"Lo kenapa sih? Ayo ikut," pintanya lalu menarik hidung mancung Vira.
Vira akhirnya beranjak berdiri dari kursinya, mengikuti Angga yang entah mengajaknya kemana. Vira terus saja mengekori Angga atau lebih tepatnya berjalan di belakang laki-laki itu, enggan untuk berjalan beriringan.
Angga menghentikan langkahnya yang membuat gadis yang sejak tadi mengekori nya pun menabrak pundak belakang laki-laki itu, karena memang sejak tadi Vira hanya menunduk sambil mengikuti langkah Angga, dan juga memang tinggi Vira sepundak dengan Angga.
"Aduh," ringis Vira.
"Lo nggak apa-apa 'kan? Lagian kenapa jalan di belakang gue sih?" tanya Angga khawatir.
"Nggak, aku nggak apa-apa kok, maafin yah," ujar Vira cengegesan.
"Yaudah kalau gitu, kita udah sampai," ucap Angga.
Vira mengedarkan pandangannya di tempat Angga membawanya, suasana tampak sepi, riuh angin yang menerpa wajah Vira membuat gadis itu merasakan ketenangan.
"Ini di mana?" tanya Vira.
"Belakang sekolah," jawab Angga, Vira hanya manggut-manggut sebagai respon.
Vira kembali menikmati suasana sejuk di belakang sekolah milik orang tuanya itu, sungguh Vira baru tau ada tempat seperti ini di sekolahnya.
"Ekhem," dehem Angga membuat Vira langsung menoleh.
"Kenapa Angga?"
"Lo kenal sama Damar?" tanya Angga.
Vita mengerutkan kening mendengar pertanyaan dari Angga, pertanyaan seperti apa itu? Sudah tentu Vira mengenal Damar, secara mereka satu kelas. Angga yang tidak sekelas dengannya ia kenal, bagaimana Damar tidak?
"Yah aku kenal, 'kan satu kelas," jawab Vira.
"Iyah juga sih, lo deket sama dia?"
"Kalau kenal sih iya, tapi kalau deket nggak kok ... aku nggak deket sama Damar, mungkin juga nggak bakalan deket, secara Damar kayak benci sama aku," ucap Vira sambil tersenyum.
Angga tau kalau Vira sedang berbohong sekarang, maksudnya yang di katakan oleh Vira itu tidak benar ... Angga mengenal Damar dengan baik, walaupun hubungan mereka sekarang tidak baik-baik saja namun Angga percaya kalau Damar tidak membenci Vira.
Saat pulang sekolah waktu itu, Angga melihat jelas tatapan Damar untuk Vira bukanlah tatapan seorang benci kepada orang yang di tatapnya, hanya saja mungkin Damar seolah bersifat benci kepada Vira namun yang sebenarnya adalah berbanding sebaliknya.
"Bagus deh kalau gitu, lo jangan deket-deket sama dia yah," ucap Angga menatap manik mata indah Vira di balik kacamata itu.
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan deket-deket sama dia," ujar Angga sambil mengacak rambut Vira.
'Gue cuman takut Vir, kalau lo bakal bareng Damar, gue bakalan berusaha buat dapetin lo selangkah lebih cepat dari Damar, mungkin sekarang Damar belum suka sama lo, tapi lambat laun dia pasti bakalan suka sama lo, siapa yang nggak tertarik sama cewek kayak lo, cuman orang bodoh yang nggak nyadarin sosok berbeda dari diri lo,' batin Angga.
"Balik yuk," ajak Angga.
Vira hanya mengangguk lalu berjalan beriringan dengan Angga. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat mereka dengan tangan yang di kepal di samping celana abu-abunya.
"Sial! Ngomong apa sih mereka!" umpatnya.
***
Vina celingak celinguk mencari keberadaan Vira yang sejak tadi tak kelihatan batang hidungnya, sesekali Vina menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil sesekali menyeruput minuman di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)
Genç Kurgu"Gue pikir adanya lo bisa buat luka gue sembuh, tapi nyatanya kehadiran lo di hidup gue justru buat luka gue yang seharusnya sudah mengering tambah basah karena perlakuan lo yang nggak jauh bedanya sama dia." •Vira Alviani Agra "Bukannya gue nggak m...