15. Ikut Angga

314 16 0
                                    

Gadis itu adalah Vina, yang sejak tadi mencari meja di penjuru kelas, karena saat ia dan Vira sampai di sekolah bentuk kelas mereka sudah tak berbentuk, karena meja dan bangku sudah tidak ada yang tertata, entah siapa yang melakukannya.

"Saya nggak dapet meja Bu, ini ada tapi kayaknya rusak gara-gara di naiki Gilang tadi," ujar Gilang.

"Lah kok Gue?" tanya Gilang saat namanya di sebut.

"Ya soalnya emang lo yang abis naikin ni meja," jawab Vina kesal.

"Gilang! Kamu yah ada-ada ajah, sekarang itu meja bawa ke gudang sanah! Sebagai hukuman kamu udah rusakin!" perintah Bu Sita.

"Yah Ibu," ucap Gilang melemas.

"Cepetan!" teriaknya dan langsung membuat Gilang melaksanakan tugasnya.

"Vina kamu tunggu saja di situ, biar Ibu nyuruh murid kelas sebelah buat bawain meja buat kamu, kebetulan meja di kelas sebelah juga banyak yang nggak nempatin," ujar Ibu Sita lembut.

Rata-rata semua guru tau siapa Vira dan Vina, selain kedua gadis itu sopan ke pada semua guru yang mereka dengar Vira dan Vina sering mengharumkan nama sekolah mereka saat di Amerika, bahkan pernah masuk di televisi sebagai siswa berprestasi.

"Nggak perlu Bu, biar saya sendiri yang ke kelas sebelah," pinta Vina.

"Emang bisa?"

"Iya."

"Yaudah kamu ke kelas X IPA 2 minta meja di sana, bilang ajah kalau meja di kelas kita nggak cukup," ucap Bu Sita.

Vina mengangguk, sebelum ia keluar dari kelas Vira ingin menemaninya namun di tolak oleh Vina, toh Vira sendiri belum mengatur mejanya bagaimana bisa membantu Vina.

Vina akhirnya keluar dari kelasnya menuju kelas X IPA 2 yang bersebelahan dengan kelasnya, sungguh Vina baru kali ini tidak mendapatkan meja, itupun di sekolah milik Papahnya.

'Ini sekolah elit kok gini, meja ajah nggak cukup, pasti Papah nih yang nggak pernah perhatiin sekolah, tau-taunya cuman ngirim dana buat keperluan sekolah, tapi nggak pernah sesekali buat meriksa keadaan sekolah, jadi gini kan,' oceh Vina dalam hati sampai ia berada di depan pintu kelas tersebut.

Vira menarik nafas dalam-dalam, karena ternyata suasana kelas ini kurang lebih dengan kelasnya, yang berisiknya minta ampun akibat meja yang hanya di tarik bukanya di angkat.

"Assalamu'alaikum," salam Vina saat masuk ke dalam kelas.

"Waalaikumsalam," jawab seisi kelas termaksud guru yang ada.

Seketika kelas tersebut menjadi hening, semua pandangan menuju ke arah gadis itu namun sang empu hanya biasa saja.

"Anjirr, bidadari dari mana nih dateng ke kelas gue."

"Itu Vina woy! Yang kemarin masuk cheers dancenya keren padahal nggak latihan,"

"Itu Vina bukan? Yang kemarin dancenya di sebar di grub sekolah?"

"Bening woy."

"Di video nya cantik, aslinya lebih cantik."

Vina tertegun mendengar ucapan beberapa siswa yang mengatakan tentang Dancenya? Itu berarti ada orang yang meng post rekaman dancenya, yang menurut Vina itu adalah anak cheers tentunya.

Vina menatap salah satu siswa yang ada di kelas tersebut yang juga menatapnya, mereka hanya bertukar senyum. Vina sebenarnya sudah tau kalau kelas laki-laki itu di sini hanya saja ia malas untuk bertanya.

"Vina bukan? Anaknya Pak--"

ucapan wali kelas itu langsung di potong oleh Vina, tentu saja penyamaran Vira dan Vina langsung terbongkar kalau saja semua siswa tau secepat itu.

Love Cheerleader And Basketball team (Revisi.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang