yang ia naikkan saat ini sehingga wajahnya tak begitu kelihatan, yang terlihat hanya bagian mata dan pangkal hidung mancung nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Genç Kurgu"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...